Oleh : Putu Bunga Febriyanti, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Dalam era digital keterampilan komunikasi asertif menjadi sangat penting untuk dimiliki, terutama pada generasi milenial yang kian dihadapkan adanya berbagai dinamika sosial yang kompleks. Komunikasi asertif tidak hanya tentang menyatakan suatu pendapat atau keinginan seseorang secara jelas akan tetapi juga berhubungan dengan menghargai dan menghormati diri sendiri dan orang lain dengan seimbang. Seperti dengan banyaknya tantangan-tantangan yang dihadapi generasi milenial seperti dengan adanya eskpetasi yang tinggi, tekanan sosial media hingga lingkungan kerja yang kompetitif. Dalam menjalani kehidupan tentunya seseorang akan berusaha untuk menyesuaikan diri agar individu tersebut dapat diterima oleh individu lain. Meskipun harus mengikuti hingga tidak memperdulikan keadaan dirinya sendiri yang individu lakukan dengan keadaan terpaksa dan tidak sesuai dengan apa yang individu itu inginkan. Dimana hal tersebut sering kali disebabkankarena kurangnya keterampilan komunikasi asertif. Maka dari itu keterampilan komunikasi asertif harus dikembangkan untuk membantu individu dalam mengkomunikasikan atau menyampaikan keinginan atau perasaan pada diri individu secara tegas.
Komunikasi interpersonal membantu mengembangkan kemampuan empati yang memungkinkan individu memahami cara memberikan tanggapan terhadap peristiwa atau perasaan dalam lingkungannya. Oleh sebab itu kombinasi kompetensi berkomunikasi dan perilaku asertif menjadi sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang secara positif. Komunikasi asertif merupakan keterampilan individu dalam menyampaikan sesuatu dengan jelas hingga dapat dipahami oleh indvidu lain. Individu yang sedang meningkatkan keterampilan berperilaku asertif cenderung melakukan observasi terlebih dahulu akan situasi yang sedang berlangsung. Salah satu ciri individu yang berperilaku asertif ditunjukkan dengan kemampuannya untuk menerima dirinya apa adanya.
Seseorang yang berperilaku asertif tidak sama dengan individu yang bersikap agresif. Seseorang yang menggunakan perilaku asertif mampu mengungkapkan perasaannya sendiri dan memiliki kebebasan untuk membuat pilihan yang sesuai dengan keinginannya. Di sisi lain, individu yang bersikap agresif cenderung memaksakan pilihan mereka kepada orang lain dan seringkali menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada orang lain dengan cara tersebut. Individu yang tidak mampu mengomunikasikan perasaannya dengan baik mungkin menghadapi kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebaliknya mereka yang memiliki keterampilan dalam berperilaku asertif mampu menunjukkan keterbukaan dan kenyamanan saat berasa di sekitar orang lain.
Kegagalan individu dalam menolak keinginan individu lain dan mengabaikan kepentingan pribadi sering kali disebabkan oleh kurangnya kemampuan menjalin komunikasi interpersonal yang baik dengan teman sebaya. Selain itu pentingnya perilaku asertif pada remaja dapat dilihat dari perannya yang krusial dalam membantu mereka menyampaikan perasaan mereka tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Dimana dengan hal ini menunjukkan bahwa perilaku asertif tidak hanya berhubungan dengan kecerdasan emosional tetapi juga memengaruhi keterampilan komunikasi individu secara keseluruhan.
Teknik konseling assertive training menjadi pendekatan yang efektif dalam membantu generasi milenial untuk mengembangkan keterampilan komunikasi asertif dalam diri mereka. Assertive training merupakan metode yang digunakan dalam situasi interpersonal di mana individu mengalami kesulitan dalam menerima fakta bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang pantas dan benar. Perilaku asertif menunjukkan kepercayaan diri serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Assertive training merupakan salah satu teknik dalam konseling behavioral, yang esensinya yakni memberikan bantuan dalam mengatasi masalah-masalah interpersonal, emosional, serta membuat keputusan yang dapat mengontrol kehidupan individu sendiri dan mempelajari perilaku baru yang lebih sesuai.
Asumsi dasar dari assertive training adalah bahwa setiap individu memiliki hak untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, keyakinan, dan sikap terhadap orang lain dengan tetap menghormati dan menghargai hak-hak mereka. Assertive training dirancang untuk membimbing seseorang dalam menyatakan, merasakan, dan bertindak sesuai dengan keyakinan bahwa mereka berhak menjadi diri mereka sendiri dan mengekspresikan perasaan mereka secara bebas. Dalam berinterkasi dengan orang lain, seseorang mampu mengekspresikan diri secara terbuka tanpa melukai atau melanggar hak-hak orang lain, serta untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan interpersonal melalui ekspresi perasaan atau keinginan mereka.
Assertive training pada dasarnya merupakan strategi terapi dalam pendekatan perilaku yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku asertif seseorang, sehingga meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Latihan ini ditujukan untuk memberikan keterampilan kepada individu yang mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini merupakan latihan keterampilan sosial yang diberikan pada seseorang yang mungkin mengalami kecemasan, sulit mempertahankan hak-hak mereka, terlalu pasif dalam menghadapi tekanan dari orang lain, tidak mampu mengekspresikan kemarahan mereka dengan tepat atau mudah tersinggung.
Assertive training memiliki beberapa tujuan yakni membantu seseorang dalam mempelajari cara mengganti respons yang tidak tepat dengan respons yang lebih sesuai dalam berbagai situasi. Assertive training sangat berguna bagi individu yang sering kali merasa diperdaya oleh orang lain atau kurang mampu menetapkan batasan diri serta mengambil sikap yang jelas dan tegas dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu assertive training mengajarkan secara langsung pada individu cara berkomunikasi yang lebih dalam dan aktif dengan orang lain, yang merupakan pendekatan aktif terhadap hidup dan pengembangan diri. Membantu individu untuk mampu menjalin komunikasi yang baik dan menyenagkan dengan orang lain, sehingga dapat belajar untuk menguasai diri sendiri melalui komunikasi yang efetif.
Bagi sebagian orang menemukan posisi yang tepat antara sikap submisif dan agresif dalam berkomunikasi bisa menjadi hal yang sulit sehingga penting untuk memberikan wawasan dan prosedur pelatihan yang tepat.