Oleh : Ni Nyoman Trisnayanti, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Pendidikan Inklusif adalah suatu filosofi pendidikan dan sosial. Dalam pendidikan inklusif, semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan, apapun perbedaan mereka. Pendidikan inklusif berarti bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, suku, latar belakang budaya atau bahasa dan agama menyatu dalam komunitas sekolah yang sama. Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memerhatikan cara mentransformasikan sistem pendidikan, sehingga dapat merespon keanekaragaman peserta didik yang memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman dengan keanekaragaman tersebut, serta melihatnya lebih sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar dari pada melihatnya sebagai suatu problem.
Lingkungan masyarakat yang menerima keberadaan anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu faktor pendukung yang penting bagi mereka. Dukungan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat dapat menjadikan anak sebagai pribadi yang percaya diri (Fabiani & Krisnani, 2020). Adanya dukungan tersebut juga dapat mengembangkan kemampuan dan kreatifitas yang ada pada diri mereka (anak berkebutuhan khusus) sehingga bisa menjadi individu yang memiliki daya saing (Khoirin Nida, 2018). Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki per berbedaan berupa mental, perilaku, kemampuan sensorik, komunikasi, maupun perbedaan dalam bentuk fisik yang berbeda dari anak-anak pada umumnya (Sukadari, 2020)
Anak berkebutuhan khusus sering dijadikan sebagai kelompok yang terasingkan, selain itu anak-anak berkebutuhan khusus juga sering mendapatkan perilaku yang diskriminatif pada dirinya terutama di dunia pendidikan. Padahal lingkungan pendidikan sangat penting bagi setiap anak (Jesslin & Kurniawati, 2020). Menurut Setiadi & Fembriarto (2017) anak berkebutuhan khusus hendaknya juga dapat mengenyam pendidikan selayaknya seperti anak normal lainnya, karena pendidikan ialah faktor yang sangat pentingidalam pertumbuhanidan perkembangan anak
Pendidikan inklusif dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik berkebutuhan khusus dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
1. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Penyelenggaraan pendidikan inklusif didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut.
- Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu Pendidikan inklusif merupakan filosofi dan strategi dalam upaya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan yang memungkinkan dapat memberikan akses pada semua anak dan menghargai perbedaan.
- Prinsip keberagaman Adanya perbedaan individual dari sisi kemampuan, bakat, minat, serta kebutuhan perserta didik, sehingga pendidikan hendaknya diupayakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individual peserta didik.
- Prinsip kebermaknaan Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang ramah, menerima, keragaman dan menghargai perbedaan, serta bermakna bagi kemandirian peserta didik.
- Prinsip keberlanjutan Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan
- Prinsip keterlibatan Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen pendidikan terkait.
2. Manfaat Pemahaman ABK bagi Calon Guru
- Membentuk Guru yang Inklusif dan Tanggap Terhadap Keberagaman Guru inklusif adalah mereka yang tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga menghargai dan mendukung keberagaman di dalam kelas. Dengan pemahaman yang baik tentang pendidikan ABK, calon guru akan lebih mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi seluruh siswa, tanpa memandang keterbatasan atau kelebihan mereka. Hal ini membangun suasana belajar yang ramah, mendukung, dan terbuka untuk berbagai latar belakang dan kebutuhan khusus.
- Mengembangkan Keterampilan Manajemen Kelas yang Efektif , Kelas inklusif menuntut calon guru untuk memiliki keterampilan manajemen kelas yang lebih baik. Dengan memahami pendidikan ABK, calon guru akan lebih siap menghadapi tantangan di kelas yang heterogen. Mereka akan mampu mengelola perilaku siswa dengan lebih baik, membuat adaptasi yang diperlukan, serta mengidentifikasi kebutuhan individu siswa yang beragam. Dengan keterampilan ini, calon guru bisa menciptakan dinamika kelas yang sehat dan seimbang.
- Membangun Empati dan Kepedulian Sosial, Pemahaman tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus membantu calon guru mengembangkan empati dan kepedulian sosial. Hal ini penting dalam profesi pendidikan, karena empati memungkinkan guru untuk memahami sudut pandang siswa dan memberikan dukungan yang lebih berarti. Guru yang memiliki empati tinggi akan lebih mampu mendorong siswa untuk saling mendukung dan menciptakan iklim yang menghargai perbedaan di dalam kelas. Sifat empatik ini juga penting dalam membangun hubungan yang lebih baik antara guru dan siswa.
3. Tantangan dalam Menerapkan Pendidikan ABK bagi Calon Guru
Meskipun banyak manfaat yang bisa diperoleh, memahami pendidikan ABK juga memiliki tantangan tersendiri. Misalnya, tidak semua calon guru memiliki akses ke pelatihan khusus mengenai ABK. Padahal, pengetahuan dan keterampilan ini sangat diperlukan agar calon guru dapat memberikan dukungan yang optimal. Kurikulum di universitas juga perlu diperhatikan, di mana materi tentang pendidikan ABK harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan calon guru.
Tantangan lain adalah persepsi negatif yang masih ada di masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus. Sebagai calon guru, penting untuk memahami bahwa mereka memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan berkualitas. Calon guru harus mampu menjadi agen perubahan yang memperjuangkan pendidikan inklusif dan menghilangkan stigma terhadap siswa berkebutuhan khusus.
Simpulan
Pendidikan anak berkebutuhan khusus bukanlah hal yang bisa diabaikan dalam dunia pendidikan. Bagi calon guru, memahami pendidikan ini adalah investasi penting yang akan memberikan dampak besar dalam karier mereka sebagai pendidik. Pemahaman tentang pendidikan ABK membantu calon guru menjadi lebih empatik, profesional, dan mampu mengelola kelas yang inklusif serta mendukung keberagaman.
Oleh karena itu, universitas dan lembaga pendidikan perlu berperan aktif dalam mempersiapkan calon guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan ABK. Dengan begitu, calon guru tidak hanya mampu mengajar, tetapi juga mampu membimbing, mendukung, dan memberikan pendidikan berkualitas bagi semua siswa tanpa terkecuali.