Oleh : I Gusti Bagus Putra Widnyana, Universitas Pendidikan Ganesha, Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Pendidikan di Indonesia kini mewajibkan untuk menjadi semakin inklusif, di mana calon guru diharapkan untuk menguasai kurikulum dan teknik mengajar yang tepat dan inklusif namun juga harus mampu memahami keberagaman kebutuhan yang dimili peserta didik termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Anak-anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik dan kebutuhan yang unik. Mereka mungkin menghadapi hambatan fisik, intelektual, emosional, atau sosial yang memengaruhi proses belajar mereka. Dalam menghadapi realitas ini, sangat penting bagi calon guru untuk memiliki pemahaman mendalam tentang pendidikan bagi ABK agar mampu mendukung potensi mereka secara optimal.
1. Menghadapi Realitas Keragaman di Kelas
Kini kelas-kelas bukan lagi kelas homogen di mana siswa-siswa memiliki gaya belajar yang sama. dengan adanya pendidikan inklusif ini maka sekolah dapat menerima peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi yang mereka miliki termasuk dengan anak ABK. Guru-guru bahkan calon guru kini harus memahami bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda terutama dengan anak ABK.
Sebagai contoh, anak dengan gangguan spektrum autisme mungkin kesulitan berinteraksi sosial dan memerlukan pendekatan belajar yang lebih visual dan terstruktur. Begitu pula dengan anak dengan disabilitas sensorik, seperti tunarungu atau tunanetra, yang membutuhkan bantuan teknologi atau metode khusus dalam belajar. Kemudian anak dengan disleksia memerlukan pengawasan guru yang lebih memahami dirinya sehingga memerluka professionalitas yang tinggi dalam mendukung pembelajarannya. Tanpa pemahaman mendalam tentang kebutuhan ini, calon guru akan sangat kesulitan dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung bagi setiap siswa. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pendidikan ABK membantu calon guru merancang pembelajaran yang inklusif dan adaptif, sehingga setiap anak merasa dihargai dan diterima di kelas.
2. Mengembangkan Empati dan Kepekaan Sosial
Belajar tentang pemahaman pendidikan ABK bukan hanya bagaimana teknik mengajar, akan tetapi juga tentang bagaimana bisa membangun kepekaan sosial dan empati pada diri. Anak-anak ABK sering sekali mendapat diskriminasi karena stigma masyarakat yang tidak menghargai kehadiran mereka. Dengan belajar mengenai kebutuhan mereka, calon guru akan dapat mengembangkan sikap empati dan menghapus pandangan negatif terhadap ABK. Kepekaan sosial ini akan tercermin dalam cara mereka mengajar dan berinteraksi dengan siswa, yang tidak hanya memberikan dukungan bagi ABK, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai inklusi kepada seluruh kelas.
Dengan memahami bahwa setiap siswa memiliki potensi yang bisa dikembangkan, meskipun memiliki keterbatasan tertentu, membuat calon guru lebih bersemangat dan berkomitmen untuk mendampingi siswa dengan pendekatan yang sabar dan penuh perhatian karena guru percaya bahwa anak yang berkebutuhan khusus juga memiliki bakat hebat yang mereka miliki masing-masing.
3. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Inklusif dan Adil
Tujuan utama dalam pendidikan inklusif ini adalah untuk memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Anak-anak berkebutuhan khusus sering kali memerlukan bantuan atau pendekatan khusus, dan tanpa pemahaman mengenai hal ini, calon guru akan sulit mewujudkan keadilan di dalam kelas.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan disleksia mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami materi tertulis baik memahami bacaan maupun berhitung, sehingga ia memerlukan waktu tambahan atau metode pembelajaran yang lebih interaktif, begitu pula dengan kebutuhan anak lainnya yang tentu berbeda-beda.
4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Secara Keseluruhan
Dampak positif dari pemahaman tentang pendidikan ABK adalah peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Ketika calon guru dibekali dengan kemampuan mengelola kelas yang inklusif, mereka dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung semua siswa untuk berkembang dan semakin semangat untuk belajar bersama dengan teman-temannya yang tentu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Metode yang dirancang untuk membantu ABK, seperti penggunaan teknologi pembelajaran dan pendekatan yang lebih personal, ternyata juga bermanfaat bagi siswa lainnya seperti penggunaan media visual dan audiovisual yang bisa digunakan dalam pembelajaran.
Selain itu, calon guru yang memahami akan pentingnya pendidikan bagi ABK akan lebih kreatif dan fleksibel dalam menyusun materi ajar dan membuat susunan pembelajaran. Mereka akan dibentuk untuk terbiasa dalam menyampaikan dan menyajikan materi yang mudah dipahami oleh siswanya. Dengan pendekatan yang telah dibuat oleh guru itu maka akan menghasilkan pula lingkungan belajar yang lebih inovatif, yang akan meningkatkan semangat belajar siswa dikelas.
5. Mempersiapkan Calon Guru Menghadapi Tantangan Masa Depan
Kini dunia pendidikan selalu berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan tantangan yang dihadapi guru juga menjadi semakin kompleks. Di masa depan, kebutuhan akan pendidikan inklusif diprediksi akan terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan pendidikan dan melek akan kemajuan. Calon guru yang memiliki pemahaman tentang pendidikan ABK akan memiliki keunggulan dalam menghadapi tantangan ini. Mereka tidak hanya mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi siswa, tetapi juga menjadi pelopor dalam menciptakan perubahan positif di lingkungan pendidikan agar pendidikan di Indonesia bisa selaras dan sesuai dengan cita-cita bangsa yaitu mencetak generasi emas. Mereka akan menjadi pendidik yang tangguh dan responsif, dengan begitu maka yang dihasilkan pula anak didik yang baik dan sukses.
Kesimpulan
Melek inklusi dalam pendidikan ABK bukan lagi opsi, tetapi kebutuhan bagi calon guru masa kini. Dengan pemahaman dan bekal yang mendalam tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus, calon guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang adil, inklusif, dan berkualitas tanpa membeda-bedakan. Ini bukan hanya tentang membantu ABK, tetapi juga menciptakan ruang belajar di mana setiap anak, tanpa terkecuali, dapat tumbuh dan berkembang dengan potensi terbaik mereka bersama-sama tanpa pandang bulu. Dengan empati, kepekaan sosial, dan kemampuan beradaptasi, calon guru masa kini akan menjadi pendidik yang siap menghadapi kemajuan dan realitas pendidikan yang semakin beragam.