Oleh: Ni Nyoman Ayu Tadya Natha Paramita, Program Studi S1 Ilmu Hukum, Universitas Pendidikan Ganesha
Saat ini Pancasila dan nilai-nilainya diabaikan, ada indikasi menolak Pancasila pasca reformasi. Nasionalisme sebagai pemersatu keberagaman mulai menguap. Berbagai permasalahan terkait ideologi, politik, hukum, ekonomi, agama mengemuka. Semua itu perlu dianggap sebagai ancaman terhadap keharmonisan bangsa. Peran pendidikan kewarganegaraan, khususnya di tingkat universitas perlu dikaji apakah masih berfungsi sebagai kontrol sosial atau hanya sekedar formalitas. Semangat nasionalisme di kalangan warga negara berperan penting dalam membentuk lintasan pertumbuhan dan pembangunan suatu bangsa. Ini melambangkan cinta dan dedikasi yang mendalam terhadap negara, mempengaruhi kemajuan atau kemunduran negara tersebut.
Tokoh sejarah terkemuka seperti Mahatma Gandhi melambangkan kekuatan transformatif nasionalisme. Upaya Gandhi yang tak kenal lelah dalam mengadvokasi hak-hak rakyatnya dan memimpin perjuangan kemerdekaan India dari pemerintahan kolonial Inggris menjadi bukti dampak abadi semangat nasionalis. Demikian pula, nasionalisme bangsa Indonesia yang luar biasa terlihat jelas dalam perjuangan mereka demi kemerdekaan bangsa, berpuncak pada kemerdekaan pada tahun 1945. Pencapaian luar biasa ini bukan sekedar keberuntungan melainkan hasil dari semangat nasionalisme yang tak tergoyahkan yang merasuki setiap lapisan masyarakat Indonesia, mendorong mereka untuk mengerahkan upaya dan pengorbanan demi pembebasan.
Dalam konteks tantangan kontemporer akibat globalisasi, peningkatan kesadaran nasionalisme dan identitas nasional menjadi semakin penting bagi mahasiswa. Urgensi ini berasal dari kesadaran bahwa kekuatan globalisasi mempunyai potensi untuk mempengaruhi dan membentuk kembali budaya dan nilai-nilai tradisional. Ketika dunia semakin saling terhubung, upaya untuk memperkuat identitas nasional dipandang sebagai hal yang penting untuk melestarikan atribut dan nilai-nilai budaya, yang berbeda mungkin akan dilemahkan oleh pengaruh eksternal. Maka dari itu, integrasi pembelajaran berbasis teknologi sangat penting dalam pengembangan model pembelajaran kewarganegaraan. Platform online dan memperkaya pengalaman belajar, menyediakan akses terhadap informasi terkini dan merangsang keterlibatan melalui beragam media. Selain itu, dengan terlibat dalam simulasi situasi kehidupan nyata seperti pemilu atau sidang parlemen, mahasiswa memahami kompleksitas proses demokrasi dan merasakan bagaimana partisipasi aktif mereka mempengaruhi arah negara. Model pembelajaran kolaboratif juga berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman nilai-nilai kebangsaan. Kampus harus menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan bertukar ide tentang identitas nasional, serta untuk menjelajahi berbagai aspek budaya dan sejarah Indonesia.
Selain itu, integrasi teknologi sangat diperlukan dalam model pembelajaran kewarganegaraan. Platform online, sumber daya digital dan aplikasi pendidikan menawarkan akses terhadap informasi terkini mengenai nilai-nilai nasional, sejarah, dan perkembangan terkini, menjadikan pembelajaran lebih menarik dan relevan bagi mahasiswa. Seruan untuk meningkatkan kesadaran mencerminkan sikap proaktif dalam menanggapi kemungkinan terkikisnya unsur-unsur tradisional dalam menghadapi dinamika global, dengan cara menekankan pentingnya secara aktif menangani dan menjaga identitas nasional. Pembentukan identitas nasional di Indonesia juga berkaitan erat dengan dinamika sosial dan politik yang saling mempengaruhi secara kompleks.
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam membangun jati diri bangsa harus diselesaikan, antara lain melalui seni dan pendidikan. Seni merupakan bentuk komunikasi yang mampu merefleksikan konteks sosial, mendeskripsikan peristiwa tertentu, dan memberikan tautan visual dengan kata-kata yang mudah diingat, bertahan lama, dan menarik. Seni dengan makna simbolik telah membantu mengubah konsep politik yang abstrak menjadi lebih konkrit. Melalui senilah fondasi identitas nasional sekuler dan agama sipil diletakkan. Identitas nasional dapat dikonstruksi secara luas dan mengakomodasi identitas pribadi yang beragam. Hal ini dapat dilakukan melalui kebijakan kurikulum pendidikan. Sistem pendidikan yang lebih luas perlu mengembangkan struktur kurikulum yang lebih formal, yang memandu guru dalam mengembangkan kesadaran akan pentingnya jati diri bangsa. Sistem pendidikan mempunyai potensi untuk mewakili agen perubahan sosial yang paling efektif dengan kapasitas untuk menjembatani perpecahan etnis di Indonesia.
Terlepas dari potensinya, pendidikan juga berperan dalam mengajarkan jati diri bangsa melalui kebijakan. Berbagai faktor ini secara kolektif membentuk dan memengaruhi bagaimana identitas nasional berkembang di suatu negara. Menyadari kompleksitas ini menggarisbawahi perlunya menggali hubungan rumit antara kekuatan sosial dan politik untuk memahami bagaimana identitas nasional ditempa dan dibentuk di Indonesia. Semangat ini memotivasi mahasiswa untuk menjunjung tinggi dan berkontribusi terhadap kemandirian dan pembangunan bangsa. Pada era pascaperjuangan bersenjata, nasionalisme yang mencakupi patriotisme serta penghargaan yang mendalam terhadap budaya, warisan, dan seluruh aspek negara, dengan menumbuhkan sentimen seperti ini dapat membuka jalan bagi transformasi positif.
Sebaliknya, tanpa rasa nasionalisme yang kuat, suatu negara berisiko mengalami kemerosotan, kehilangan identitas atau rentan terhadap kekuatan eksternal. Krisis nasionalisme merupakan ancaman utama bagi eksistensi suatu bangsa, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk termasuk perpecahan etnis, agama, ras, dan sosial-ekonomi yang menimbulkan perselisihan dan menghambat persatuan nasional. Ditambah dengan tantangan politik dan budaya yang mengancam integritas nasional. Kenyataan ini terlihat jelas di Indonesia saat ini, dimana banyak persoalan mulai dari kemiskinan dan korupsi hingga konflik antaretnis dan antaragama, melemahkan semangat nasionalisme kolektif masyarakatnya. Idealnya, semangat nasionalisme yang kuat harus menanamkan rasa patriotisme dan cinta yang tulus terhadap bangsa, sehingga memungkinkan masyarakat untuk menangani tantangan secara efektif.
Salah satu faktor penyebab merosotnya nasionalisme adalah semakin meluasnya pengaruh globalisasi yang merasuki seluruh sendi kehidupan nasional, sehingga berdampak pada memudarnya simbol tradisional kebudayaan Indonesia. Fenomena ini mengubah persepsi masyarakat terhadap nasionalisme dan menambah ancaman terhadap identitas nasional. Selain itu, bahaya sekularisme, materialisme dan liberalisme mengancam tatanan identitas nasional, yang terlihat dari semakin maraknya perilaku hedonistik, apatis, materialistis, dan konsumeris dalam masyarakat masa kini. Maka dari itu, aktualisasi nilai-nilai nasionalisme melalui model pembelajaran yang sudah dipaparkan diatas akan semakin menguatkan penerapan praktis dan mempertahankan nilai-nilai nasionalisme.