Oleh : Ni Luh Gek Dewi Paramitha Asih, Pendidikan Guru Sekolah dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Pendidikan adalah salah satu bidang yang harus diperhatiakan. Kesuksesan dalam bidang ini bergantung pada peran pendidik dan nonpendidik, serta pemerintah, keluarga, lingkungan sekitar, dan masyarakat. Dalam proses pembelajaran, siswa, guru, dan sumber belajar merupakan bagian dari lingkungan belajar. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat manusia. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan wawasan dan juga ilmu pengetahuan. Pendidikan berlangsung dalam tiga lingkungan yang disebut dengan Tri Pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam masyarakat. Dari ketiga lingkungan pendidik tersebut, lingkungan sekolah adalah satu-satunya lingkungan belajar yang formal.
Sebagai lembaga formal tentu sekolah mempunyai aturan dan tujuan, salah satunya adalah pemberlakuan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Adapun kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka didefinisikan sebagai bentuk pembelajaran dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk dapat belajar dengan nyaman, senang, dan sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka memberikan rentan waktu yang cukup kepada peserta didik dalam belajar agar mampu memahami dan mendalami konsep yang dipelajari serta untuk memperkuat kompetensi. Selain itu pendidik diberikan kebebasan dalam merancang strategi pembelajaran sesuai kebutuhan belajar peserta didik. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi peserta didik agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai dan mencapai hasil belajar yang optimal.
Di sekolah dasar, ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang kajiannya berfokus pada hubungan antar manusia. Pada kurikulum Merdeka ini IPS dan IPA tidak lagi di ajarakan secara terpisah namun dijadikan satu yang disebut dengan IPAS. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu fondasi penting dalam membentuk pemahaman awal siswa tentang dunia sekitar mereka. Mata pelajaran ini mencakup aspek-aspek kritis yang membantu siswa mengembangkan pemikiran logis, keterampilan analitis, dan pemahaman mendasar tentang lingkungan alam dan sosial mereka. Namun, tantangan dalam menyampaikan materi IPAS dengan cara yang menarik dan efektif sering kali menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Sering kali pembelajaran hanya berpusat pada guru dimana guru hanya mengandalkan metode ceramah saja saat memberikan materi, sehingga peserta didik pasif dan menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru terkesan monoton. Sehingga yang terjadi menjadi kebiasaan guru ketika menyampaikan materi di kelas secara terus menerus dan menjadikan siswa kurang aktif serta kesulitan memahami materi yang disampaikan. Kebiasaan ini harus diubah yang awalnya masih berpusat pada guru sudah seharusnya untuk diubah menjadi proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Adapun yang bisa dilakukan guru untuk memulai perubahan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik secara aktif dalam memahami materi, aplikasinya, dan juga relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya pembelajaran, menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang lebih bervariasi dan menarik, serta mengoptimalkan waktu pembelajaran agar siswa dapat memahami materi dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni Problem Based Learning. Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran melalui proyek-proyek yang relevan dengan kehidupan nyata. Siswa diberikan tugas untuk menyelesaikan proyek tertentu yang melibatkan penelitian, eksperimen, dan presentasi. Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat model ekosistem atau melakukan proyek daur ulang. Pembelajaran berbasis proyek tidak hanya membuat materi lebih menarik, tetapi juga mengembangkan keterampilan kritis seperti kerja sama tim, pemecahan masalah, dan keterampilan presentasi. Model pembelajaran problembased learning memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Penggunaan model pembelajarn Problem Based Learning (PBL) dalam proses belajar dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, karena proses belajar yang dilakukan bukan hanya sekedar mentransfer ilmu kepada peserta didik, namun terjadi proses melihat, memikirkan, dan memahami materi secara langsung. Dalam model ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memahami masalah yang diberikan, memberikan umpan balik, dan membimbing mereka dalam proses pemecahan masalah. Model problem Based Learning menitikberatkan peran guru sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam memperoleh pengetahuannya, sedangkan peserta didik belajar secara aktif untuk dapat menemukan dan membangun pemahamannyamelalui pemecahan masalah. Dari paparan berikut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang membuat siswa mampu berfikir menyelesaikan solusi dari pemecahan masalah yang telah dipelajari.
Penting bagi guru untuk memahami konsep PBL dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menerapkannya dengan efektif di kelas. Penerapan model PBL dalam pembelajaran IPAS di SD membutuhkan guru yang memiliki kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan personal yang mumpuni. Guru harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan belajar siswa yang beragam dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan. Dengan dukungan dari sekolah dan orang tua, PBL dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPAS di SD dan menghasilkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan mampu memecahkan masalah.