Penulis: Bima Aji Saputra, Mahasiswa Manajemen Administrasi, Universitas Sebelas Maret
’’Aku akan mengajari anak-anaku, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling menghormati sebagai sesama dan membesarkan mereka dengan perlakuan sama, sesuai dengan bakat mereka masing-masing.’’ (Kutipan Pemikiran Kartini)
Kesetaraan gender adalah topik penting yang menyentuh banyak bidang kehidupan, baik di rumah maupun di ranah publik. Di ranah publik, kesetaraan gender mengacu pada pemberian kesempatan yang sama kepada pria dan wanita dalam kepemimpinan, pekerjaan, pendidikan, dan politik. Meskipun ada kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara masih memiliki kesenjangan gender yang besar. Sebagai contoh, perempuan sering menghadapi lebih banyak hambatan dalam mengejar peran kepemimpinan dan menerima kompensasi yang lebih rendah untuk pekerjaan yang sebanding dibandingkan laki-laki. Kebijakan yang mendorong kesetaraan gender di ranah publik termasuk undang-undang cuti melahirkan yang adil, perlindungan terhadap diskriminasi berbasis gender, dan kemajuan perempuan dalam peran kepemimpinan.
Kesetaraan gender berkaitan dengan alokasi pekerjaan rumah tangga yang adil dan kewajiban pengasuhan anak antara laki-laki dan perempuan di ranah domestik. Secara historis, laki-laki dipandang sebagai pencari nafkah utama dan peran perempuan terutama terkait dengan merawat rumah dan menafkahi orang lain. Namun, seiring dengan semakin banyaknya perempuan yang bergabung dengan angkatan kerja dan pergeseran norma sosial, pendapat ini mulai bergeser. Namun demikian, banyak perempuan yang masih harus memikul tanggung jawab tambahan untuk mengelola rumah tangga dan bekerja di luar rumah. Pergeseran budaya dan sikap diperlukan untuk kesetaraan gender di rumah, begitu pula dukungan kebijakan untuk distribusi tugas yang lebih adil, seperti jadwal kerja yang fleksibel dan penyediaan layanan penitipan anak yang murah.
Nama Raden Ajeng Kartini tidak dapat dihindari ketika membahas perjuangan kesetaraan gender di Indonesia. Kartini telah muncul sebagai tokoh kunci dalam gerakan kesetaraan gender nasional berkat keyakinannya tentang pendidikan perempuan dan perjuangannya untuk mendobrak batasan-batasan tradisional bagi perempuan. Tulisan ini akan membahas lebih detail tentang kontribusi Kartini terhadap perjuangan kesetaraan gender dalam tulisan ini, serta bagaimana hal tersebut mempengaruhi evolusi masyarakat Indonesia.
Lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tahun 1879, Raden Ajeng Kartini adalah seorang wanita yang tak kenal takut dan menginspirasi pada zamannya. Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan pada masa itu, di mana pendidikan bagi perempuan masih dianggap tabu. Dia berpikir bahwa perempuan dapat mewujudkan potensi penuh mereka dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat dengan mendapatkan pendidikan. Meskipun pada saat itu masih memecah belah, banyak perempuan termotivasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka di berbagai bidang kehidupan dengan sudut pandang ini.
Perjuangan Kartini tidak berhenti pada advokasi hak-hak perempuan di bidang pendidikan. Ia secara aktif berpartisipasi dalam perjuangan kesetaraan di berbagai bidang kehidupan, seperti politik dan masyarakat. Kartini mengambil peran sebagai advokat bagi perempuan yang kurang terwakili, memperjuangkan inklusi mereka dalam pembangunan masyarakat.
Buku terkenal Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” mewujudkan keyakinannya tentang pentingnya pendidikan dan emansipasi wanita dari adat yang mengekang. Kartini mengungkapkan keinginannya untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap perempuan dalam surat-menyuratnya. Ia menggarisbawahi bahwa perempuan harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang sebagai individu dan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki.
Kartini telah meninggal lebih dari seabad yang lalu, namun warisannya tetap hidup dalam semangat perjuangan untuk kesetaraan gender. Setiap tahun pada Hari Kartini, kita menghormati dan mengenang perjuangannya, yang telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Namun, masih ada jalan panjang yang harus dilalui sebelum kesetaraan gender sepenuhnya tercapai. Masih banyak rintangan yang harus kita hadapi, namun kita tidak boleh membiarkan semangat perjuangan Kartini menghalangi kita.
Semua pemangku kepentingan, termasuk sektor publik dan swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat luas, harus dilibatkan untuk mencapai kesetaraan gender. Kebijakan yang mendukung kesetaraan harus dibuat dan ditegakkan, dan perlu ada penekanan yang lebih besar pada pendidikan dan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender. Kita dapat menciptakan dunia di mana laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk hidup, belajar, bekerja, dan tumbuh sepenuhnya sesuai dengan potensi mereka jika kita bekerja sama.
Perjuangan Kartini untuk kesetaraan gender telah memberikan dampak yang besar. Ide-ide yang dipromosikan Kartini telah menjadi penting bagi kemajuan sosial dan budaya Indonesia di era modern. Hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan kini telah diakui secara luas, dan mereka memainkan peran penting dalam pembangunan politik dan ekonomi Indonesia.
Tidak dapat disangkal bahwa Kartini memiliki peran penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia. Kartini telah memberikan dampak yang signifikan dalam sejarah Indonesia dengan keyakinannya terhadap pemberdayaan, pendidikan, dan emansipasi perempuan. Warisannya terus memotivasi generasi mendatang untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender hingga tujuan akhir tercapai.
Pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran Kartini dapat memotivasi kita untuk terus mengadvokasi kesetaraan gender di Indonesia dan di tingkat global. Setiap orang yang menghargai kesetaraan dalam masyarakat harus meneruskan warisan Kartini dalam memerangi ketidakadilan dan mempromosikan hak-hak perempuan.