AKSI MILENIAL DALAM MENGKAMPANYEKAN ANTI-DISKRIMINASI

Oleh : Monik Ika Putri, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Menyadari bahwa sekarang ini dunia tetap saja dicengkram oleh adanya diskriminasi. Diskriminasi belumlah hilang di dunia ini. Diskriminasi dalam sejarah perjuangan umat manusia telah meninggalkan luka-luka yang dalam dan menimbulkan adanya masyarakat yang semakin tidak bersahabat, bermusuhan, dan saling menghancurkan.

Masalah diskriminasi telah muncul hampir sama tuanya dengan peradaban manusia dan tidaklah bertambah baik seiring kemajuan jaman. Kitab Suci telah mencatat peristiwa diskriminasi yang terjadi di Tanah Mesir ribuan tahun yang lalu ketika bani Israel diperbudak oleh bangsa Mesir, di mana Musa lantas memimpin bangsa Yahudi keluar dari tanah Mesir menuju Israel. Ketika orang mengira bahwa masalah diskriminasi telah berkurang di jaman modern seperti sekarang ini, maka mata dunia dibuka oleh banyaknya korban jiwa yang jatuh, sehingga baru disadari bahwa masalah diskriminasi belumlah selesai, bahkan sampai hari ini ketika kita telah menjalani sebuah milenium baru.

Penghancuran akan suatu ras atau adanya diskriminasi menunjukkan bahwa manusia itu dibedakan lantaran segi luarnya saja. Manusia kurang dihargai sebagai manusia, tetapi lebih dipandang dan dinilai hanya dari penampilan fisik. Perbedaan warna kulit hitam, putih, kuning, atau warna lain telah banyak menjadikan sebab perpecahan, permusuhan, dan bahkan perang. Sulit untuk menerima adanya diskriminasi berdasarkan ras atau warna kulit. Ras dan warna kulit manusia tidaklah dapat menjadi ukuran tunggal. Manusia hendaknya dinilai dari segi martabatnya. Manusia sungguh-sungguh sebagai manusia, justru karena martabatnya itu. Harga diri dan martabat itu melekat pada diri manusia dan tidak dapat dipisahkan lantaran adanya perbedaan warna kulit atau diskriminasi tertentu.

Generasi milenial memainkan peran penting dalam kampanye anti-diskriminasi. Mereka menggunakan akses luas terhadap informasi, teknologi, dan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan anti-diskriminasi dengan cepat. Melalui kampanye online, petisi, dan aksi sosial, mereka berusaha mempengaruhi perubahan sosial dan memperjuangkan hak asasi manusia.

Milenial menolak diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, orientasi seksual, dan asal-usul etnis. Mereka membentuk komunitas online yang saling mendukung dan menciptakan platform untuk menghubungkan individu yang memiliki visi serupa dalam memerangi diskriminasi. Selain itu, mereka aktif dalam gerakan dan aksi nyata, seperti demonstrasi dan kampanye di tingkat lokal maupun global. Milenial memanfaatkan kekuatan teknologi dan media sosial untuk menciptakan ruang aman bagi korban diskriminasi dan memberikan dukungan. Namun, mengkampanyekan anti-diskriminasi bukanlah tugas yang mudah. Perubahan sosial membutuhkan waktu, kesabaran, dan kerja keras. Milenial perlu terus menggalang dukungan, terlibat dalam diskusi terbuka, dan berkolaborasi dengan generasi lain.

Dengan semangat, keuletan, dan kolaborasi antargenerasi, milenial memiliki potensi besar untuk mengubah paradigma sosial dan menciptakan masyarakat yang inklusif. Tujuan mereka adalah menciptakan dunia yang setara, inklusif, dan bebas dari diskriminasi. Dengan upaya mereka, mereka membawa perubahan positif dan memastikan bahwa diskriminasi tidak lagi diterima dalam masyarakat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *