HABITUS KESEHATAN : ANALISIS BOURDIEUSIAN TERHADAP PERILAKU SEHAT MASYARAKAT DI ERA JEJARING SOSIAL

Oleh : Dwi Anggita, Program Studi Sosiologi, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mataram

Abstrak

Dalam era digital yang ditandai oleh perkembangan jejaring sosial, habitus kesehatan masyarakat mengalami transformasi signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jejaring sosial terhadap pembentukan habitus kesehatan dengan menggunakan pendekatan Bourdieusian. Melalui studi literatur komprehensif dan analisis konten, penelitian ini mengeksplorasi kompleksitas interaksi antara struktur sosial online dan offline dalam membentuk perilaku kesehatan individu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa jejaring sosial menciptakan “field” baru dalam kesehatan, mempengaruhi praktik kesehatan masyarakat, membentuk hierarki kekuasaan baru dalam wacana kesehatan online, dan memperkuat ketidaksetaraan akses informasi kesehatan. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa habitus kesehatan individu semakin dipengaruhi oleh interaksi antara pengalaman online dan offline, sementara jejaring sosial memberikan ruang untuk negosiasi norma kesehatan dan kontestasi aktif.

Kata Kunci: Bourdieu, Habitus, Jejaring sosial, Kesehatan

Abstract

In the digital era characterized by the rise of social media, the health habitus of society has undergone a significant transformation. This study aims to analyze the influence of social media on the formation of health habitus using a Bourdieusian approach. Through a comprehensive literature review and content analysis, this research explores the complexities of the interaction between online and offline social structures in shaping individual health behaviors. The research findings reveal that social media creates a new “field” in health, influences health practices, shapes a new power hierarchy in online health discourse, and reinforces inequalities in access to health information. Furthermore, this study finds that individual health habitus is increasingly shaped by the interaction between online and offline experiences, while social media provides space for the negotiation of health norms and active contestation. In conclusion, this research provides an in-depth understanding of the complex relationship between social media and health habitus, as well as the relevance of Bourdieu’s theory in the context of digital health.

Keywords: Bourdieu, Habitus, Social Media, Health

Pendahuluan

Di era digital, di mana jejaring sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, juga telah mengubah perilaku sehat masyarakat secara signifikan. Individu banyak mengakses terkait informasi kesehatan, hal ini membentuk kembali habitus kesehatan mereka. Habitus yang merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Pierre Bourdieu untuk menggambarkan disposisi yang membentuk dan mengarahkan praktik sosial (Bourdieu, 1990). Jejaring sosial telah menjadi platform baru di mana wacana kesehatan dibentuk, disebarkan, dan dinegosiasikan, menciptakan dinamika kompleks antara struktur sosial online dan perilaku kesehatan individu.

Perubahan ini menghadirkan peluang dan tantangan baru bagi upaya promosi kesehatan. Di satu sisi, jejaring sosial dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi kesehatan dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam program kesehatan. Seperti studi yang dilakukan oleh Zhang et al. (2017) mengungkapkan bahwa paparan informasi kesehatan di media sosial dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kesehatan pengguna (Zhang et al. 2017). Akan tetapi di sisi lain, penyebaran informasi kesehatan yang disebarkan bisa saja tidak akurat atau menyesatkan individu di jejaring sosial sehingga dapat berdampak negatif pada perilaku kesehatan individu. Hal ini juga diungkapkan dalam studi yang dilakukan oleh Moorhead et al. (2013), dimana terdapat potensi penyebaran informasi tentang kesehatan yang tidak akurat melalui platform jejaring sosial. Meskipun telah terdapat beberapa penelitian yang mengangkat tentang kesehatan dan jejaring sosial, analisis mendalam tentang bagaimana jejaring sosial membentuk habitus kesehatan masih terbatas, terutama dalam ranah perspektif Bourdieusian.

Pendekatan Bourdieusian memberikan kerangka analitis yang kaya untuk memahami bagaimana struktur sosial dan agen individual saling berinteraksi dalam membentuk perilaku kesehatan. Konsep habitus Bourdieu, yang didefinisikan sebagai “sistem disposisi yang tahan lama dan dapat dialihkan” (Bourdieu, 1990), memberikan lensa untuk melihat bagaimana pengalaman online dan offline membentuk kebiasaan, persepsi, dan praktik kesehatan individu. Lebih lanjut, gagasan Bourdieu tentang modal sosial dan kultural dapat membantu menjelaskan bagaimana akses dan penggunaan jejaring sosial mempengaruhi posisi individu dalam “field” kesehatan yang lebih luas (Bourdie, 1986).

Penelitian ini bertujuan untuk mengisi celah dalam literatur dengan menerapkan analisis Bourdieusian pada pembentukan habitus kesehatan di era jejaring sosial. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana struktur sosial online dan offline berinteraksi dalam membentuk disposisi kesehatan individu dan kelompok. Dengan mengintegrasikan teori sosiologi klasik Bourdie dengan fenomena kontemporer jejaring sosial dan kesehatan publik, penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat terutama dalam memahami dinamika sosial dan perilaku kesehatan di era digital dan manfaat dalam membantu pembuat kebijakan dan praktisi kesehatan masyarakat dalam merancang intervensi yang efektif di era digital.

Pertanyaan Peneitian

Berdasarkan latar belakang dalam pendahuluan sebelumnya, penelitian ini berfokus pada satu pertanyaan utama yang mencakup esensi dari analisis Bourdieusian terhadap perilaku sehat masyarakat di era jejaring sosial, yaitu: Bagaimana jejaring sosial membentuk dan mentransformasikan habitus kesehatan masyarakat, dan sejauh mana analisis Bordieusian dapat menjelaskan dinamika antara struktur sosial online, modal digital, dan praktik kesehatan individu dalam konteks era digital?. Melalui pertanyaan penelitian ini, studi bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan komprehensif terkait dinamika sosial online mempengaruhi dan membentuk perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan kerangka teoritis Bourdieu sebagai lensa analitis.

Konsep dan Teori

Teori Habitus Pierre Bourdieu

Studi ini menggunakan kerangka teoritis Pierre Bourdieu untuk menganalisis pembentukan dan tranformasi habitus kesehatan di era jejaring sosial. Teori ini memberikan kerangka konseptual yang kaya untuk memahami dinamika antara struktur sosial dan agen individual dalam konteks kesehatan digital. Berikut beberapa konsep kunci dalam teori Bourdieu:

Habitus

Konsep sentral dalam teori Bourdieu adalah habitus, yang didefinisikan sebagai “sistem disposisi yang tahan lama dan dapat dialihkan, struktur terstruktur yang cenderung berfungsi sebagai struktur yang menstrukturkan (Bourdie, 1990). Habitus, menurut Bourdieu, adalah kumpulan kebiasaan, kecenderungan, dan disposisi yang diinternalisasikan oleh individu melalui pengalaman sosial mereka.

Dalam konteks kesehatan digital, habitus dapat dipahami sebagai kecenderungan yang terinternalisasi untuk mempersepsi, berpikir, dan bertindak terkait kesehatan yang dibentuk oleh pengalaman online dan offline. Pengalaman ini dapat mencakup interaksi di media sosial, akses informasi kesehatan online, dan pengalam pribadi dengan layanan kesehatan digital. Seperti studi yang dilakukan oleh Lupton (2014) yang menerapakan konsep habitus untuk menganalisis penggunaan teknologi digital, menunjukkan bagaimana praktik seperti pelacakan kesehatan mandiri dapat menjadi “second nature” bagi individu, membentuk disposisi kesehatan mereka secara umum (Lupton, 2014).

Seperti dalam studi yang dilakukan oleh Lupton (2014) tersebut, habitus dapat berfungsi sebagai “second nature” yang bekerja secara otomatis dan di luar kesadaran individu. Ini memungkinkan individu untuk bernavigasi dalam kehidupan sosial tanpa harus berpikir terlalu panjang tentang setiap tindakan yang ingin dilakukan.

