Oleh: Ni Wayan Sri Agustini dan Ni Kadek Prascitadewi, Mahasiswa Semester 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Ilmu pengetahuan senantiasa berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Manusia mencoba untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada berbagai bidang kehidupan. Termasuk mengenai pemikiran dan perilaku manusia itu sendiri. Bahkan, terdapat ilmu yang secara khusus mempelajari manusia baik dari aspek fisik maupun budaya. Ilmu tersebut dikenal dengan nama Antropologi atau disebut juga dengan ‘Ilmu-Ilmu Bangsa’. Hal ini dikarenakan individu-individu dapat bersatu membentuk suatu kesatuan, baik dalam kesatuan kecil maupun kesatuan besar, seperti bangsa atau suku bangsa. Kesatuan hidup manusia senantiasa mengalami perkembangan, baik dalam pola maupun sistem kesatuan hidup. Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa keseragaman kehidupan manusia menimbulkan beragam pola seiring dengan berkembangnya sistem sosial yang heterogen.
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk sosial. Antropologi secara khusus menyasar ciri-ciri tertentu pada tubuh dan cara produksi, tradisi, dan nilai-nilai yang membedakan kehidupan sosial satu dengan kehidupan sosial lainnya. Antropologi juga secara khusus mengkaji manusia dari segi keberagamannya, yaitu perbedaan warna tubuh, tingkah laku, dan cara berpikirnya. Antropologi budaya merupakan salah satu cabang dari ilmu antropologi yang mempelajari kebudayaan secara umum dan berbagai kebudayaan pada bangsa-bangsa di muka bumi serta bagaimana masyarakat di asuh dan mampu mengembangkan kebudayaan berabad-abad lamanya.
Indonesia sendiri terkenal akan budaya yang beragam. Setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing yang membedakannya dengan daerah lain. Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup manusia, baik berupa benda atau buah pikiran dan alam penghidupan yang meliputi segala hasil kegiatan dan penciptaan. Kebudayaan ini nantinya akan dimiliki dan diwarisi secara bersama-sama dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Sehingga, adanya ilmu antropologi akan membantu masyarakat untuk mempelajari dan mengkaji mengenai konsep-konsep kebudayaan yang ada di dalam masyarakatnya.
Berkembangnya zaman yang sudah semakin pesat, menyebabkan banyak perubahan dalam budaya bangsa, salah satunya adalah lunturnya unsur budaya itu sendiri. Kini generasi muda telah diselimuti pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Berkembangnya IPTEK menyebabkan akses informasi dan komunikasi seolah tak terbatas pada ruang dan waktu. Melalui gawai, seseorang dapat dengan mudah mengetahui hal-hal yang tengah trend di seluruh penjuru dunia.
Saat ini, telah banyak budaya asing yang masuk dan berkembang di Indonesia. Dimulai dari westernisasi hingga masuknya budaya K-pop menyebabkan terjadinya dinamika sosial, terutama dalam aspek kebudayaan. Generasi muda masa kini cenderung meniru kebudaayan luar, baik dari cara berpakaian, bahasa, lagu, dan sebagainya. Masuknya budaya tersebut dapat memberikan dampak positif bagi remaja. Namun, ketika kebudayaan asing dibiarkan masuk tanpa adanya filtrasi, maka berakibat pada tergerusnya kebudayaan lokal.
Melihat hal tersebut, pemerintah mencoba melakukan berbagai inovasi, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan hadir sebagai upaya untuk mencerdaskan anak bangsa, baik cerdas moral maupun pengetahuan. Sehingga, evaluasi dan pembaharuan dalam bidang pendidikan penting untuk dilakukan. Komitmen tersebut diwujudkan pemerintah melalui Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka sendiri memberikan peluang bagi kearifan lokal agar memiliki esensi penting dalam pendidikan Indonesia. Sekolah dapat menjadikan muatan lokal sebagai mata pelajaran sendiri, mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran lain, atau menambahkannya pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Melalui pendidikan, pemerintah telah mengusahakan agar peserta didik yang notabenenya remaja mulai belajar untuk mencintai budaya bangsa sedari dini. Pada jenjang sekolah dasar, misalnya, terdapat mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). Melalui mata pelajaran ini, peserta didik diajak untuk mengenal budaya bangsa dan keanekaragamannya. Adanya materi kebudayaan dalam Kurikulum Merdeka Tingkat SD diharapkan mampu menjadi langkah awal dalam mengenalkan arti keanekaragaman yang telah sejak lama mengakar pada jati diri bangsa. Keanekaragaman budaya ini haruslah dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Peserta didik diharapkan mampu menjadi generasi muda yang memiliki semangat untuk melestarikan kebudayaan tersebut.
Sementara itu, melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Tingkat sekolah dasar, peserta didik akan diajak untuk berproses secara aktif dalam mengembangkan moral dan karakter yang berdasarkan pada kearifan lokal yang ada. Nilai-nilai pada kearifan lokal diharapkan mampu membantu peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada dirinya secara nyata. Caranya adalah dengan mengajak peserta untuk memakai pakaian daerah, memainakan permainan tradisional, dan sebagainya. Dimana, hal ini akan mengajarkan peserta didik akan arti toleransi, nasionalisme, dan cinta tanah air.
Partisipasi sekecil apapun dari peserta didik akan sangat membantu kemajuan bangsa. Sebagai seorang pelajar, ada beberapa partisipasi yang dapat kita lakukan, yaitu; (1) Mempelajari budaya-budaya lokal, sebagai generasi muda yang telah mengenal teknologi, kita dapat mempelajari budaya-budaya lokal dari berbagai media digital, bergabung dengan sanggar kesenian daerah, atau dengan mengikuti ektrakurikuler kesenian daerah yang biasanya ada di sekolah. (2) Mengenalkan budaya lokal, dengan berkembangnya media digital, kita dapat menggunakannya untuk melestarikan kebudayaan bangsa kepada khalayak umum, bahkan dunia internasional. Caranya bisa dengan membuat video tentang kesenian daerah dan mengikuti lomba-lomba kesenian, dimulai dari skala kecamatan bahkan hingga internasional. (3) Menjadikan budaya sebagai identitas, caranya adalah dengan membangun rasa bangga dalam menggunakan dan memperkenalkan budaya lokal Indonesia di tengah-tengah era globalisasi. (4) Menerapkan sikap toleransi, saling menghormati, dan sikap-sikap positif lainnya, sehingga hubungan baik antar sesama suku, ras, atau agama yang berbeda dapat terjaga. Sekaligus menghilangkan hal-hal berbau diskriminasi.
Antropologi hadir sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia. Sehingga, eksistensinya dalam Kurikulum Merdeka merupakan hal penting. Kearifan lokal uang telah ada selama berabad-abad lamanya telah membuktikan betapa semangatnya generasi pendahulu untuk melestarikan dan mencintai apa yang telah mereka bangun. Sehingga, seiring berjalannya waktu, kebudayaan tersebut telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi mereka. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita harus menjaga, mengembangkan, dan mempelajari kebudayaan tersebut secara konsisten. Membiarkan budaya bangsa luntur bahkan hingga punah sama saja dengan meninggalkan jati diri bangsa Indonesia sendiri.