Oleh : Ni Komang Putri Leony, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Maju atau tidaknya suatu bangsa dan negara dipengaruhi oleh bagaimana kualitas dari generasi dalam suatu bangsa dan negara itu sendiri. Generasi adalah suatu keadaan sosial yang mempunyai kesamaan seperti usia atau tahun kelahiran, pola pengalaman dan pola pemikiran dari suatu individu atau kelompok dalam tatanan masyarakat. Generasi Y atau yang biasa disebut dengan milenial adalah generasi yang mempunyai rentan waktu kelahiran antara tahun 1982 hingga tahun 2000. Generasi ini juga merupakan kelompok yang tumbuh dan berkembang dalam era digital atau masa internet booming.
Saat ini, Indonesia juga sudah mengkolaborasikan era didigital dengan sistem pendidikan di Indonesia seperti gaya pembelajaran pasif yaitu tayangan power point melalui teknologi in focus yang tentunya akan membuat kedekatan hubungan emosi antar pendidik dan kaum milenial sedikit berkurang. Padahal, tujuan dari pendidikan dan pembelajaran adalah untuk dapat menciptakan generasi yang memiliki pemberdayaan, peradaban, pengembangan sikap toleransi, pribadi yang berakhlak dan bermartabat. Untuk “mengembalikan” kegiatan pembelajaran dan pendidikan sebagaimana yang telah dikonsepkan, dibutuhkan model pembelajaran yang mampu membangun atau menstimulus interaksi antara pendidik dan generasi milenial yang tentunya dapat menumbuh kembangkan budaya sosial yang tinggi, memperhatikan kecerdasan kemandirian serta kreativitas terhadap karakteristik masing-masing generasi milenial, Kegiatan pembelajaran tersebut masuk ke dalam kategori pembelajaran transformatif (transformative learning) yang dapat memberikan keterampilan serta pemahaman yang diperlukan untuk membangun generasi yang unggul dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Pembelajaran transformatif merupakan pendekatan yang berfokus pada perkembangan pribadi dan transformasi individu. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga melibatkan aspek-aspek seperti keterampilan hidup, kreativitas, kritis berpikir, kolaborasi, dan kecerdasan emosional. Dengan memperkuat aspek-aspek ini, pembelajaran transformatif harus mengakomodasikan tekonologi serta perubahan sosial yang cepat guna mendorong kaum milenial untuk menjadi individu yang lebih adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan kompleks dunia modern.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi kaum milenial adalah perubahan cepat dalam dunia kerja. Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, lapangan kerja terus berkembang dan mengalami transformasi. Pembelajaran transformatif dapat membekali kaum milenial dengan keterampilan yang relevan dan beragam untuk memasuki pasar kerja yang kompetitif. Misalnya, dengan fokus pada keterampilan digital, pemecahan masalah, dan berpikir kreatif, kaum milenial dapat menjadi pekerja yang sangat dicari dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi.
Selain itu, pembelajaran transformatif juga memungkinkan kaum milenial untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan keterampilan sosial yang kuat. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, dan membangun hubungan yang kuat sangatlah penting. Dengan memperkuat keterampilan ini melalui pembelajaran transformatif, kaum milenial dapat menjadi pemimpin yang efektif, kolaborator yang tangguh, dan pengambil keputusan yang bijaksana.
Selain keterampilan dan pemahaman, pembelajaran transformatif juga memperhatikan pengembangan nilai dan sikap yang positif. Generasi milenial sering kali dihadapkan pada berbagai masalah sosial, termasuk ketidaksetaraan, perubahan iklim, dan kekurangan sumber daya. Pembelajaran transformatif dapat membantu kaum milenial menginternalisasi nilai-nilai seperti keadilan, keberlanjutan, empati, dan tanggung jawab sosial. Hal ini membantu mereka menjadi generasi yang peduli, aktif, dan bertanggung jawab dalam menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Namun, untuk mencapai pembelajaran transformatif bagi kaum milenial, diperlukan perubahan dalam sistem pendidikan. Kurikulum harus diperbarui untuk mencakup keterampilan dan pemahaman yang relevan dengan dunia kerja dan tantangan global saat ini. Metode pengajaran juga perlu berfokus pada keterlibatan aktif, pemecahan masalah, kolaborasi, dan penerapan praktis dari pengetahuan yang diperoleh. Selain itu, teknologi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran interaktif, akses ke sumber daya global, dan pengembangan keterampilan digital. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk memastikan pembelajaran transformatif ini dapat diimplementasikan secara efektif. Dana dan sumber daya yang cukup harus dialokasikan untuk mengembangkan kurikulum, pelatihan guru, dan infrastruktur pendidikan yang memadai sehingga dapat memaksimalkan keterhubungan antara pembelajaran dan juga kebutuhan dunia kerja nantinya.
Kesimpulannya, pembelajaran transformatif memiliki potensi besar dalam membangun generasi milenial yang unggul. Melalui pendekatan yang holistik dan inklusif, kaum milenial dapat dikembangkan menjadi individu yang memiliki keterampilan, pemahaman, nilai-nilai, dan sikap yang dibutuhkan untuk sukses dalam dunia yang terus berubah. Dengan memastikan implementasi pembelajaran transformatif yang efektif, lembaga pendidikan dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kaum milenial dan masyarakat secara keseluruhan.