MENYELAMI KEARIFAN LOKAL: URGENSI MATERI ANTROPOLOGI DALAM ERA KURIKULUM MERDEKA SD

Oleh :  I Made Bagus Mertadana Mas, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Dalam era Kurikulum Merdeka SD, urgensi memasukkan materi antropologi menjadi semakin nyata dan krusial. Materi ini tidak sekadar memberikan pemahaman mendalam tentang keberagaman budaya manusia, tetapi juga memperkuat pengenalan terhadap kearifan lokal yang kaya di Indonesia. Kearifan lokal, sebagai warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, mencakup sistem nilai, norma, kepercayaan, dan praktik sosial yang membentuk identitas masyarakat setempat. Dalam konteks Kurikulum Merdeka SD, di mana pembelajaran menekankan pada relevansi dan kontekstualitas, materi antropologi memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya pemahaman siswa terhadap kearifan lokal di tingkat SD.

Antropologi, sebagai ilmu yang mempelajari manusia dari sudut kebudayaannya, memiliki peran sentral dalam memahami dan mendokumentasikan kearifan lokal. Urgensinya tidak hanya terbatas pada memberikan pemahaman tentang keanekaragaman budaya, tetapi juga pada kontribusinya terhadap pembentukan karakter siswa, persiapan untuk hidup dalam masyarakat global, dan pemberdayaan siswa sebagai agen perubahan lokal. Pembelajaran antropologi membuka ruang untuk mencari solusi, memotivasi siswa untuk berpikir kreatif, dan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar mereka.

Dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka SD, keanekaragaman budaya lokal menjadi unsur tak terpisahkan dari keragaman budaya Indonesia. Keberagaman ini semakin menonjol dengan pentingnya memasukkan materi antropologi, yang membuka wawasan terhadap kekayaan kearifan lokal di Indonesia. Antropologi, sebagai disiplin ilmu yang memfokuskan pada pemahaman manusia melalui kebudayaannya, menyoroti kearifan lokal sebagai bagian integral dari kehidupan manusia.

Pentingnya materi antropologi dalam Kurikulum Merdeka SD tercermin dalam pemberdayaan siswa sebagai agen perubahan lokal. Dengan pemahaman mendalam tentang kearifan lokal, siswa dapat berkontribusi pada solusi berkelanjutan untuk tantangan yang dihadapi masyarakat mereka. Ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengintegrasian lokalitas dan aktualitas dalam pembelajaran.

Antropologi pendidikan, sebagai cabang antropologi yang mempelajari interaksi antara budaya dan pendidikan, dapat membantu merancang pembelajaran yang mengintegrasikan kearifan lokal sebagai bagian dari proses pendidikan. Dengan pendekatan antropologi pendidikan, siswa dapat memahami kearifan lokal sebagai sumber pengetahuan yang bernilai dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Antropologi memiliki sisi holistik yang meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya, menunjukkan bahwa kearifan lokal tidak hanya dipahami sebagai entitas statis, tetapi juga sebagai bagian yang dinamis dari kehidupan manusia.

Pembelajaran antropologi dalam Kurikulum Merdeka SD dapat diwujudkan melalui beragam pendekatan. Misalnya, pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa terlibat aktif dalam memahami dan menggali kearifan lokal di sekitar mereka. Dengan menggunakan pemanfaatan sumber belajar lokal, seperti cerita rakyat, tradisi lokal, dan permainan tradisional, siswa dapat lebih efektif terhubung dengan kearifan lokal.

Pentingnya materi antropologi tidak hanya terletak pada memberikan pemahaman tentang kearifan lokal, tetapi juga pada kontribusinya terhadap pembentukan karakter siswa. Materi ini tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga membawa nilai-nilai moral dan sosial. Siswa yang memiliki pemahaman mendalam tentang kearifan lokal cenderung lebih toleran, menghargai perbedaan, dan memiliki identitas nasional yang kuat.

Dalam konteks Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran yang relevan dan kontekstual, materi antropologi memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat pengenalan terhadap kearifan lokal di tingkat SD. Pembelajaran yang menarik dan berpusat pada kehidupan sehari-hari siswa dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai budaya.

Melalui integrasi materi antropologi dalam Kurikulum Merdeka SD, siswa tidak hanya diajak untuk memahami kearifan lokal secara teoretis, tetapi juga untuk merasakannya melalui pengalaman langsung. Pembelajaran berbasis proyek, misalnya, dapat melibatkan siswa dalam penelitian lapangan, kunjungan ke komunitas lokal, atau interaksi langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat yang menjaga tradisi dan kearifan lokal. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa, tetapi juga memperdalam pemahaman mereka terhadap konteks kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pengembangan kurikulum, perlu diperhatikan bahwa materi antropologi tidak hanya menjadi tambahan pelajaran, tetapi menjadi bagian integral dari setiap mata pelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, cerita rakyat lokal dapat dijadikan bahan bacaan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kearifan lokal dan memperkaya kosa kata mereka. Begitu juga dalam pembelajaran matematika, konsep-konsep seperti pola-pola tradisional atau sistem pengukuran lokal dapat diintegrasikan untuk membuat pembelajaran lebih kontekstual.

Pentingnya memasukkan materi antropologi dalam kurikulum tidak hanya memberikan manfaat pada tingkat individual, tetapi juga membentuk landasan yang kuat untuk membangun masyarakat yang inklusif. Dengan memahami dan menghargai kearifan lokal, siswa menjadi agen perubahan yang dapat memupuk toleransi, kerjasama, dan penghargaan terhadap perbedaan di tengah masyarakat yang semakin majemuk.

Lebih lanjut, materi antropologi dapat memainkan peran signifikan dalam membentuk perspektif siswa terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Dengan menyoroti hubungan manusia dengan alam dalam konteks budaya lokal, siswa dapat mengembangkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan dan mempertahankan tradisi berkelanjutan. Ini sejalan dengan semangat pembelajaran yang berpusat pada keberlanjutan dalam Kurikulum Merdeka, di mana siswa diajak untuk menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.

Sebagai bagian dari pembelajaran antropologi, siswa juga dapat diperkenalkan pada konsep-konsep dasar tentang hak asasi manusia, pluralisme, dan keadilan sosial. Hal ini tidak hanya membangun pemahaman mereka tentang nilai-nilai universal, tetapi juga membentuk sikap kritis dan etis dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Materi antropologi mendorong siswa untuk merenung tentang peran mereka dalam membentuk masyarakat yang adil dan inklusif.

Pentingnya mendukung materi antropologi dalam Kurikulum Merdeka SD juga tercermin dalam penguatan identitas nasional. Dengan memahami dan menghargai kearifan lokal, siswa dapat mengidentifikasi diri mereka lebih erat dengan warisan budaya bangsa ini. Ini membentuk dasar kuat untuk membangun rasa cinta tanah air dan meningkatkan rasa bangga menjadi bagian dari Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya.

Dalam konteks globalisasi, kearifan lokal juga menjadi aset berharga dalam meningkatkan daya saing bangsa. Siswa yang terampil dalam memahami dan mengelola keberagaman budaya akan menjadi individu yang lebih siap menghadapi tantangan dunia yang semakin terhubung. Materi antropologi dapat menjadi instrumen untuk melatih siswa menjadi pemimpin masa depan yang dapat beradaptasi dengan perubahan, memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai budaya, dan mampu bekerja sama lintas budaya.

Sebagai kesimpulan, urgensi materi antropologi dalam Era Kurikulum Merdeka SD tidak hanya terbatas pada memberikan pemahaman tentang kearifan lokal. Lebih dari itu, materi antropologi membawa dampak yang luas, mencakup pembentukan karakter siswa, penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, pemberdayaan siswa sebagai agen perubahan lokal, dan persiapan mereka untuk hidup dalam masyarakat global yang kompleks. Dengan memasukkan materi antropologi dalam kurikulum, pendidikan menjadi alat yang efektif untuk membentuk generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai budaya dan kemampuan untuk bersaing di tingkat global.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *