Oleh : I Komang Suarshadana K, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Persoalan yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu semakin rumit, baik persoalaan yang berhubungan dengan pribadi, keluarga, pekerjaan dan masalah kehidupan secara umum. Bahkan ada yang menimbulkan tekanan yang kadang sangat mengganggu sehingga perlu adanya bantuan dari orang lain untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi persoalaan tersebut sekaligus sebagai usaha meningkatkan kesehatan mental. Sedangkan konselor adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang lain kearah yang lebih baik atau lebih adaktif. Dalam praktik konseling tentunya tidak semua orang dapat melakukannya. Apalagi bagi orang yang sama sekali tidak memiliki ilmu dalam pendidikan konseling. Kompetensi akademik yang dimiliki seorang konselor yaitu dapat memahami secara mendalam konseli yang dilayani, menguasai landasan dan tujuan konseling, menyelenggarakan layanan konseling yang bermanfaat, dan mengembangkan professional konselor secara lanjut. Menjadi seorang konselor memiliki peran dan tanggung jawab yang besar, maka hal ini harus dipersiapkan dengan matang. Selain kompetensi calon konselor yang harus ditingkatkan, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah etika dan pengembangan kepribadian. Etika merupakan suatu yang penting dalam konseling, karena etika dijadikan acuan moral maupun tingkah laku bagi calon konselor dalam memberikan pelayanannya.
Sebagai seorang calon konselor harus mengetahui bagaimana tujuan dari kode etik konselor yaitu, sebagai panduan perilaku, membantu dalam mengembangkan layanan, sebagai landasan menyelesaikan masalah konselor, dan melindungi konselor dari konseli. Selain itu sebagai calon konselor juga harus memperhatikan kompetensi kepribadian. Pribadi (personality) merupakan kualitas individu atau ciri-ciri pribadi orang melalui pola tingkah laku atau pola respon dalam situasi tertentu di lingkungan sekitarnya. Karakteristik kepribadian konselor yang baik atau tinggi amat mendukung kinerja profesi konseling. Dengan memiliki pribadi yang baik seorang konselor akan mudah membuat konseli terbuka, nyaman dan memunculkan rasa percaya kepada konselor. Salah satu kepribadian yang harus dimiliki konselor adalah kejujuran. Memiliki kepribadian yang jujur berarti mencerminkan pribadi sebagai calon konselor yang baik. Untuk dapat dikatakan sebagai seorang calon konselor yang memiliki sikap jujur, maka ia harus bersifat terbuka, apa adanya. Selain kejujuran seorang konselor juga harus memiliki pribadi yang terauptik. Dimana kemampuan calon konselor dalam membantu menyelesaikan masalah orang lain hingga membuatnya merasa lega. Memiliki pribadi yang terauptik sangat penting dimiliki seorang calon konselor untuk konseling nya di masa mendatang. Setelah calon konselor memiliki pribadi yang sesuai dengan karakteristik pribadi seorang konselor, maka ia akan mampu menjadi konselor yang berkualitas dan professional. Untuk menjadi seorang konselor yang professional tentu saja tidak mudah, ada beberapa hal yang harus diketahui seorang calon konselor seperti, seorang calon konselor harus memiliki pengetahuan-pengetahuan tertentu seperti apa itu konseling, filsafat yang mendasarinya, karakteristik konseling, ruang lingkup kerjanya, dan lain sebagainya. Selain itu seorang konselor professional juga harus memiliki keterampilan-keterampilan tertentu dalam menangani konseling. Menjadi calon konselor yang professional itu harus mampu memanfaatkan segala kondisi yang mampu menunjang proses konseling dan menghindari faktor-faktor yang dapat menghambat konseling. Konselor professional dapat meciptakan keamanan, ketulusan, kejujuran, empati, perasaan yang menyenangkan, serta memiliki harapan dan ketenangan. Selain itu konselor juga harus dapat memilih metode atau pendekatan-pendekatan konseling yang tepat dan mampu menerapkannya dalam layanan konseling, sehingga ia dapat membawa konseli ke arah jalan menuju konseli yang mampu mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki pola pikir yang positif.