Oleh : Komang Heni Cahya Purnami, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Mahasiswa merupakan julukan dari seorang individu yang sedang menempuh pendidikan tinggi di perguruan tinggi, seperti universitas, institut, ataupun akademi. Mahasiswa umumnya telah menyelesaikan pendidikan menengah atas (SMA) atau yang setara dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperoleh gelar akademik, seperti sarjana (S1), magister (S2), atau doktor (S3). Mahasiswa memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan pribadi mereka sendiri dan juga dalam kemajuan masyarakat melalui pendidikan dan kegiatan sosial maka dari itu mahasiswa sebagai generasi muda dan juga penerus bangsa sangatlah penting dalam memahami HAM.
Pemahaman mengenai Hak Asasi Manusia atau yang sering disingkat dengan (HAM) tidak hanya penting secara moral, tetapi juga merupakan kewajiban sosial yang mendasar bagi mahasiswa di era modern sekarang ini. Di tengah dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang sangat kompleks, mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi, dan menerapkan prinsip-prinsip HAM dalam kehidupan sehari-hari dan juga di masyarakat. Pendidikan tentang HAM di perguruan tinggi bukan hanya tentang memenuhi kurikulum, tetapi juga tentang bagaimana cara membentuk karakter, nilai-nilai, dan tindakan mahasiswa sebagai generasi muda atau agen perubahan positif dalam masyarakat.
Pemahaman yang mendalam mengenai HAM mencakup pengakuan terhadap hak-hak dasar setiap individu sebagai manusia yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Hal ini mencakup hak untuk hidup, kebebasan dari penyiksaan, diskriminasi, serta hak untuk pendidikan, kesehatan, dan keadilan. Bagi mahasiswa, memahami HAM tidak hanya tentang mengetahui hak-hak tersebut, tetapi juga mahasiswa harus dapat menerima tanggung jawab untuk menghormati dan melindungi hak-hak tersebut dalam interaksi mereka sehari-hari.
Di dalam lingkungan kampus, pemahaman HAM bagi mahasiswa ini sangat penting dalam menciptakan budaya yang inklusif di mana semua individu dihargai tanpa memandang latar belakang mereka. Mahasiswa juga belajar untuk menghormati kebebasan berpendapat danmenyuarakan pandangan mereka tanpa takut akan represi atau diskriminasi. Hal ini tentunya akan membantu menciptakan lingkungan kampus yang kondusif untuk pembelajaran, di mana ide-ide dapat dipertukarkan secara terbuka tanpa adanya rasa takut.
Saya beropini bahwa mahasiswa sering kali dijadikan pendorong di balik perubahan sosial yang signifikan di dalam masyarakat. Mahasiswa sangatlah aktif dalam advokasi untuk hak-hak minoritas, hak-hak perempuan, hak-hak lingkungan hidup, dan berbagai isu HAM lainnya yang mempengaruhi kehidupan manusia secara luas. Partisipasi mereka dalam gerakan mahasiswa, kampanye sosial, dan juga aksi protes sering kali menjadi titik awal perubahan kebijakan publik yang lebih inklusif dan adil.
Sebagai contohnya di negara kita ini, mahasiswa sering kali menjadi pemimpin demonstrasi dan kampanye untuk mendukung perubahan kebijakan yang lebih menghormati dan melindungi hak asasi manusia. Mereka menuntut perlindungan yang lebih baik bagi pengungsi dan migran, mengadvokasi untuk kebebasan beragama, atau memperjuangkan hak-hak pekerja di sektor informal. Tindakan ini sangat mencerminkan komitmen mereka terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.
Pendidikan HAM tentunya dapat mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi individu yang berperan sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dalam membangun masyarakat adil dan beradab. Mereka diberdayakan untuk menjadi advokat dan juga pengawas sosial yang dapat membantu dalam memastikan bahwa hak-hak dasar individu dipertahankan dan dihormati oleh pemerintah dan institusi lainnya. Ini mencakup mengawasi perlaksanaan kebijakan publik, memonitor peradilan yang adil, dan mengambil tindakan hukum jika diperlukan untuk melindungi hak-hak warga negara Indonesia.
Meskipun pentingnya pemahaman HAM telah diakui, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam memajukan agenda HAM di kalangan mahasiswa. Salah satunya adalah kurangnya konsistensi dalam pendidikan HAM di berbagai institusi pendidikan tinggi. Beberapa perguruan tinggi mungkin tidak menyediakan kursus atau pelatihan yang memadai dalam HAM, yang dapat mengurangi tingkat pemahaman dan kesadaran mahasiswa terhadap isu-isu HAM yang penting. Selain itu, ada beberapa mahasiswa yang menghadapi tekanan atau kritik dari rekan mereka karena terlibat dalam gerakan HAM atau mengangkat isu-isu yang kontroversial secara politik atau sosial. Hal ini sangatlah dapat mempengaruhi keberanian mahasiswa dalam mempertahankan nilai-nilai HAM dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.
Menurut saya pemahaman Hak Asasi Manusia bagi mahasiswa ini tidak boleh diabaikan. Pendidikan HAM bukan hanya semena mena tentang bagaimana kita memahami teori-teori atau konvensi-konvensi internasional, tetapi juga tentang menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan yang mendasari keadilan sosial. Mahasiswa yang memahami HAM secara mendalam memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang efektif dalam masyarakat, baik di tingkat lokal maupun global. Mereka tentunya dapat memanfaatkan pengetahuan mereka untuk mempengaruhi kebijakan publik, mendukung gerakan sosial yang progresif, dan juga membangun komunitas yang inklusif dan menghargai kebebasan individu. Dengan demikian, pendidikan HAM di perguruan tinggi harus diperkuat dan diprioritaskan untuk mempersiapkan para mahasiswa menjadi generasi muda dan juga pemimpin masa depan yang bertanggung jawab serta berkepedulian kemanusiaan secara luas. Hanya dengan cara inilah, kita dapat membangun dunia yang lebih baik, di mana martabat manusia dihormati dan dilindungi di semua tingkat kehidupan.