MENDIDIK DENGAN KECERDASAN BUDAYA: ANTROPOLOGI SEBAGAI LANDASAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA

Oleh: Ni Kadek Sonia Rikayanti, Mahasiswa Semester 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Pendidikan memegang peran sentral dalam membentuk generasi penerus bangsa. Dalam era Kurikulum Merdeka, sebuah pendekatan pembelajaran yang mencerminkan keberagaman dan pemberdayaan siswa, integrasi disiplin ilmu yang menyentuh aspek kehidupan sehari-hari menjadi suatu kebutuhan. Salah satu disiplin ilmu yang dapat memberikan landasan kuat untuk pemahaman ini adalah antropologi. Antropologi dapat menjadi landasan pembelajaran karena antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial, serta mempelajari kebudayaan sebagai objek kajiannya. Landasan antropologis berkaitan dengan budaya, tradisi, adat kebiasaan, nilai-nilai universal, dan nilai lokal yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks pendidikan, antropologi dapat membantu merancang kurikulum yang responsif terhadap aspek global dan lokal, serta memperhatikan latar belakang kebudayaan dan mampu mendorong integrasi nasional di tengah masyarakat yang beragam. Dengan menggali nilai-nilai budaya, tradisi, dan interaksi sosial, antropologi mampu menjadi pilar utama dalam mendidik dengan kecerdasan budaya. Antropologi sebagai studi tentang manusia dan budaya memiliki potensi besar untuk memberikan wawasan mendalam kepada siswa tentang keragaman masyarakat di sekitar mereka. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, di mana pembelajaran tidak hanya berfokus pada penguasaan materi akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kecerdasan emosional, antropologi dapat berperan sebagai jembatan yang menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman nyata.

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa antropologi tidak hanya membahas masyarakat eksotis atau suku bangsa tertentu. Antropologi merangkum semua aspek kehidupan manusia, termasuk yang terjadi di sekitar siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, mengapa kita tidak memanfaatkan keberagaman budaya yang ada di dalam kelas sebagai sarana pembelajaran? Mengintegrasikan antropologi dalam Kurikulum Merdeka pada tingkat sekolah dasar berarti membantu anak-anak memahami makna keberagaman dalam lingkungan sekitar mereka. Dengan menyajikan konsep-konsep antropologi secara sederhana dan relevan, siswa dapat belajar menghargai perbedaan, memahami nilai-nilai yang mendasari kehidupan bersama, dan meresapi kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Sebagai contoh, melibatkan siswa dalam penelusuran aspek budaya di sekitar sekolah mereka bisa menjadi kegiatan yang menarik. Guru dapat merancang kegiatan yang memungkinkan siswa untuk menjelajah dan menggali mulai dari tradisi lokal, makanan khas daerah, hingga permainan tradisional, siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari buku, tetapi juga melibatkan diri dalam pengalaman langsung yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang keberagaman budaya. Selain itu, antropologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai seperti toleransi dan kerjasama. Penting untuk diketahui bahwa antropologi membuka jendela ke dunia yang lebih luas, membantu siswa memahami bahwa keberagaman budaya bukanlah suatu hambatan, tetapi suatu kekayaan. Dengan memahami nilai-nilai dan norma yang membentuk berbagai kelompok masyarakat, siswa dapat mengembangkan rasa toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam proses belajar mengajar, guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka. Mungkin ada perbedaan dalam bahasa, kepercayaan, atau kebiasaan sehari-hari. Dalam situasi seperti ini, antropologi dapat memberikan kerangka konseptual yang membantu siswa mengatasi prasangka dan membuka pikiran mereka terhadap keanekaragaman. Pentingnya antropologi dalam Kurikulum Merdeka juga tercermin dalam kemampuannya untuk mendukung pengembangan karakter. Dalam memahami budaya dan interaksi sosial, siswa dapat mengembangkan keterampilan seperti empati, kepekaan terhadap perbedaan, dan kemampuan beradaptasi. Ini adalah keterampilan yang tidak hanya penting dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks dan terhubung.

Selain itu, antropologi juga dapat diintegrasikan dalam pembelajaran lintas mata pelajaran. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggali cerita rakyat lokal untuk memahami lebih dalam nilai-nilai dan kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya. Dalam mata pelajaran seni, mereka dapat menggambar atau membuat karya seni yang mencerminkan kebudayaan lokal mereka. Ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik tetapi juga meningkatkan pemahaman siswa tentang kehidupan sehari-hari di sekitar mereka. Dalam konteks ini, guru memainkan peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran. Mereka harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi, pertanyaan, dan dialog. Guru bukan hanya penyampai informasi, tetapi juga pendamping dalam perjalanan penemuan siswa terhadap keberagaman budaya. Menciptakan situasi di mana siswa dapat berbagi pengalaman, bertukar ide, dan bekerja sama dalam memahami realitas budaya mereka dapat menguatkan konsep belajar bersama, yang merupakan nilai esensial dalam Kurikulum Merdeka. Melalui penggunaan antropologi dalam Kurikulum Merdeka, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang minat dan pemahaman siswa terhadap keanekaragaman budaya. Selain itu, ini juga membantu mengatasi stereotip dan prasangka yang mungkin tumbuh sejak dini. Dengan menanamkan pemahaman ini sejak usia dini, kita memberikan landasan yang kuat untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan menghormati keberagaman.

Mendidik dengan kecerdasan budaya melalui antropologi juga menekankan pentingnya menghadirkan konsep-konsep ini dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru perlu mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi nyata dan membuat siswa merasakan relevansinya dalam kehidupan mereka. Misalnya, melibatkan siswa dalam proyek pengembangan budaya lokal, mengorganisir kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, atau menghadirkan tamu yang dapat berbagi pengalaman langsung dapat meningkatkan daya tarik dan pemahaman siswa terhadap keberagaman budaya. Sebagai kesimpulan, integrasi antropologi dalam Kurikulum Merdeka pada tingkat sekolah dasar memiliki dampak besar pada pembentukan karakter dan peningkatan kecerdasan budaya siswa. Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya mengajarkan fakta-fakta tentang budaya, tetapi juga membantu membentuk sikap positif terhadap perbedaan dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk hidup di dunia yang semakin kompleks. Pendidikan dengan kecerdasan budaya melalui antropologi bukan hanya tentang membuka buku, tetapi juga tentang membuka mata dan hati siswa terhadap keajaiban keragaman di sekitar mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *