Kelola Rasa Takut Anda dengan Teknik CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

Oleh : Ni Kadek Devi Kesuma Pratiwi, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha

PENGERTIAN KETAKUTAN

Setiap manusia pasti memiliki rasa takut yang disebabkan oleh faktor yang beraneka ragam tergantung dari individu tersebut. Perasaan takut tersebut dapat muncul karena trauma masa lalu atau bisa juga dari dirinya sendiri tanpa diketahui alasan yang pasti. Hal tersebut merupakan reaksi yang normal atau biasa dialami oleh setiap individu.

Perasaan takut merupakan salah satu bagian emosi alami yang kerap dirasakan oleh seluruh manusia sejak lahir. Perasaan takut akan muncul jika pikiran mendeteksi adanya bahaya yang mendekati diri manusia. Namun rasa takut takut bukan hanya tentang hal yang negatif saja. Perasaan takut juga membuat manusia menjadi lebih waspada terhadap situasi yang menurutnya terancam dan bahaya, sehingga membuat manusia mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dalam menanggapi rasa takut ini terdapat beragam reaksi yang ditunjukkan. Seperti gelisah, keringat dingin, gemetar, detak jantung yang cepat, sampai yang paling parah adalah pingsan.

CARA MENGELOLA RASA TAKUT DENGAN TEKNIK CBT (COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY)

CBT atau yang biasa kita kenal dengan terapi perilaku kognitif menurupakan salah satu teknik dari kegiatan konseling yang berfokus pada proses berfikir dan berkaitan dengan emosional, tingkah laku, dan psikologisnya.

Teknik CBT (Cognitive Behavioral Therapy) membantu individu dalam menghadapi perasaan takut dengan melalui perawatan paparan. Teknik  orang CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dapat mengatasi individu yang mempunyai fobia, trauma, hingga kecemasan sosial. Terapi perilaku kognitif ini mendukung pasien untuk “memanjat tangga ketakutan” dengan memaparkan objek ketakutan secara berkala.

Contohnya, konseli yang takut pada kecoa mungkin pertama-tama diarahkan melihat foto kecoa, setelah itu diarahkan menonton video. Ketika konseli merasa siap, konseli dapat mengamati seekor kecoa di ruang yang tertutup dari jauh. Dengan seiring berjalannya waktu, konseli akan mencoba semakin dekat. Suatu hari, konseli bisa saja dapat menangani kecoa tanpa bantuan apapun. Hal ini tentu saja membutuhkan waktu yang begitu lama dan dengan kecepatan yang dapat ditoleransi oleh konseli secara wajar.

Contoh berikutnya jika konseli memiliki trauma saat menaiki kendaraan motor, konseli bisa mengubah salah satu dari pikiran, perasaan, dan perilaku. Jika pikiran awal dari konseli adalah tidak akan bisa mengontrol motor dengan baik dan akan menabrak sekelilingnya atau mungkin akan jatuh, maka dengan Teknik CBT ini akan mengajak konseli untuk mengubah pikiran.

Pada awalnya konseli takut menaiki kendaraan motor karena takut menabrak orang atau jatuh, maka diganti menjadi konseli akan bisa menaiki kendaraan motor dengan aman jika menggunakannya di pinggir jalan agar lebih aman. Lalu perasaan konseli dirubah dengan melatih menarik nafas panjang, dan relaksasi sebelum menaiki kendaraan bermotor sehingga konseli terasa lebih rileks. Sedangkan perilaku dapat dirubah dengan cara menghadapi ketakutan konseli itu sendiri. Cara mengubah menghadapi ketakutan untuk menaiki kendaraan motor tidak lain adalah dengan siap menaiki kendaraan motor. Karena ketika konseli menghadapi rasa takutnya, kekuatan dari ketakutan konseli akan semakin berkurang, dan Ketika itu dilakukan berkali-kali maka ketakutannya akan memudar secara perlahan.

Konsep dari terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy) itu sendiri adalah membuat individu sadar bahwa pikiran,  perasaan, dan perilaku adalah satu kesatuan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Pikiran dan perasaan yang negatif akan membuat konseli terus terjebak pada permasalahan yang sama dan terasa semakin menekan sehingga terjadi berulang-ulang.

Dalam melaksanakan sesi terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy), konseli disarankan agar terbuka dan jujur kepada konselor terkait semua informasi yang dibutuhkan konselor, agar konseli mendapatkan terapi terbaik dan sesuai dengan keadaan konseli. Selain itu kerja sama juga sangat diperlukan oleh konselor kepada konseli dalam menjalankan terapi ini. Hal ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *