Menggunakan Media Sosial dan Teknologi untuk Mendukung Kesehatan Mental

Oleh: Ni Made Puspitha Maharani, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha

Dalam era digital yang berkembang saat ini, media sosial dan teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Milenial, yang tumbuh besar di era internet, sangat terhubung dengan platform digital. Meskipun sering kali dikritik karena dampak negatifnya terhadap kesehatan mental, media sosial dan juga teknologi memiliki potensi besar untuk mendukung kesejahteraan psikologis. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat memanfaatkan kekuatan teknologi untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat, terutama pada kaum milenial. Media sosial sering kali disalahkan atas berbagai masalah pada kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan rendahnya harga diri. Namun, jika digunakan dengan bijak, platfrom ini dapat menjadi alat yang sangat berguna. Misalnya, media sosial dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Kampanye seperti #MenalHealthAwereness dan #EndTheStigma telah membantu mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental dan mendorong individu untuk mencari bantuan. Selain itu, media sosial juga memungkinkan orang untuk terhubung dengan komunitas yang memiliki pengalaman serupa. Grup dukungan online dan forum dapat memberikan ruang yang aman bagi individu untuk berbagi cerita mereka, mendapatkan dukungan, dan menemukan sumberdaya yang dapat membantu mereka dalam perjalanan kesehatan metal mereka. Dalam banyak kasus, keterhubungan ini dapat mengurangi rasa terisolasi dan kesepian yang sering kali memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.

Selain media soisal, ada banyak aplikasi yang dirancang khusus untuk bisa mendukung kesehatan mental. Aplikasi seperti Headspace, Calm dan BetterHelp menawarkan berbagai layanan, mulai dari meditasi dan latihan pernapasan hingga konseling online dengan professional kesehatan mental. Aplikasi ini memberikan akses yang mudah dan juga nyaman untuk alat-alat yang bisa membantu mengelola stress, kecemasan, dan depresi. Misalnya, pada Headspace menawarkan meditasi terpadu yang bisa membantu pengguna untuk mengurangi stress dan meningkatkan focus. Calm menyediakan latihan pernafasan dan cerita pengantar tidur untuk membantu pengguna rileks dan tidur lebih banyak. BetterHelp merupakan, sesuatu yang menghubungkan pengguna dengan terapis berlisensi melalui chat, panggilan telepon, atau video, memberikan akses ke dukungan professional tanpa harus meninggalkan rumah. Konseling dan terapi online telah menjadi semakin popular, terutama selama pandemi COVID-19 ketika banyak orang tidak bisa mendapatkan akses dari layanan kesehatan mental secara langsung. Terapi online menawarkan fleksibilitas yang tidak dimiliki oleh sesi tatap muka tradisional. klien dapat mengatur sesi terapi sesuai jadwal mereka dan melakukannya dari kenyamanan rumah mereka sendiri. Hal ini yang sangat mermanfaat bagi milenial yang sering kalimemiliki jadwal yang padat dan mobilitas yang tinggi.  

Selain itu, terapi online dapat mengurangi hambatan geografis dan finansial. Individu yang tinggal di daerah terpencil atau tidak memiliki akses ke terapis yang berkualitas tinggi sekarang bisa mengakses layanan ini melalui internet. Beberapa platform bahkan menawarkan harga yang lebih terjangkau dibandingakan dengan terapi tradisional, menjadikannya pilihan yang inklusif. Meskipun memiliki banyak manfaat, penggunaan media sosial dan juga teknologi untuk mendukung kesehatan mental juga memiliki tantangan dan resiko. Salah satu kekawatiran utama adalah informasi yang salah dan kurangnya pengawasan. Platform pada media sosial sering kali dipenuhi dengan saran yang tidak akurat atau tidak berbasis bukti tentang kesehatan mental. Ini dapat membahayakan individu yang rentan dan mencari bantuan. Selain itu, terdapat resiko bahwa interaksi online dapat menggantikan interaksi tatap muka yang penting untuk kesehatan mental yang baik. Sementara dukungan online bisa bermanfaat, hubungan manusia yang nyata dan interaksi sosial juga tetap peting. Oleh karena itu, penting untuk kita menemukan keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kehidupan offline.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *