MEWUJUDKAN  PEKA (PEDULI , EMPATI, KEPERCAYAAN, DAN AMAN) SEBAGAI KUNCI KUALITAS KONSELOR DALAM KEBERHASILAN PROSES KONSELING

Oleh : A.A Mella Widayanti, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha

Bimbingan dan Konseling adalah suatu profesi yang digambarkan sebagai konselor yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan harapan baru kepada konseli. Bimbingan dan konseling membantu siswa, baik secara individu maupun kelompok, untuk menjadi mandiri dan berkembang secara optimal. Ini mencakup bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier melalui berbagai kegiatan dan layanan pendukung yang sesuai dengan standar. Hal ini terjadinya perubahan perilaku pada diri individu merupakan suatu proses perkembangan individu. Perkembangan individu adalah proses interaksi antara individu dengan lingkungan mereka melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan bertanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan dan membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan mereka, serta mengajarkan individu untuk mengembangkan, mengubah, dan memperbaiki perilaku mereka.  Oleh karena itu, bimbingan dan konseling adalah layanan yang diberikan oleh konselor (guru bimbingan dan konseling). Konselor adalah salah satu kualifikasi pendidikan, yaitu tenaga kependidikan yang memiliki kekhususan pada bidang bimbingan dan konseling, yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

 Seorang konselor profesional harus ramah, empati, jujur, menghargai, dan, yang paling penting, dapat dipercaya (terjaga rahasia klien). Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. karena konselor harus mampu menampilkan identitas mereka secara utuh, tepat, dan berarti, serta membangun hubungan yang unik, harmonis, persuasif, dan kreatif dengan klien mereka. Hal tersebut akan menjadi kunci keberhasilan layanan konseling. Dalam konteks ini, “alat” yang paling penting bagi seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai individu.

Kepribadian seorang konselor dapat membentuk hubungan yang baik antara konselor dan konseli. Semua orang yang terlibat dalam proses hubungan antar pribadi saling mempengaruhi dan berhubungan satu sama lain. Selain itu, dalam hubungan antar pribadi, kedudukan dan fungsi individu yang satu dengan yang lain adalah setara, karena orang yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai individu dan bukan objek.

Konseling yang efektif bergantung pada hubungan yang baik antara konselor dan klien. Kemampuan konselor untuk kongruensi (congruence), empati (empathy), perhatian positif tanpa syarat (unconditional positive regard), dan menghargai (respect) klien menunjukkan kualitas hubungan mereka dengan klien. Pada dasarnya, setiap konseli memiliki potensi positif dan kekuatan untuk mengembangkan diri dalam dimensi waktu kontemporer. Ide ini membantu orang memahami kekuatan dan potensi diri mereka untuk membangun struktur kepribadian yang mandiri. Konseling memberi klien kesempatan untuk membuka diri tentang pengalamannya dan konselor memberi klien kesempatan untuk melihat kekuatan dan potensi dirinya. Untuk membuat seorang konselor dapat dipercaya oleh konselinya, seorang konselor harus menciptakan rasa nyaman pada konseli, yang dapat dicapai dengan memulai pembicaraan tentang latar belakang dan rincian tentang masalah yang dihadapi konseli. Jika kedua proses berlangsung bersamaan, kedua pihak akan memiliki hubungan yang terbuka antara konselor dan konseli dan membuat konseli percaya terhadap konselor. Proses bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik jika kepercayaan sudah terbangun.

Hubungan antara konselor dan konseli, atau orang yang dibimbing, harus didasari oleh kepercayaan. Konseli hanya akan datang dan menceritakan masalahnya kepada konselor atau orang yang ia percayai. Oleh karena itu, sangat penting bahwa seorang konselor dapat dipercaya. Orang yang ingin datang untuk konseling telah memperhatikan kehidupan konselor sebelum berkonsultasi dengan mereka. konseli akan mencoba pada pertemuan pertama dan mungkin masih ragu-ragu hingga pertemuan berikutnya. Mereka akan meninggalkan konselor jika mereka merasa tidak dapat diandalkan dan sulit adanya keterbukaan diri saat proses konseling. Untuk menjadi konselor yang dapat dipercaya, harus mampu menjaga rahasia. Selain itu, dapat dipercaya juga berarti memiliki sikap positif dan kualitas pribadi selama proses konseling.

Menurut Marton (dalam Prayitno, 1999: 254), keterbukaan diri berarti berbagi informasi dan perasaan dengan orang lain. Dalam pengungkapan diri, orang mengungkapkan pendapat atau perasaan pribadinya, seperti tipe orang yang disukai atau dibenci. Informasi yang diungkapkan secara pribadi diklasifikasikan menjadi deskriptif dan evaluatif, masing-masing.

Proses ini tampaknya sederhana, tetapi penting untuk diperhatikan. Salah satunya adalah kemampuan konselor untuk membangun hubungan yang baik dengan konseli; jika konseli mengetahui bahwa konselor adalah pendengar yang baik, mereka lebih cenderung untuk melakukan konseling lagi dengan konselor.Hal ini akan membuat konseli berani untuk terbuka dengan konselor saat melakukan proses konseling, dikarenakan konseli merasa bahwa dirinya sudah nyaman dan percaya kepada konselor untuk mengungkapkan permasalahan yang dirasakan. Berbagai aktivitas yang dapat membangun hubungan yang baik antara konselor dan konseli; ini termasuk mendengarkan semua masalah konseli dan mulai berbicara. Untuk menciptakan hubungan yang baik, usahakan agar konseli tidak merasa sendirian dengan masalahnya karena ada konselor yang siap mendengarkan dan membantunya dengan masalah apa pun. Tunjukkan keseriusan konselor pada konseli dengan memulai dengan hal-hal kecil, seperti memberikan nomor telepon konseli agar mereka dapat menghubungi konselor melalui telepon untuk mengkomunikasikan masalah apa pun yang mereka hadapi.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses konseling harus didasari dari Kualitas konselor itu sendiri. Kualitas konselor adalah terdiri dari semua kualitas, seperti kepribadian, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh konselor, yang akan menentukan apakah bimbingan dan konseling berhasil atau tidak. Salah satu kualitas ini adalah kualitas pribadi konselor, yang mencakup semua aspek kepribadian yang sangat penting dan menentukan seberapa efektif konseling. Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh seorang konselor dapat mempengaruhi konseli secara langsung selama proses konseling, yaitu: 1) Ketulusan; 2) Penerimaan; dan 3) Empati, yaitu kemampuan untuk memasukkan diri, jiwa, dan perasaan konselor ke dalam jiwa dan perasaan konseli. 4) Keadaan psikologis konselor yang baik: Konselor yang baik memiliki karakteristik, memenuhi kebutuhannya, dan tidak terpengaruh oleh pengalaman masa lalu atau pengalaman pribadi di luar proses konseling yang tidak memiliki dampak yang signifikan pada konseling. 5) Untuk menjamin kerahasiaan, konselor harus konsisten dalam ucapan dan perilaku, baik secara lisan maupun non-verbal, dan tidak pernah membuat seseorang menyesal telah mengungkap rahasia. Dengan menjaga kerasahasiaan permasalahan konseli akan membuat konseli menjadi aman dan percaya terhadap konselor. 6) Konseor harus jujur, jujur, dan tulus. 7) Memiliki kemampuan untuk mengayomi klien dan membuat mereka merasa aman, yang ditunjukkan dengan membatasi suasana, berbagi pengalaman emosional mereka, memungkinkan mereka untuk berpikir secara liberal, membuat keputusan yang sulit, fleksibel, dan menjaga jarak dengan mereka (tanpa terbawa emosi klien). 8) Kehangatan adalah pada dirinya sendiri. 9) Pendengar yang aktif, yang ditunjukkan dengan sikap mereka, dapat berkomunikasi dengan orang di luar kalangannya sendiri dengan tujuan untuk mencairkan komunikasi, memperlakukan klien dengan cara yang dapat memunculkan respons yang berarti, dan membagi tanggung jawab dengan klien secara seimbang.

Tidak hanya pengalaman yang membentuk kepribadian, tetapi juga semangat dan kemampuan untuk bertindak dan bersikap sebagai konselor profesional. Karena kepribadian konselor ini dianggap sangat penting dalam proses konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli, disarankan agar konselor terus mengembangkan kemampuan diri untuk menyadari bahwa mereka adalah asisten. Dengan menyadari fungsi diri mereka, konselor akan dapat lebih memahami keadaan konseli dan membangun kepribadian yang kuat. Selain itu, para calon konselor dan konselor diharapkan untuk meningkatkan kualitas diri mereka melalui jalur formal untuk mencapai standar kompetensi tertentu. Sementara itu, usaha magang berfungsi sebagai jembatan antara teori dan praktik, menunjukkan sejauh mana kemampuan para konselor dan calon konselor dalam menerapkan studi ilmiahnya ke dalam pengalaman lapangan. Salah satu cara bagi calon konselor untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan mereka tentang teori, konsep, dan kerangka kerja seorang konselor adalah dengan menggunakan jalur formal.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *