Oleh : Arja Apriandi
Di dunia yang semakin terhubung, bullying atau perundungan masih menjadi masalah serius yang dihadapi oleh banyak remaja. Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di platform online, menciptakan tantangan baru bagi kesehatan mental remaja. Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak bullying terhadap kesehatan mental remaja serta langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini.
Apa Itu Bullying?
Bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara berulang dengan tujuan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang lain. Bentuk bullying dapat berupa fisik, verbal, atau sosial, termasuk cyberbullying. Bullying bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan seringkali meninggalkan bekas yang dalam pada korban. Bullying rentan terjadi dilingkungan sekolah, korban yang mengalami bullying biasanya individu yang kurang berbaur, berbeda dengan teman-temannya (kebiasaan, sikap, dan lainnya),dan individu yang terlihat lemah. Hal demikian tentu sangat meresahkan terlebih dapat mengancam kesehatan mental korban bullying.
Selain di lingkungan sekolah, yang paling sering terjadi sekarang pada platform online seperti instagram misalnya. Perilaku bullying di media sosial seperti instagram disebabkan salah satunya oleh, adanya stanndarisasi bahwa instagram merupakan tempat dimana orang yang paham akan outpit dan lifestyle yang mewah dan elegant. Sehingga orang yang tidak masuk standarisasi tersebut akan rentan terkena bullying seperi dicemooh, di ejek, dan lain sebagainya.
Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental
1. Depresi
– Banyak remaja yang menjadi korban bullying mengalami gejala depresi. Mereka merasa tidak berharga dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati.
2. Anxiety (Kecemasan)
– Perasaan cemas sering kali muncul karena ketakutan akan menjadi target bullying lagi. Reaksi fisik seperti detak jantung yang cepat dan keringat berlebihan bisa terjadi saat remaja berada di lingkungan sosial.
3. Rasa Percaya Diri yang Rendah
– Bullying dapat merusak rasa percaya diri remaja. Mereka mungkin merasa tidak mampu atau tidak layak untuk diterima di lingkungan sosial, yang dapat mempengaruhi eksplorasi diri dan perkembangan pribadi.
4. Kesulitan Akademis
– Korban bullying seringkali mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah, yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja akademis. Kecemasan dan stres yang dialami dapat mengganggu kemampuan belajar mereka.
5. Pikiran atau Perilaku Menyakiti Diri
– Dalam beberapa kasus yang ekstrem, bullying dapat memicu remaja untuk melakukan tindakan menyakiti diri atau bahkan berpikir untuk mengakhiri hidup mereka. Ini merupakan tanda bahwa dukungan profesional sangat dibutuhkan.
Cara Mengatasi Bullying
1. Menciptakan Kesadaran
– Pendidikan tentang bullying di sekolah dan di rumah sangat penting. Menyediakan informasi dan dukungan bagi korban dapat membantu mereka merasa diterima dan dikuatkan.
2. Dukungan dari Keluarga dan Teman
– Mendorong remaja untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan menyediakan ruang aman untuk berbagi perasaan. Kehadiran dukungan emosional dapat membantu mengurangi dampak negatif.
3. Melaporkan Tindakan Bullying
– Penting bagi remaja untuk mengerti bahwa mereka tidak sendirian dan harus melaporkan tindakan bullying kepada pihak berwenang, baik itu guru, konselor, atau orang tua.
4. Mengakses Bantuan Profesional
– Jika dampak bullying mulai mengganggu keseharian, mencari bantuan dari psikolog atau konselor bisa menjadi langkah yang bijak. Terapi dapat membantu remaja mengatasi trauma dan membangun kembali rasa percaya diri mereka.
Bullying memiliki dampak yang mendalam pada kesehatan mental remaja. Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman agar remaja dapat tumbuh dan berkembang tanpa rasa takut. Dengan kesadaran, dukungan, dan tindakan yang tepat, kita dapat membantu mengurangi pengaruh bullying dan mendukung kesehatan mental remaja kita. Bullying merupakan momok yang menakutkan bagi korban yang mengalami bullying, akibatnya sangat berbahaya dalam segi kesehatan mental bahkan efek paling parahnya menyebabkan si korban melakukan bunuh diri.
Hal seperti ini tentu bukan tanpa alasan, tekanan dan bayang-bayang yang selalu menghantui korban bullying tentang bagaimana iya diperlakukan oleh teman-teman sekelilingnya sangat sulit diterima oleh si korban sehingga hal demikian sulit untuk dilepaskan apabila tidak dibantu oleh psikolog, maka perlunya pengawasan rutin oleh orang tua tentang apa yang dialami oleh anaknya ketika perilaku dan sikapnya berubah, bisa jadi anak tersebut mengalami perilaku bullying dan orang tua bisa mengambil sikap dan tindakan yang cepat untuk mengatasi hal tersebut supaya tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.