Oleh : Ni Ketut Adi Lestari, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Jika mendengar kata “guru” apa yang terlintas di benak kalian? Pasti kalian membayangkan seseorang yang berseragam dinas, banyak ilmu, mengajarkan suatu ilmu, dan melakukan penilaian terhadap peserta didik. Guru tidak hanya sebatas mengajar dan memberikan ilmu kepada siswa, tetapi penting juga untuk mengembangkan nilai-nilai kehidupan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan.
Pepatah “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” sudah sangat sangat familiar kita dengar. Namun apa sebenarnya arti pahlawan tanpa tanda jasa? Kenapa ditunjukkan untuk guru? Guru memiliki tugas yang cukup berat untuk mengajar murid-muridnya. Guru disebut tidak mendapatkan tanda jasa dikarenakan banyak guru di Indonesia yang menjadi pahlawan bagi anak didiknya, namun tidak jarang mereka terlupakan dan tidak mendapatkan apresiasi yang sama atas karyanya. Kita dapat mengambil contoh, seorang guru yang banyak memberikan ilmu baru hingga membentuk pemahaman baru bagi murid-muridnya. Sementara itu, dilihat dari sudut pandang siswa, belum tentu siswa memberikan banyak hal kepada guru apalagi ilmu. Itu sebabnya muncul pepatah Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Semasa SD banyak sekali melakukan hal baru, seperti datang pertama kali datang ke sekolah, berebut tempat duduk dengan teman, bertemu teman dan guru untuk pertama kali. Banyak hal baru dan kenangan yang kita dapat semasa SD.
Saat ini teknologi berkembang dengan pesat. Sehingga pendidikan saat ini juga mengalami perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari. Generasi milenial yang lahir pada tahun 2000-an memiliki sikap yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di era digital sehingga memiliki cara pandang dan gaya belajar yang berbeda. Di zaman yang serba canggih ini, banyak sumber belajar yang tidak hanya berasal dari buku atau guru. Misalnya dari website pendidikan, youtube, dll. Namun peran guru tidak akan tergantikan, karena belajar dari aplikasi digital tidak akan menciptakan hubungan timbal balik atau interaksi dua arah. Meskipun dunia semakin canggih, teknologi hanya berperan sebagai alat bantu mengajar guru, namun tetaplah guru yang berperan mengajar siswa dan mengajarkan nilai positif. Oleh sebab itu, sebagai seorang guru mampu menghadapi siswa milenial dengan cara yang tepat sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif salah satunya di pembelajaran IPS SD.
Pertama, guru memahami karakteristik siswa milenial. Siswa saat ini lebih suka belajar melalui pengalaman langsung dan interaktif seperti diskusi kelompok dan simulasi. Misalnya di pembelajaran IPS SD, siswa lebih suka untuk praktek dengan media pembelajaran, salah satunya dengan Globe. Tentu dengan menggunakan media, siswa SD lebih mengerti dengan pelajaran dan tidak sekedar memikirkan. Selain itu, siswa milenial terbiasa dengan teknologi dan media sosial sehingga diharapakan guru saat ini menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk menciptakan siswa yang tertarik dan termotivasi. Misalnya menayangkan suatu video pembelajaran yang berkaitan dengan materi IPS.
Kedua, guru saat ini mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif bagi siswa milenial. Mereka cenderung kreatif dan mau berpartisispasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik untuk memotivasi siswa. Misalnya dengan bermain game tentang materi pembelajaran IPS, agar lebih tertarik misalnya dibarengi dengan pemberian reward bagi siswa yang menang dalam game. Baik reward berupa barang maupun bentuk pujian. Tentunya hal ini akan membuat siswa tertantang dan termotivasi dalam pembelajaran.
Ketiga, guru mampu memberikan umpan balik yang positif kepada siswa milenial. Anak SD umumnya malu dan takut saat menjawab soal, karena takut jika jawabannya salah dan disoraki dengan teman sekelasnya. Tentu hal ini normal, sehingga perlu guru mengapresiasi keberanian siswa dalam menjawab soal dan mengajak siswa untuk bertepuk tangan sebagai salah satu bentuk penghargaan. Oleh karena itu perlu membuat suasana kelas yang menarik agar dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Kesimpulannya dalam menghadapi siswa milenial, guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Dengan cara ini, proses pembelajaran dapat lebih efisien dan efektif sehingga siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar khususnya di mata pelajaran IPS SD.