Melepas Stigma dan Menjembatani Kesenjangan : Pendidikan Inklusif Untuk Calon Guru

Oleh : Ni Komang Anik Warsani, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Stigma dan diskriminasi masih menghantui anak berkebutuhan khusus. Stigma yang berarti pandangan negatif, prasangka, atau persepsi yang bersifat merendahkan yang di tujukan untuk kelompok ataupun seseorang berdasarkan ciri khas tertentu. Dalam konteks ini stigma merujuk pada pandangan negatif yang sering kali dialamatkan kepda anak berkebutuhan khusus. Mereka dianggap berbeda, tidak mampu atau bahkan menjadi beban bagi masyarakat. Melepas stigma yang artinya mengubah cara pandang terhadap anak berkebutuhan khusus. Ini berarti melihat mereka sebagai individu yang unik dengan potensi dan kemampuan yang beragam bukan sebagai kelompok yang inferior. Sedangkan kesenjangan dalam konteks ini yang berarti jurang pemisah antara anak berkebutuhan khusus dengan anak pada umumnya baik dalam hal akses pendidikan, kesempatan belajar maupun kesempatan berpartisipasi dalam lingkungannya. Menjembatani kesenjangan yang dimaksud adalah membangun jembatan penghubung antara kedua kelompok ini anak yang berkebutuhan khusus dengan anak yang normal pada umumnya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mereka sama-sama belajar, berkembang, dan berprestasi tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya. Jadi dalam judul “MELEPAS STIGMA  DAN MENJEMBATANI KESENJANGAN” menekankan pentingnya mengubah pandangan negatif dan menciptakan lingkungan yang adil dan setara bagi anak berkebutuhan khusus yang berarti menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keragaman, menghilangkan diskriminasi dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua anak dalam meraih prestasinya dan menunjukkan potensi mereka

Pendidikan Inklusif merupakan sebuah konsep yang menjanjikan kesetaraan dan akses pendidikan bagi semua anak, termasuk untuk anak yang berkebutuhan khusus tetapi sampai kini masih hal tersebut masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Dalam hal ini kita sebagai calon guru sangat berperan. Mereka adalah ujung tombak dalam membangun sistem pendidikan yang ramah dan inklusif. Namun untuk mencapai hal tersebut, sebagai calon guru perlu dibekali dengan pemahaman yang mendalam tentang pendidikan inklusif mengenai anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus mereka sering kali dianggap berbeda dan tidak mampu belajar seperti anak pada umumnya. Hal ini mengakibatkan mereka dijauhi dan terisolasi dalam bidang pendidikan. Untuk mengatasi bias tersebut, calon guru harus memahami bahwa setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang unik. Sebagai calon guru, sudah seharusnya dilatih untuk melihat anak berkebutuhan khusus bukan sebagai beban, namun sebagai individu berkebutuhan khusus yang perlu dipenuhi.

Pendidikan inklusif bukan sekedar mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus di kelas reguler. Selain itu, pendidikan inklusif memerlukan kemauan dan kemampuan beradaptasi dari semua pihak yang terlibat, termasuk calon guru. Mereka harus mempelajari strategi pembelajaran yang efektif untuk anak berkebutuhan khusus, memahami berbagai jenis disabilitas, dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang tua dan  profesional lainnya. Peran calon guru dalam menjembatani kesenjangan antara anak berkebutuhan khusus dan masyarakat umum sangatlah penting. Mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, membangun rasa saling menghargai dan toleransi, serta mendorong partisipasi aktif semua anak dalam proses pembelajaran. Pentingnya pemahaman calon guru tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak dapat di remehkan. Sebagai calon guru harus paham dan tau bahwa setiap anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan mereka perlu menggunakan berbagai pendekatan untuk membantu anak-anak dalam proses pembelajarannya. Salah satu cara untuk mempersiapkan calon guru dalam menghadapi tantangan pendidikan inklusif adalah melalui program pe;atihan yang komprehensif diantaranya yaitu calon guru perlu memahami konsep dasar yang dimana memuat tentang pendidikan inklusif, bagaiman prinsip-prinsipnya, serta bagaiaman cara penerapannya dalam konteks pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus dalam hal ini program pelatihan harus mencakup pemahaman tentang berbagai jenis disabilitas, karakteristik anak berkebutuhan khusus, dan kebutuhan khusus mereka. Nah strategi pembelajaran yang efektif untuk anak berkebutuhan khusus juga tidak kalah penting. Sebagai calon guruperlu dilatih untuk menggunakan strategi pembelajaran yang efektif untuk anak berkebutuhan khusus, seperti modifikasi kurikulum, penggunaan alat bantu, dan pendekatan individua. Selain itu keterampilan dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dalam hal ini calon guru perlu di latih untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan orang tua, tenaga profesional lainnya dan anak berkebutuhan khusus. Seperti contohnya anak yang memiliki masalah dalam pendengarannya atau anak tuna rungu maka, sebagai calon guru harus bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat agar peroses pembelajarannya dapat berjalan dengan baik. Contoh lainnya adalah anak yang memiliki masalah dalam penglihatannya atau yang biasa kita kenal dengan anak tunanetra, maka sebagai calon guru harus bisa menempatkan posisi duduk anak tersebut dengan tepat. Misalnya anak yang meiliki penglihatan rabun jauh bisa ditempatkan di tempat duduk di depan agar ia bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.

Melalui pendidikan inklusif, calon guru dapat menjadi agen perubahan yang membawa harapan baru bagi anak berkebutuhan khusus. Mereka dapat membantu anak-anak ini meraih mimpi dan potensi mereka, serta membangun masa depan yang lebih cerah. Perlu di tekankan kembali bahwa anak berkebutuhan khusus mereka mempunyai hak yang sama jika di bandingkan dengan anak lainnya. Mereka berhak mendapatkan pendidikan yang sama dan layak untuk di sayangi dan dicintai tanpa memandang rendah fisik mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *