LUKA YANG TAK TERLIHAT DIBALIK URGENSI PEMAHAMAN HAM BAGI MAHASISWA

“Hak setiap orang berkurang ketika hak satu orang terancam.” – John F.Kennedy

Oleh: Ni Ketut Suryani, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Mahasiswa merupakan tonggak masa depan bangsa yang seharusnya memiliki kesadaran tinggi terhadap hak asasi manusia (HAM). Sebagai generasi yang akan memegang kendali berbagai sektor kehidupan, mulai dari pemerintahan, ekonomi, hingga sosial budaya, mahasiswa memiliki peran krusial dalam membentuk arah dan kualitas masa depan negara. Mahasiswa diharapkan tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral dan kesadaran sosial yang tinggi, termasuk pemahaman yang mendalam mengenai HAM. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan gambaran yang memprihatinkan.

Sungguh disayangkan, banyak di antara mahasiswa yang masih abai dan tidak memahami urgensi HAM. Kurikulum pendidikan yang kurang menekankan pentingnya HAM, serta minimnya diskusi dan sosialisasi mengenai topik ini di kalangan mahasiswa, menjadi faktor utama yang menyebabkan ketidakpedulian ini. Selain itu, budaya masyarakat yang terkadang menganggap isu HAM sebagai sesuatu yang abstrak dan jauh dari kehidupan sehari-hari turut memperparah situasi. Akibatnya, banyak mahasiswa yang tidak menyadari bahwa pelanggaran HAM bisa terjadi di lingkungan terdekat mereka, bahkan mungkin dialami oleh mereka sendiri atau teman-teman mereka.

Ketidakpahaman dan ketidakpedulian ini mengakibatkan luka-luka tak terlihat yang menimbulkan penderitaan, ketidakadilan, dan diskriminasi dalam lingkungan kampus dan masyarakat luas. Mahasiswa yang seharusnya menjadi agen perubahan dan pelopor keadilan sosial malah terjebak dalam lingkaran apatisme dan ketidakpedulian. Kasus-kasus perundungan, pelecehan, dan diskriminasi yang terjadi di kampus sering kali tidak mendapatkan perhatian yang serius, baik dari pihak kampus maupun dari sesama mahasiswa. Korban-korban dari pelanggaran HAM ini sering kali terpaksa menanggung beban mental dan emosional yang berat, merasa sendirian, dan tidak tahu harus mencari bantuan ke mana.

Lebih jauh lagi, dampak dari ketidakpedulian ini tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh komunitas secara keseluruhan. Ketidakadilan dan diskriminasi yang dibiarkan begitu saja akan menciptakan atmosfer kampus yang tidak sehat dan tidak kondusif untuk belajar. Solidaritas antar mahasiswa akan terpecah, dan rasa percaya terhadap institusi pendidikan akan menurun. Di tingkat yang lebih luas, jika para mahasiswa yang kelak akan menjadi pemimpin dan profesional di berbagai bidang tidak memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai HAM, maka praktek-praktek ketidakadilan dan diskriminasi akan terus berlanjut dan merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Argumen ini didukung oleh mahasiswa sering kali menjadi korban ketidakadilan dan diskriminasi yang terjadi di dalam kampus. Fenomena ini terlihat dari berbagai kasus perundungan, pelecehan, dan diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, atau orientasi seksual yang masih sering terjadi. Banyak dari kita sebagai mahasiswa telah mendengar cerita-cerita menyakitkan dari teman-teman sekelas yang menjadi sasaran ejekan atau perlakuan tidak adil hanya karena perbedaan identitas. Ketidakpahaman terhadap HAM membuat banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk melawan dan menuntut keadilan. Ketidakmampuan untuk melawan ini sering kali menimbulkan luka batin yang dalam, yang tidak hanya merusak rasa percaya diri tetapi juga menghancurkan semangat belajar mereka. Akibatnya, prestasi akademis dan kesejahteraan mental mereka terpengaruh secara signifikan, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.

Pemahaman HAM yang minim membuat mahasiswa cenderung apatis dan kurang empati terhadap sesama. Mereka tidak menyadari bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperlakukan dengan adil. Ketidakpedulian ini sering kali berakar pada ketidaktahuan atau ketidakpedulian terhadap penderitaan orang lain. Akibatnya, solidaritas antar mahasiswa menjadi rapuh. Alih-alih bersatu dan saling mendukung, mahasiswa sering kali terpecah belah oleh prasangka dan diskriminasi yang tidak perlu. Luka-luka ini merusak harmoni dalam kehidupan kampus dan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk belajar dan berkembang. Ketika mahasiswa gagal membangun empati dan solidaritas, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari keragaman pengalaman dan perspektif, yang seharusnya menjadi salah satu kekayaan terbesar dari pendidikan tinggi.

Kurangnya pemahaman HAM di kalangan mahasiswa tidak hanya berdampak pada kehidupan kampus, tetapi juga pada masyarakat luas. Mahasiswa adalah calon pemimpin dan profesional masa depan. Jika mereka tidak memiliki kesadaran akan HAM, maka ketidakadilan dan diskriminasi akan terus berlanjut dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai individu yang kelak akan memegang posisi penting dalam berbagai sektor, mereka berpotensi untuk meneruskan siklus ketidakadilan ini, baik secara sadar maupun tidak sadar. Luka-luka tak terlihat ini akan semakin menganga dan sulit disembuhkan jika tidak ada upaya serius untuk menanamkan nilai-nilai HAM sejak dini. Untuk mencegah hal ini, pendidikan dan sosialisasi mengenai HAM harus menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa tidak hanya memahami hak-hak mereka sendiri, tetapi juga hak-hak orang lain, dan siap untuk menjadi agen perubahan yang memperjuangkan keadilan dan kesetaraan di setiap kesempatan.

Urgensi pemahaman HAM bagi mahasiswa adalah hal yang tidak bisa diabaikan. Sebagai individu yang akan memimpin dan membentuk masa depan bangsa, mahasiswa harus menyadari bahwa hak asasi manusia bukanlah konsep abstrak yang hanya dibahas dalam kelas-kelas teori. Luka-luka yang tak terlihat akibat ketidakpahaman ini menyebabkan penderitaan, ketidakadilan, dan diskriminasi yang merusak kehidupan individu dan komunitas. Ketidakmampuan untuk memahami dan menghormati HAM membuat mahasiswa rentan terhadap perlakuan tidak adil, yang pada gilirannya menciptakan trauma dan merusak potensi mereka. Tanpa kesadaran akan HAM, mahasiswa tidak hanya gagal melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga gagal menjadi agen perubahan positif di masyarakat. Luka-luka ini, meski tidak selalu tampak, menimbulkan efek domino yang merugikan tidak hanya korban langsung tetapi juga lingkungan sekitarnya, menciptakan atmosfer yang tidak sehat dan penuh ketidakpercayaan.

Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai mahasiswa untuk menyadari, memahami, dan menerapkan nilai-nilai HAM dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang mendalam tentang HAM akan memampukan kita untuk lebih peka terhadap ketidakadilan dan lebih berani memperjuangkan hak-hak kita sendiri maupun orang lain. Hanya dengan cara ini, kita bisa menciptakan lingkungan kampus yang adil, inklusif, dan harmonis. Mahasiswa yang paham dan peduli terhadap HAM akan mampu membangun solidaritas yang kuat, mendorong dialog yang konstruktif, dan menumbuhkan rasa saling menghargai di antara sesama. Dengan demikian, mereka tidak hanya meningkatkan kualitas hidup di kampus, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih manusiawi dan berkeadilan. Ketika mahasiswa membawa nilai-nilai HAM dalam setiap aspek kehidupan mereka, dari ruang kelas hingga kehidupan profesional dan sosial, mereka membantu menanamkan budaya penghormatan terhadap hak asasi manusia yang akan mengakar kuat dalam masyarakat kita.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *