MENGGALI TEORI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN IMPLIKASINYA  KEPADA  ANAK USIA DINI

Oleh : Zaara Af Karina, Prodi Bimbingan Dan Konseling, Fakutas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha

PENDAHULUAN

Eksistensi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan hal teramat penting dalam perkembangan kepribadian anak, terutama pada saat dirinya melewati masa-masa keemasannya (fase golden age). Pada masa ini terjadi kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. Selain itu, pada masa keemasan, dalam diri anak dapat dibentuk/dikembangkan karakter kepribadiannya, aktivitas  bermain-nya dan sebagainya.

Pembentukan karakter anak mencakup: pertama, cinta Tuhan dan ciptaannya; kedua, kemandirian dan tanggung jawab; ketiga, kejujuran dan kebijakan; keempat, dermawan, suka menolong, dan gotong royong; kelima, percaya diri, kreatif dan pekerja keras; keenam, kepemimpinan dan keadilan; ketujuh, baik dan rendah hati; kedelapan, toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Beragam aktivitas pengembangan potensi anak sebagaimana tersebut di atas, lebih banyak dapat dilakukan di lingkungan PAUD/sekolah. Oleh karena itu, lembaga PAUD semestinya sadar benar dengan berbagai kebutuhan perkembangan anak, sebagaimana terurai di atas. Kiranya tidak seluruh lembaga PAUD dapat memberikan fungsi maksimal dalam pengembangan potensi anak terkait dengan sarana-prasarana dan berbagai perangkat pendukungnya termasuk eksistensi dan potensi pengasuhnya dalam mengembangkan kemampuan kepribadian anak asuhnya.

PEMBAHASAN

Pengembangan Karakter Kepribadian Anak Usia Dini Pengembangan karakter kepribadian penting sekali dilakukan ketika anak dalam masa-masa usia dini. Sigmund Freud menyebutkan bahwa kepribadian sebagian besar dibentuk pada usia lima tahun. Awal perkembangan kepribadian berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Sementara, Erikson dengan teori perkembangan psiko-sosial, mengambil dasar dari teori psikoanalitik Sigmund Freud, namun Erik Erikson tidak sependapat dengan Freud yang mengatakan bahwa reaksi masa dewasa adalah hasil dari pengalaman pengalaman masa kanak-kanak, khususnya di usia 5 sampai 6 tahun awal. Menurut Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas.

potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu. Oleh karena itu dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar Zone Proximal Development; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa yang dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.

Pengembangan nilai-nilai karakter kepribadian dalam diri anak dipengaruhi oleh hereditas maupun lingkungan. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dai perilaku ayah dan ibunya. Lingkungan sosial maupun lingkungan alam juga turut memberi kontribusi terhadap pembentukan karakter seseorang.Seorang anak yang hidup di tengah lingkungan sosial yang keras, seperti di daerah padat penduduk, metropolitan, biasanya cenderung berperilaku antisosial, keras, emosional dan sebagainya.Sementara itu anak yang hidup di lingkungan yang gersang, panas, dan tandus, pada umumnya juga memiliki temperamen yang keras pula.

Pengembangan karakter dalam diri anak diarahkan pada nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.

KESIMPULAN

perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Orang dewasa perlu memberi peluang pada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi, dan menggali sumber-sumber terunggul pada anak. Untuk itu, paradigma baru bagi ana usia dini atau anak prasekolah adalah harus berorientasi pada anak (student centered) dan Perlahan lahan menyeimbangkan dominasi pendekatan lama yang berpusat pada guru (teacher centered). Pada hakitkatnya anak adalah makhluk indiv idu yang membangun sendiri pengetahuannya. Anak lahir membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuh kembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Yus, 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini,Jakarta: Kencana  Prenada Media Group.

Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.

Goleman. 2003. Destructive Emotions: A Scientific Dialogue with the Dalai Lama, Bantam Books.

Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung:  ALFABETA

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *