KETERAMPILAN YANG TAK TERLIHAT, PENTINGNYA MEMAHAMI PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK CALON GURU

Oleh : Dewa Ayu Ami Sukma Nuriati, Universitas Pendidikan Ganesha

Pendidikan  Inklusif  adalah  sistem  layanan  pendidikan  yang  mengatur  agar  peserta didik  dapat  dilayani  di  sekolah  terdekat,  di  kelas  reguler  bersama-sama  teman  seusianya.  Tanpa   harus   dikhususkan   kelasnya, peserta   didik   dapat   belajar   bersama   dengan aksesibilitas yang  mendukung  untuk  semua  siswa tanpa  terkecuali  difabel (Malida, 2020). Pendidikan inklusif lahir sebagai bentuk ketidak puasan  penyelenggaraan  pendidikan  bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan sisitem segregasi. Sistem segregasi adalah sistem penyelenggaraan  sekolah  yang  diperuntukan  bagi  anak-anak  yang  memiliki  kelainan    atau    anak-anak  berkebutuhan    khusus (Wahid  &  Khoulita,  (2023).

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kondisi tertentu yang memerlukan perhatian dan dukungan khusus dalam proses pembelajarannya. Kondisi ini berupa keterbatasan fisik, gangguan perkembangan, kesulitan belajar atau gangguan emosional dan perilaku (Pitaloka dkk, 2022). Selain itu, ada juga anak yang menghadapi tantangan emosional, yang mungkin memerlukan dukungan tambahan dalam mengelola perilaku atau emosi mereka. Menurut statistik, sekitar 15% dari populasi anak di seluruh dunia tergolong dalam kategori ABK, dengan banyak di antaranya terdaftar di sekolah-sekolah umum. Fakta ini menyoroti pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang inklusif, agar setiap anak, terlepas dari latar belakang atau kebutuhan mereka, dapat menerima pendidikan yang memadai dan kesempatan yang setara untuk tumbuh dan berkembang.

Tujuan pendidikan  inklusi  menurut  Herawati  (2021)  adalah  (1)  Memberikan  kesempatan yang  seluas-luasnya  kepada  semua  anak  termasuk  anak  berkebutuhan  khusus  mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. (2) Membantu mempercepat program wajib belajar  pendidikan  dasar  (3)  Membantu  meningkatkan  mutupendidikan  dasar  dan  menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.

Keterampilan yang Diperlukan Untuk Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus

Keterampilan empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain, serta melihat dunia dari perspektif mereka. Dalam konteks pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), empati sangat penting karena memungkinkan guru untuk lebih memahami tantangan yang dihadapi siswa, baik secara fisik maupun emosional.

Keterampilan adaptasi kurikulum merujuk pada kemampuan guru untuk menyesuaikan metode pengajaran dan materi agar sesuai dengan kebutuhan unik anak berkebutuhan khusus (ABK). Ini sangat penting, karena setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda.

Keterampilan komunikasi yang jelas dan inklusif sangat penting dalam mendukung pendidikan ABK. Komunikasi yang efektif membantu menciptakan hubungan yang positif antara guru, siswa, dan orang tua. Guru perlu memastikan bahwa instruksi yang diberikan mudah dipahami oleh semua siswa, serta menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Selain itu, berkomunikasi dengan orang tua tentang perkembangan anak juga krusial. Ini dapat dilakukan melalui pertemuan rutin, laporan kemajuan, atau penggunaan alat komunikasi digital.

Keterampilan observasi dan penilaian melibatkan kemampuan guru untuk secara sistematis mengamati perkembangan dan kebutuhan siswa secara individual. Ini penting untuk mengidentifikasi kemajuan, kesulitan, dan area yang memerlukan perhatian lebih. Teknik penilaian yang adil dan komprehensif untuk ABK meliputi penggunaan rubrik yang jelas, penilaian formatif, dan portofolio.

Tantangan dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Stigma dan persepsi negatif terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) sering kali menjadi penghalang utama bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak masyarakat masih memiliki pandangan stereotipikal tentang disabilitas, yang dapat menciptakan ketidakpahaman dan diskriminasi. Misalnya, ada anggapan bahwa ABK tidak mampu belajar atau berkontribusi di kelas, sehingga mereka sering dipisahkan dari siswa lainnya. Stigma ini tidak hanya berdampak pada kepercayaan diri siswa ABK, tetapi juga dapat mempengaruhi interaksi sosial mereka dengan teman sebaya.

Banyak program pendidikan guru tidak memberikan cukup fokus pada metodologi pengajaran untuk siswa dengan kebutuhan khusus, sehingga lulusan mungkin merasa tidak siap untuk menghadapi tantangan di kelas yang inklusif. Kurangnya sumber daya, seperti materi pengajaran adaptif dan alat bantu, juga dapat menghambat kemampuan guru untuk mengimplementasikan strategi pengajaran yang efektif. Tanpa pelatihan yang memadai, guru mungkin kesulitan untuk memahami dan merespons kebutuhan individual siswa ABK, yang dapat memperburuk situasi di dalam kelas.

Dukungan dari institusi pendidikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi ABK. Institusi harus menyediakan pelatihan yang komprehensif untuk calon guru mengenai pendidikan inklusif dan kebutuhan khusus, serta menawarkan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk mendukung metode pengajaran yang efektif.

Kesimpulan

Pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan aspek vital dalam menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Keterampilan seperti empati, adaptasi kurikulum, komunikasi yang efektif, serta observasi dan penilaian yang cermat sangat penting bagi calon guru dalam mendukung perkembangan siswa ABK. Namun, stigma dan persepsi negatif, bersama dengan kurangnya pelatihan dan sumber daya, sering kali menghambat upaya untuk memberikan pendidikan yang layak bagi mereka. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk memberikan dukungan yang memadai kepada guru dan meningkatkan kesadaran tentang keberagaman kebutuhan dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, R. R., Prasetyo, A. B., Aulia, S., & Nabilah, S. (2024). Peran Guru Kelas Dalam Proses Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar9(2), 4101-4115.

Firdaus, N. N., & Harsiwi, N. E. (2024). Analisis Anak Berkebutuhan Khusus Serta Kendala Di Slb Negeri Keleyan Bangkalan. Multidisciplinary Indonesian Center Journal (MICJO)1(3), 1460-1468.

Malida, S.  (2020).  Pendidikan  Inklusif  Berbasis  Kearifal  Lokal  Dalam  Menghadapi  Era Society  5.0:  Kajian  Literatur  dan  Sitematika  Review  di  Indonesia. Jurnal  Pendidikan Ilmu Sosial, 29(2), 131-143.

Pitaloka, A.P., Fakhiratunnisa, S.A & Ningrum,. (2022). Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan dan Sains, 2(1), 80-95.

Susanti, T., & Herawati, N. I. (2024). Implementasi Pendidikan Inklusif Di Sekolah Dasar Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Pendidikan Inklusi Citra Bakti2(1), 64-74.

Wahid,  A.,  &  Khoulita,  I.  (2023).  Pendidikan  Inklusif  (Mewujudkan  Keadilan, KesetaraanDalam     Lingkungan     Multikultural).Islamic     Learning     Journal,1(3),     696-711.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *