Oleh : Diva Andita, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Teori belajar memiliki peran yang signifikan dalam konteks pendidikan dan pemahaman tentang bagaimana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku baru. Teori belajar adalah pendekatan atau kerangka kerja yang digunakan untuk memahami bagaimana individu memperoleh, memproses, dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang efektif, teori belajar memberikan landasan penting yang membantu kita memahami dan meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Terdapat beberapa macam teori belajar yang dimana salah satunya yaitu Teori Belajar Humanistik.. Teori belajar humanistik adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pentingnya kebutuhan psikologis dan potensi pribadi dalam proses belajar. Teori ini berfokus pada aspek-aspek subjektif individu, seperti pengalaman, emosi, motivasi, dan pemenuhan kebutuhan psikologis. Bagi kaum milenial, pendekatan humanistik dalam pembelajaran dapat sangat relevan karena mengakui kebutuhan mereka untuk merasa diperhatikan, dihargai, dan memiliki otonomi dalam pengembangan diri.
Teori belajar humanistik dipengaruhi oleh pemikiran tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow. Teori ini menekankan pentingnya aspek psikologis individu, penghargaan diri, dan pengembangan potensi pribadi dalam proses pembelajaran. Dalam teori ini, pembelajaran dipandang sebagai proses yang berpusat pada individu, di mana siswa dilihat sebagai subjek aktif yang memiliki keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri. Walaupun saat ini dunia pendidikan lebih banyak menggunakan teori pembelajaran behavioristik yang menekankan pada stimulus dan respons, menurut saya teori belajar humanistik masih bisa digunakan pada dunia pendidikan dalam pendidikan kaum milenial untuk membangun konektivitas emosional dan menggali potensi diri.
Dalam pandangan saya, semua individu perlu memenuhi kebutuhan psikologisnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis individu merujuk pada pemenuhan kebutuhan dasar yang mempengaruhi kesejahteraan dan perkembangan psikologis seseorang. Dalam konteks teori belajar humanistik, pemenuhan kebutuhan psikologis dianggap sebagai faktor yang penting dalam motivasi belajar dan perkembangan pribadi.
Dalam teori belajar humanistik, membangun konektivitas emosional dan menggali potensi diri merupakan dua aspek penting yang saling terkait. Teori belajar humanistik menekankan pentingnya hubungan dan interaksi yang bermakna antara individu. Membangun konektivitas emosional melibatkan pembentukan hubungan yang positif antara guru dan siswa, serta antara siswa satu sama lain. Hal ini mencakup sikap saling menghargai, empati, dan kepedulian terhadap perasaan dan kebutuhan emosional individu. Dalam teori belajar humanistik, menggali potensi diri merupakan konsep sentral yang menekankan pentingnya pengembangan dan aktualisasi diri. Dalam menggali potensi diri, penting untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri. Hal ini meliputi pengetahuan tentang minat, nilai-nilai, kekuatan, dan kelemahan pribadi. Sangat penting untuk menerima diri sendiri dengan segala keunikan, kelebihan, dan kelemahan yang dimiliki.
Membangun konektivitas emosional dan menggali potensi diri saling melengkapi dalam teori belajar humanistik. Konektivitas emosional yang kuat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi siswa untuk menggali potensi diri mereka dengan percaya diri dan nyaman. Sebaliknya, menggali potensi diri membantu memperkuat konektivitas emosional dengan memberikan pengalaman yang memuaskan dan membangun kepercayaan diri. Keduanya berkontribusi pada pembelajaran yang bermakna dan pertumbuhan pribadi siswa. Teori belajar humanistik memiliki relevansi yang signifikan dengan kaum milenial, yang merupakan generasi yang tumbuh dengan karakteristik dan tantangan unik. Kaum milenial memiliki kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, seperti kebutuhan akan pengakuan, otonomi, dan aktualisasi diri. Menerapkan pendekatan humanistik dalam pembelajaran dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan ini, menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan emosional dan motivasi intrinsik mereka.
Saya meyakini dengan menerapkan prinsip-prinsip teori belajar humanistik, pembelajaran kaum milenial dapat menjadi lebih relevan, bermakna, dan memenuhi kebutuhan psikologis mereka. Hal ini dapat membantu mereka untuk meraih potensi pribadi mereka, meningkatkan keterlibatan, dan meraih hasil pembelajaran yang lebih baik. Dalam teori belajar humanistik, menggali potensi diri bukan hanya tentang mencapai kesuksesan eksternal, tetapi juga tentang pengembangan pribadi yang autentik dan memuaskan. Ini melibatkan pemahaman diri yang mendalam, penerimaan, eksplorasi, dan komitmen untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penerapan teori belajar humanistik dalam pembelajaran bagi kaum milenial dapat memberikan lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi mereka, memberikan makna dan relevansi dalam pembelajaran, serta meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses belajar.