Field

Bourdieu melihat “field” sebagai ruang yang terstruktur dengan posisi yang berbeda- beda, di mana individu bersaing untuk mendapatkan sumber daya atau modal tertentu (Bourdieu & Wacquant, 1992). Setiap field memiliki aturan dan logikanya sendiri, serta bentuk modal tertentu yang dihargai. Dari pandangan Bourdieu tentang field, diketahui bahwa, individu dalam field bersaing untuk mengumpulkan modal yang relevan dan menentukan apa yang dianggap sah dalam field tersebut.

Pemahaman Bourdieu mengenai field ini membantu dalam memahami bagaimana struktur sosial membentuk tindakan individu dan bagaimana individu berusaha untuk memanipulasi struktur tersebut untuk keuntungan mereka sendiri. Dalam konteks kesehatan digital, jejaring sosial disini dapat dipahami sebagai field baru di mana berbagai aktor, seperti individu, profesional kesehatan, dan influencer kesehatan, bersaing untuk menentukan dan melegitimasi praktik kesehatan.

Modal

Bourdie memperluas konsep modal melampui pengertian ekonomi tradisional. Ia mengidentifiasi beberapa bentuk modal:

1. Modal ekonomi: sumber daya material dan finansia

2. Modal sosial: jaringan hubungan sosial dan koneksi yang dapat dimanfaatkan

3. Modal kultural: pengetahua, keterampilan, dan disposisi kultural yang dihargai secara sosial

4. Modal simbolik: prestise, kehormatan, dan pengakuan sosial

    Bourdieu berpedandapat bahwa berbagai bentuk modal ini dapat diakumulasi, dikonversi, dan diwariskan, sehingga berkontribusi pada reproduksi ketidaksetaraan sosial (Bourdieu, 1986).

    Dalam era jejaring sosial, konsep ini dapat diperluas untuk mencakup “modal digital” atau “modal kesehatan digital”. Studi yang dilakukan oleh Brodie et.al (2018) menunjukkan bagaimana individu dalam komunitas kesehatan onlien mengumpulkan dan mengubah berbagai bentuk modal. Kemampuan untuk menavigasi dan memanfaatkan platform digital dapat menjadi sumber daya berharga dalam mengelola kesehatan (Brodie et.al, 2018).

    Doxa dan Kekerasan Simbolik

    Konsep doxa, yang merujuk pada “apa yang diterima begitu saja” dalam suatu bidang (Bourdieu, 1977), dan kekerasan simbolik, yang menggambarkan pemaksaan kategori pemikiran dan persepsi tertentu kepada agen-agen sosial yang terdominasi (Bourdieu & Wacquant, 1992), menjadi relevan dalam memahami dinamika kesehatan digital.

    Chou et al. (2019) meneliti bagaimana algoritma media sosial dan influencer kesehatan membentuk doxa baru tentang tubuh dan gaya hidup yang ‘sehat’. Mereka berpendapat bahwa proses ini melibatkan kekerasan simbolik yang halus, di mana norma-norma baru tentang kesehatan dipaksakan secara tidak langsung dan diterima oleh pengguna.

    Kekerasan simbolik, seperti yang dijelaskan Bourdieu & Wacquant (1992), adalah bentuk dominasi yang beroperasi melalui mekanisme seperti pengakuan dan persetujuan dari pihak yang didominasi. Hal ini membuat kekerasan simbolik sulit dikenali, karena tampak seperti persetujuan sukarela.

    Strategi dan Improvisasi

      Teori Bourdieu (1990) menekankan kapasitas agen untuk mengembangkan strategi dan melakukan improvisasi dalam menavigasi lapangan sosial. Hal ini relevan dalam memahami bagaimana individu menavigasi lanskap informasi kesehatan yang kompleks di era digital. Penelitian oleh Maller (2015) menunjukkan bagaimana individu secara kreatif mengadaptasi dan menegosiasikan praktik kesehatan yang dipromosikan melalui media sosial. Hal ini menunjukkan interaksi antara habitus yang terbentuk dan kapasitas untuk improvisasi.

      Meskipun teori Bourdieu sering dikritik sebagai terlalu deterministik, ia menekankan bahwa habitus memberikan “sense of the game” yang memungkinkan agen untuk merespons secara kreatif terhadap situasi baru. Dengan kata lain, meskipun habitus membentuk cara pandang dan bertindak individu, agen tetap memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan berimprovisasi dalam menghadapi situasi yang berubah, seperti yang terlihat dalam cara individu menavigasi informasi kesehatan di era digital.

      Reproduksi sosial dan Ketidaksetaraan

        Teori Bourdieu tentang reproduksi sosial (Bourdieu & Passeron, 1990) dapat membantu menjelaskan bagaimana ketidaksetaraan kesehatan dapat dipertahankan atau bahkan diperkuat di era digital. Studi oleh Robinson et al. (2015) mengaplikasikan kerangka Bourdieusian untuk menganalisis ketidaksetaraan digital dalam akses dan pemanfaatan informasi kesehatan online, menunjukkan bagaimana perbedaan dalam modal kultural dan ekonomi dapat diterjemahkan menjadi disparitas kesehatan di era digital.

        Teori Bourdieu tentang reproduksi sosial menjelaskan bagaimana ketidaksetaraan sosial dipertahankan antar generasi. Ia berpendapat bahwa sistem pendidikan, misalnya, cenderung menghargai bentuk-bentuk modal kultural tertentu yang lebih mudah diakses oleh kelas-kelas yang diuntungkan, sehingga mereproduksi hierarki sosial yang ada (Bourdieu & Passeron, 1990).

        Dalam konteks kesehatan digital, teori Bourdieu dapat menjelaskan bagaimana akses dan pemanfaatan informasi kesehatan online dapat diperkuat oleh ketidaksetaraan sosial yang sudah ada sebelumnya. Individu dengan modal kultural dan ekonomi yang lebih tinggi memiliki akses yang lebih mudah ke informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya, sementara individu dengan modal yang lebih rendah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses dan memahami informasi kesehatan.

        Mengintegrasikan konsep-konsep Bourdieu dengan realitas era digital, studi ini mengusulkan konsep “habitus kesehatan digital” sebagai kerangaka analitis. Habitus kesehatan digital dapat dipahami sebagai sistem disposisi kesehatan yang dibentuk oleh interaksi kompleks antara pengalaman online dan offline. Hal ini dpengaruhi oleh posisi invidu dalam field kesehatan digital, dan dinegosiasikan melalui akumulasi dan konversi berbagai bentuk modal digital.

        Metode Penelitian

        Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan habitus kesehatan digital masyarakat di era jejaring sosial. Fokus penelitian ini adalah menganalisis bagaimana habitus kesehatan digital, yang dibentuk melalui interaksi dengan platform media sosial, mempengaruhi perilaku sehat masyarakat.

        Pengumpulan data dilakukan melalui studi litaratur kompehensif yaitu analisis terhadap buku-buku teks, artikel jurnal ilmiah, laporan pemerintah, dan publikasi dari organisasi- organisasi non-pemerintahan yang relevan dengan topik habitus kesehatan digital, perilaku sehat, dan media sosial (Synder, 2019). Penelitian ini juga menerapkan motode analisis konten terhadap dokumen-dokumen yang menunjang penelitian, seperti konten-konten media sosial yang relevan dengan topik kesehatan dan gaya hidup sehat, serta artikel dan berita tentang pengaruh media sosial terhadap perilaku kesehatan (Krippendorff, 2018).

        Hasil Penelitian

        Melalui studi literatur dan analisis konten yang dilakukan, mengungkapkan temuan penting mengenai bagaimana kebiasaan dan perilaku kesehatan masyarajat dibentuk dan berubah dalam era jejaring sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa teori Bourdieu sangat relevan dalam memahami dinamika perilaku kesehatan di zaman modern.

        Pertama, hasil analisis menunjukkan bahwa jejaring sosial telah menciptakan “field” baru dalam konteks kesehatan, di mana berbagai bentuk modal digital menjadi semakin penting. Penelitian oleh Lupton (2014) menggambarkan bagaimana pengguna media sosial mengakumulasi ‘modal kesehatan digital’ melalui sharing informasi kesehatan, partisipasi dalam komunitas kesehatan online, dan penggunaan aplikasi kesehatan. Temuan ini memperluas pemahaman Bourdieu tentang modal sosial dan kultural, menunjukkan bahwa dalam konteks digital, kemampuan untuk menavigasi dan memanfaatkan platform online menjadi bentuk modal yang berharga dalam field kesehatan.

        Kedua, studi ini juga menemukan bahwa habitus kesehatan semakin dibentuk oleh interaksi antara pengalaman offline dan online. Penelitian oleh Zhang et al. (2017) mengenalkan bagaimana paparan berkelanjutan terhadap informasi kesehatan di media sosial secara bertahap mengubah pandangan dan praktik kesehatan pada pengguna media sosial. Hal ini sejalan dengan konsep Bourdieu tentang habitus sebagai struktur yang terstruktur dan menstruktur, menunjukkan bahwa lingkungan digital tidak hanya merefleksikan tetapi juga aktif membentuk disposisi kesehatan individu.

        Platform media sosial populer telah menciptakan hierarki dan struktur kekuasaan baru dalam diskusi kesehatan online. Seperti influencer kesehatan dan selebriti kebugaran, seringkali  memiliki  pengaruh  yang  lebih  besar  dalam  membentuk  narasi  kesehatan dibandingkan dengan sumber otoritas tardisional seperti institusi medis. Fenomena ini dapat dipahami melalui konsep Bourdieu tentang doxa dan kekerasan simbolik, dimana beberaa aktor sosial memiliki kekuatan untuk mendefinisikan apa yang dianggap sebagai praktik kesehatan yang sah di dunia digital.

        Studi ini juga menunjukkan adanya kesenjangan dalam akses penggunaan informasi kesehatan online. Penelitian yang dilakukan oleh Vasiliu et al. (2019) menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pendidikan dan literasi digital yang lebih tinggi mudah mengakses dan memanfaatkan sumber daya kesehatan online. Temuan ini menguatkan teori Bourdie tentang reproduksi ketidaksetaraan sosial, menunjukkan bahwa ketidaksetaraan dalam modal budaya dan ekonomi berujung pada ketidaksetaraan kesehatan di era digital.

        Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa jejaring sosial telah menciptakan ruang untuk negosiasi penolakan aktif terhadap norma kesehatan yang berlaku. Komunitas online untuk penyandang disabilitas atau individu dengan kondisi kesehatan kronis, seringkali menentang narasi kesehatan normatif dan menciptakan ruang untuk definisi alternatif tentang ‘kesehatan’ dan ‘kebugaran’. Fenomena ini dapat dipahami melalui konsep Bourdieu tentang strategi dan improvisasi dalam lapangan sosial, menunjukkan bahwa agen sosial tidak hanya pasif menerima struktur yang ada tetapi juga aktif dalam membentuk dan mengubahnya.

        Penelitian ini juga menemukan bahwa jejaring sosial telah mengubah dinamika antara pasien dan penyedia layanan kesehatan. Platform media sosial sering kali menjadi sumber informasi kesehatan alternatif, terkadang menantang otoritas medis tradisional. Fenomena ini dapat dipahami melalui konsep Bourdieu tentang pertarungan simbolik dalam lapangan sosial, menggambarkan bagaimana jejaring sosial telah mengubah distribusi kekuasaan dalam lapangan kesehatan.

        Terakhir, penelitian ini menemukan bahwa meskipun jejaring sosial telah menciptakan peluang baru untuk pemberdayaan kesehatan individu, ia juga telah menciptakan bentuk- bentuk baru dari kerentanan dan risiko kesehatan. Fenomena seperti cyberbullying terkait kesehatan atau penyebaran informasi kesehatan yang salah menunjukkan sisi gelap dari habitus kesehatan digital. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan kritis dalam memahami peran teknologi digital dalam membentuk perilaku kesehatan.

        Kesimpulan

        Penelitian ini mengungkapkan bahwa jejaring sosial memainkan peran kunci dalam membentuk habitus kesehatan masyarakat di era digital. Temuan penelitian menyoroti relevansi teori Bourdieu dalam memahami dinamika perilaku kesehatan dalam lingkungan online. Pentingnya modal digital dan interaksi online dalam membentuk habitus kesehatan, bersama dengan peran struktur kekuasaan baru dalam wacana kesehatan online dan adanya ketidaksetaraan akses informasi kesehatan, menunjukkan kompleksitas dalam pembentukan perilaku kesehatan di era digital. Selain itu, kecepatan pembentukan habitus kesehatan melalui tren viral kesehatan online dan peran komunitas online dalam negosiasi norma kesehatan, bersama dengan adanya risiko seperti cyberbullying terkait kesehatan, menyoroti tantangan dan peluang dalam membentuk perilaku kesehatan yang positif dalam lingkungan digital yang terus berubah.

        Daftar Pustaka

        Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge: Cambridge University Press.

        Bourdieu, Pierre. 1986. “The Forms of Capital.” Pp. 241-258 in Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education, edited by J. Richardson. New York: Greenwood.

        Bourdieu, Pierre. 1990. The Logic of Practice. Stanford, CA: Stanford University Press. Bourdieu, Pierre and Jean-Claude Passeron. 1990. Reproduction in Education, Society and

        Culture. London: Sage Publications.

        Bourdieu, Pierre and Loïc J. D. Wacquant. 1992. An Invitation to Reflexive Sociology. Chicago: University of Chicago Press.

        Brodie, Mollyann, Rebecca Kates, Josh Michaud, Jennifer Kates, and Larry Levitt. 2018. “A Digital Divide? Assessing the Impact and Implications of Health Literacy and Access to Online Health Information.” Journal of Health Communication 23(8):724-734.

        Chou, Wen-ying Sylvia, Abby Prestin, and Stephen Kunath. 2019. “Obesity in social media: a mixed methods analysis.” Translational Behavioral Medicine 9(4):808-818.

        Krippendorff, K. (2018). Content analysis: An introduction to its methodology (4th ed.). Sage Publications.

        Lupton, Deborah. 2014. “Health promotion in the digital era: a critical commentary.” Health Promotion International 30(1):174-183.

        Maller, Cecily J. 2015. “Understanding health through social practices: performance and materiality in everyday life.” Sociology of Health & Illness 37(1):52-66.

        Moorhead, S. Anne, Diane E. Hazlett, Laura Harrison, Jennifer K. Carroll, Anthea Irwin, and Ciska Hoving. 2013. “A New Dimension of Health Care: Systematic Review of the Uses, Benefits, and Limitations of Social Media for Health Communication.” Journal of Medical Internet Research 15(4):e85.

        Petersen, Alan, Megan Tanner, and Suzanne Fraser. 2018. “Socio-material imaginaries of a data-driven healthcare system.” Social Science & Medicine 211:324-331.

        Robinson, Laura, Shelia R. Cotten, Hiroshi Ono, Anabel Quan-Haase, Gustavo Mesch, Wenhong Chen, Jeremy Schulz, Timothy M. Hale, and Michael J. Stern. 2015. “Digital inequalities and why they matter.” Information, Communication & Society 18(5):569- 582.

        Schachtner, Christina and Monika Duller. 2021. “Digital Health Practices and Habitus: A Critical Perspective.” Frontiers in Public Health 9:645424.

        Snyder, H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and guidelines.

        Journal of Business Research, 104, 333-339.

        Zhang, Jingwen, Devon Brackbill, Sijia Yang, Joshua Becker, Natalie Herbert, and Damon Centola. 2017. “Support or Competition? How Online Social Networks Increase Physical Activity: A Randomized Controlled Trial.” Preventive Medicine Reports 8:60- 63.

        Leave a Comment

        Your email address will not be published. Required fields are marked *