Oleh: Ni Luh Putu Pingky Liana Susanti dan Ni Putu Devi Wulan Adiputri, Mahasiswa Semester 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Di era kurikulum merdeka, pendidikan merupakan kunci terpenting dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 11 Februari 2022 secara daring. Kurikulum merdeka merupakan transisi kurikulum darurat yang diperkenalkan ketika pandemi COVID-19 sedang melanda Indonesia. Melalui pandemi ini pemerintah telah merespon berbagai permasalahan yang muncul khususnya di bidang pendidikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan hal yang utama. Apapun permasalahan yang melanda negara, pendidikan tidak boleh berhenti. Sebab, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan negara.
Metode pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka berfokus pada siswa untuk membuka pintu menuju dunia pengetahuan dan nilai-nilai sosial yang esensial. Kurikulum merdeka yang diterapkan di SD saat ini, salah satunya yaitu mata pelajaran IPA dan IPS yang digabungkan menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Dengan harapan agar siswa dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan. Berdasarkan hal tersebut guru mengambil peran penting dalam proses berjalannya pembelajaran agar dapat diterapkan dengan baik kepada siswa.
Mengenai hal tersebut agar proses jalannya kurikulum dapat diterapkan dengan baik, salah satu aspek penting yang dapat membantu adalah pembelajaran integritas nilai-nilai sosiologi dalam Kurikulum Merdeka SD. Di dalam nilai-nilai sosiologi, kita berbicara mengenai konsep abstrak, cara siswa mengembangkan pemahaman mereka terhadap diri sendiri dan dunia luar mereka. Tidak hanya itu, sosiologi bukan hanya membahas tentang individu, melainkan sekelompok orang yang saling melakukan interaksi kemasyarakatan dan menyusun norma-norma yang memandu prilaku mereka.
Sosiologi perlu diintegrasikan kedalam kurikulum SD karena pada masa SD merupakan masa dimana siswa sedang berada dalam fase kritis untuk membentuk kepribadian mereka. Disinilah awal mereka mulai menemukan tempat dalam lingkungan sosial yang lebih luas, selain lingkungan keluarga. Maka dari itu, pembelajaran sosiologi ini memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana cara mereka melakukan kegiatan kemasyarakatan dan membantu mereka untuk membentuk masyarakat itu sendiri.
Salah satu konsep sosiologi yang dapat di terapkan kepada siswa yaitu interaksi sosial. Mereka akan memahami bahwa interaksi sosial merupakan bagian dari mereka sendiri. Seperti bermain bersama teman sekelas, berinteraksi kepada guru, belajar bagaimana cara berkomunikasi, berkolaborasi dan saling memahami, serta bagaimana cara mereka untuk menangani masalah konflik yang terjadi di sekitar mereka. Contoh kecilnya itu adalah, jika mereka melihat teman sekelas mereka bertengkar, mereka akan mencari cara bagaimana memecahkan konflik kecil tersebut, dengan cara melerai keduanya.
Adapun konsep sosiologi lainnya seperti keberagaman budaya. Di Indonesia sendiri banyak terdapat ragam budaya yang sangat terkenal, siswa perlu diberikan pemahaman terkait berbagai banyak perbedaan ras, suku, agama, tradisi, dan lainnya yang ada di sekitar mereka agar bisa menghargai perbedaan yang ada. Hal ini tidak hanya menambah wawasan mereka, tetapi juga paham bagaimana sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
Selanjutnya, terdapat juga konsep sosiologi yaitu bagaimana konsep dan nilai-nilai sosial dapat diterapkan untuk siswa SD. Di masyarakat, mereka diatur oleh norma dan nilai yang ada, maka dari itu kita perlu memberi pemahaman kepada siswa SD untuk belajar mengenali dan menghormati norma yang ada, misalnya dengan pembelajaran etika berbicara, berbagi, dan kerjasama yang dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di kelas
Bersamaan dengan itu, hal yang tak kalah penting adalah cerita dan narasi lokal yang mencerminkan nilai-nilai sosial dan hubungan antar individu. Dengan menggambarkan unsur-unsur lokal, siswa dapat lebih mudah menhubungkan konsep sosiologi dengan pengalaman pribadi mereka. Misalnya, cerita mengenai kerjasama dalam kegiatan gotong royong atau nilai-nilai kejujuran yang terdapat dalam legenda lokal maupun kehidupan sehari-hari dapat menjadi alat yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sosial.Top of Form
Melalui pembelajaran kolaboratif juga dapat menjadi salah satu metode yang efektif untuk mengintegrasikan nilai-nilai sosiologi dalam kurikulum SD. Pemberian pembelajaran kolaboratif dapat berupa proyek-proyek kelompok, belajar bekerja bersama-sama, berbagi ide, dan menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. Hal ini, tidak hanya seekdar mengembangkan keterampilan sosial, tetapi juga membantu mereka memahami pentingnya kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Sebagai tambahan, lingkungan hidup juga dapat dijadikan sebagai konteks dalam pembelajaran nilai-nilai sosial. Siswa perlu mengetahui bahwa mereka memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar mereka, dan setiap tindakan kecil mereka dapat berdampak pada masyarakat dan dunia secara luas.
Peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran ini. Guru perlu menjadi fasilitator yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai sosiologi dalam setiap aspek pembelajaran. Kreativitas dan inovasi dalam metode pengajaran juga menjadi kunci keberhasilan. Menggunakan permainan, proyek kelompok, dan diskusi dapat menjadi cara yang efektif untuk membawa konsep-konsep sosiologi menjadi hidup dan relevan bagi siswa.
Dengan mencari tahu dan memahami sikap sosial melalui nilai-nilai sosiologi dalam berbagai aspek pembelajaran Kurikulum Merdeka SD, kita membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang kehidupan sosial. Siswa juga dapat tumbuh menjadi individu yang peduli, berempati, dan mampu berkontribusi positif pada masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan visi pendidikan yang tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kecerdasan sosial anak-anak Indonesia.