Oleh:Dewa Ayu Saskia Cendani Putri,Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Universitas Pendidikan Ganesha
Paradigma baru dalam sistem pendidikan Indonesia adalah pendidikan inklusif. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaannya, terutama terkait kesiapan pendidik dalam menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sebagai calon guru, memahami secara mendalam tentang ABK bukan lagi sekadar pilihan; itu adalah kebutuhan mendesak untuk menciptakan pendidikan berkualitas untuk semua.
Menurut data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, jumlah ABK di Indonesia terusmeningkat setiap tahunnya. Sayangnya, peningkatan ini tidak selalu diimbangi dengan ketersediaan guru yangberpengalaman dalam pendidikan khusus. Akibatnya, ada kesenjangan yang signifikan dalam memberikan layanan pendidikan terbaik bagi ABK.
Mengapa memahami ABK penting bagi calon guru? Pertama dan terpenting, hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas harus dihormati. Ini dijamin oleh Undang-Undang Penyandang Disabilitas Nomor 8 Tahun 2016. Guru akan sulit memberikan pendidikan yang efektif jika mereka tidak memahami dengan baik fitur dan persyaratan ABK.
Kedua, siswa semakin beragam di kelas reguler. Dengan menerapkan sistem pendidikan inklusif, guru dapat mengajarsiswa reguler dan ABK dalam satu kelas. Memahami ABK akan membantu guru membuat strategi pembelajaran yang cocok untuk setiap siswa.
Ketiga, intervensi dini sangat penting untuk perkembangan ABK.
Guru yang memahami ciri-ciri ABK dapat menemukan tanda-tanda awal dan memberikan bantuan yang tepat. Hal ini dapat memaksimalkan potensi setiap anak dan mencegah masalah pembelajaran yang lebih serius di kemudian hari. Sebagai calon guru, kita harus memahami banyak hal tentang ABK. Ini termasuk pemahaman tentang kebutuhan khusus, strategi pembelajaran yang sesuai, teknik asesmen, dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, seperti psikolog, terapis, dan orang tua.
Pengembangan soft skills seperti kesabaran, empati, dan kreativitas dalam menangani ABK harus mendapat perhatiankhusus, dan program studi kependidikan harus memperkuat kurikulum mereka dengan materi tentang pendidikaninklusif dan ABK. Praktik lapangan yang melibatkan interaksi langsung dengan ABK juga penting.
Mengajar ABK memang sulit. Setiap anak memiliki fitur dan kebutuhan unik. Namun, dengan pemahaman yang baik, calon guru dapat membangun strategi yang bekerja dengan baik untuk setiap siswa. Misalnya, guru yang mengajar anakdengan autisme spektrum gangguan (ASD) harus memahami pentingnya rutinitas dan struktur dalam pembelajaran.Strategi manajemen kelas yang efektif sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran anak dengan ADHD. Selain itu,penting bagi calon guru untuk menyadari bahwa ABK mengajarkan keterampilan hidup dan sosial selain akademik.Guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan lingkungan kelas yang inklusif di mana setiap siswa merasaditerima dan memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya.
Calon guru akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang tua jika mereka memahami ABK. Dalam pendidikan ABK, orang tua adalah mitra penting, dan guru harus mampu memberikan dukungan dan panduan yang tepat untukmemastikan pembelajaran berlangsung baik di sekolah maupun di rumah.
Selain itu, calon guru di era komputer dan internet harus memahami penggunaan teknologi assistif dalam pembelajaranABK. Ada banyak alat dan aplikasi teknologi yang dapat
membantu ABK belajar dan berkomunikasi. Memahami teknologi ini akan membantu guru merancang pembelajaranyang lebih baik dan sesuai dengan zaman.
Calon guru akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang tua jika mereka memahami ABK. Guru harus mampumemberikan dukungan dan panduan yang tepat untuk memastikan pembelajaran konsisten di sekolah dan di rumah, karena orang tua adalah mitra penting dalam pendidikan ABK. Kolaborasi yang baik antara guru dan orang tua dapatmenciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung dan efektif bagi ABK.
Pengembangan soft skills seperti kesabaran, empati, dan kreativitas dalam menangani ABK harus mendapat perhatiankhusus, dan program studi kependidikan harus memperkuat kurikulum mereka dengan materi tentang pendidikaninklusif dan ABK. Praktik lapangan yang melibatkan interaksi langsung dengan ABK juga penting. Universitas dapat bekerja sama dengan sekolah inklusi dan SLB untuk memberi siswa calon guru lebih banyak exposure.
Sebagai calon guru, kita harus memahami banyak hal tentang ABK. Ini termasuk pemahaman tentang kebutuhan khusus,strategi pembelajaran yang sesuai, teknik asesmen, dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, seperti psikolog, terapis, dan orang tua. Keahlian ini penting untuk guru di sekolah khusus dan sekolah umum yang menerapkan sistem pendidikan inklusif.
Sebagai penutup, memahami pendidikan ABK adalah investasi penting bagi calon guru. Ini bukan hanya tentang memenuhi tuntutan profesi, tetapi lebih dari itu, ini adalah tentang membangun masa depan yang lebih inklusif di mana setiap anak, terlepas dari kondisinya, mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih potensi terbaiknya. Dengan meningkatnya kesadaran dan kompetensi calon guru dalam pendidikan ABK, kita dapat berharapuntuk melihat sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan di masa depan.