Oleh : Luh Ayu Yasnita Dewi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Denpasar – Pemahaman pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan aspek yang sangat penting bagi calon guru. Dalam konteks pendidikan inklusif, guru memainkan peran penting dalam memastikan bahwa semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, menerima kesempatan belajar yang adil dan bermakna. Mengenali dan memahami secara mendalam kebutuhan dan karakteristik anak berkebutuhan khusus sangat penting bagi calon guru untuk memberikan layanan pendidikan yang efektif.
Sebagai calon guru yang suatu saat akan dihadapkan pada beragamnya kebutuhan siswa di kelasnya, pemahaman ini akan membantu setiap siswa mencapai potensi maksimalnya tanpa terhalang oleh keterbatasan fisik, mental, dan emosional kemampuan. Pertama, memahami pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan bentuk tanggung jawab etis bagi calon guru. Dalam dunia pendidikan, setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Tak terkecuali anak berkebutuhan khusus.
Dalam hal ini calon guru menyadari bahwa ABK tidak mementingkan siswa yang terpinggirkan, melainkan siswa yang memerlukan pendekatan berbeda agar berhasil dalam proses pembelajaran Studi Buli-Holmberg dan Jeyaprathaban (2016) menemukan bahwa guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan ABK dapat membantu semua siswa merasa nyaman, diterima, dan dihargai di kelas lingkungan.
Pemahaman ini penting agar calon guru dapat menyesuaikan strategi dan metode pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan unik siswanya, dibandingkan hanya mengedepankan metode pengajaran standar.
Selain itu, pemahaman tentang ABK juga akan memberikan wawasan yang lebih luas kepada calon guru tentang berbagai strategi pembelajaran.Kebanyakan ABK perlu menyesuaikan metode pembelajarannya dengan situasi. Misalnya, anak tunanetra mungkin memerlukan pembelajaran auditori atau materi Braille, sedangkan anak tunarungu mungkin memerlukan alat bantu visual atau metode komunikasi bahasa isyarat.
Pemahaman yang lebih baik terhadap kebutuhan tersebut akan mempersiapkan guru masa depan untuk berinovasi dan beradaptasi dalam penyampaian materi pendidikan.Calon guru yang mampu menggunakan berbagai metode pembelajaran tidak hanya akan mampu membantu ABK mencapai hasil belajar yang optimal, namun juga meningkatkan kemampuan mengajarnya sendiri.
Menurut Florian & Black-Hawkins (2011), keragaman strategi pembelajaran yang digunakan guru di lingkungan inklusif membantu meningkatkan keterampilan mengajar dan memberikan dampak positif bagi seluruh siswa, termasuk siswa non-ABK. Selanjutnya, pemahaman pendidikan ABK juga akan mengembangkan empati dan keterampilan interpersonal calon guru. Ketika guru yang termotivasi memahami tantangan yang dihadapi siswa berkebutuhan khusus, mereka cenderung lebih peka terhadap kebutuhan dan perasaan siswanya.
Proses ini membantu calon guru mengembangkan hubungan positif dengan siswa, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan emosional siswa. Empati guru terhadap ABK berperan penting dalam membangun ikatan emosional sehingga meningkatkan rasa percaya diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar.
Selain itu, sifat empati ini memungkinkan calon guru lebih peka terhadap perubahan emosi dan perilaku ABK yang mungkin mencerminkan kebutuhan atau kesulitan dalam melanjutkan pembelajaran. Pemahaman terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak hanya menumbuhkan empati, namun juga mendorong calon guru untuk memperluas wawasan dan memandang pendidikan sebagai proses yang holistik.
Pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademis, tetapi juga tentang pengembangan keterampilan sosial dan emosional. Pihak sekolah seringkali membutuhkan bantuan untuk mengembangkan keterampilan ini. Melalui pemahaman yang mendalam tentang pendidikan inklusif dan ABK selanjutnya, calon guru akan lebih memahami bahwa pendidikan harus fokus pada pengembangan kepribadian, keterampilan sosial, dan kemampuan beradaptasi, serta akan membantu siswa belajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan sekolah di dalam dan di luar.
Seperti yang dikemukakan Mitchell (2014), pendidikan inklusif yang baik memungkinkan anak berkebutuhan khusus belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebayanya dan meningkatkan keterampilan sosialnya. Pemahaman pelatihan ABK juga penting untuk meningkatkan profesionalisme guru masa depan. Dalam dunia pendidikan, guru dituntut untuk fleksibel dan mudah beradaptasi.
Calon guru yang memahami pedagogi ABK akan lebih siap menghadapi dinamika yang dapat terjadi di dalam kelas. Hal ini sangat penting mengingat siswa berkebutuhan khusus mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dan apa yang cocok untuk satu siswa mungkin tidak cocok untuk siswa lainnya. Misalnya, siswa dengan ADHD mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan siswa dengan autisme.
Oleh karena itu, calon guru yang memiliki pengetahuan ABK yang memadai dapat menyesuaikan pendekatannya dengan lebih fleksibel terhadap kebutuhan spesifik siswanya. Sikap adaptif ini akan memperkaya pengalaman mengajar para calon guru dan mempersiapkan mereka lebih baik dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan yang terus berkembang.
Terakhir, memahami pendidikan anak berkebutuhan khusus juga melibatkan terjalinnya kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam pendidikan. Anak berkebutuhan khusus seringkali memerlukan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua, psikolog, terapis, dan staf pendidikan lainnya.
Calon guru yang memahami peran dan tanggung jawabnya terhadap ABK akan berkomunikasi dan berkolaborasi lebih terbuka dengan para pemangku kepentingan tersebut untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.Kerja sama yang baik membantu memenuhi kebutuhan anak secara komprehensif dan holistik.
Seperti yang dijelaskan Wehmeyer & Patton (2017), kolaborasi antara guru dan orang tua atau terapis sangat penting dalam merancang program pembelajaran yang memenuhi kebutuhan individu ABK dan memungkinkan ABK berkembang secara optimal. Secara keseluruhan, penting bagi calon guru untuk memahami pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Hal ini tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan profesional kita, tetapi juga untuk memastikan bahwa semua anak, apapun latar belakang atau kondisinya, menerima pendidikan yang sesuai dan bermakna. Pemahaman ini akan mendorong calon guru untuk mengembangkan keterampilan mengajar yang lebih beragam, meningkatkan empati, mengembangkan sikap profesional yang adaptif, dan membangun hubungan kerja yang positif dengan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pendidikan.
Melalui pemahaman ini, calon guru akan dipersiapkan untuk mengambil peran sebagai pendidik inklusif dan mampu mendidik setiap siswa dengan penuh perhatian dan dedikasi.
Luh Ayu Yasnita Dewi prodi pendidikan guru sekolah dasar – Universitas Pendidikan Ganesha – Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus – Kelas 19