Oleh : Alya Putri Maradika Ningrum, S1 PGSD Universitas Negeri Semarang
Dibimbing oleh : Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd, Dosen PGSD FIPP Universitas Negeri Semarang
Jika kita bicara tentang seni, hal identik yang kita ketahui adalah tentang sebuah karya atau pertunjukan. Seni sendiri memiliki peranan sebagai pendidikan dalam Kurikulum Merdeka dan menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib di sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Dalam pelaksanaannya sendiri, seni memiliki beberapa cabang diantaranya yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater dan lain sebagainya.
Di salah satu SD Negeri yang ada di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang tepatnya di SD Negeri Panjang 03 pelaksanaan pembelajaran seni berjalan dengan cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka. Peserta didik dibebaskan dalam memilih minat pada pendidikan seni yang ada di SD Negeri Panjang 03 tersebut. Beberapa cabang seni yang ada di SD Negeri Panjang 03 adalah seni lukis, seni tari dan seni musik. Peserta didik memiliki kebebasan memilih cabang seni tersebut sesuai dengan bakat dan kemauan yang mereka miliki. Ini berarti pelaksanaan merdeka belajar dan Kurikulum Merdeka di SD Negeri Panjang 03 berjalan dengan baik. Selain itu, dalam pembelajaran seni guru yang mengampu juga berasal dari guru seni sendiri bukan dari guru kelas seperti kebanyakan.
Dari pernyataan salah satu guru seni lukis di SD Negeri Panjang 03, minat dari peserta didik sangat tinggi terhadap seni karena faktor pembelajaran berdiferensiasi tadi. Pada peserta didik yang duduk di kelas I, karya yang dihasilkan sudah cukup bagus dan rapi dengan imajinasi yang tinggi. Peserta didik yang duduk di kelas V pun sudah dapat melukis dengan menggunakan cat di atas kanvas. Dari guru seni sendiri tidak membatasi peserta didik dalam mengekspresikan ide dan gagasan mereka dalam berkarya, tetapi tetap dengan topik yang sudah ditentukan. Menurut guru seni tersebut, karya seni tidak ada yang salah karena seni selalu berbeda dari setiap sudut pandang masing-masing orang.
Pendidikan seni terkadang masih dipandang sebelah mata bagi sebagian orang, bahkan orang tua murid tidak menyadari bahwa anaknya memiliki bakat dalam seni. Urgensi pendidikan seni di sekolah memang masih kurang karena orang tua dari peserta didik mayoritas hanya terfokuskan pada akademiknya saja, padahal sekarang ini banyak sekali pekerjaan yang membutuhkan pendidikan seni. Pendidikan seni di SD memiliki peranan dalam menggali bakat yang dimiliki peserta didik. Harapannya dengan mengetahui bakat yang dimiliki nantinya akan dapat dikembangkan dan difokuskan pada cabang seni nya masing-masing. Untuk peserta didik yang kemungkinan kurang mampu dalam mengikuti pembelajaran seni, guru lebih memberikan bimbingan secara terstruktur daripada menuntut peserta didik untuk harus bisa.
SD Negeri Panjang 03 memiliki planning untuk dapat berkolaborasi dengan komunitas seni setempat untuk mengapresiasi karya seni peserta didik dan meningkatkan minat peserta didik dalam berkarya. Sebenarnya kegiatan lokakarya sudah dilaksanakan dalam pembelajaran, tetapi untuk pameran dan pertunjukan seni hanya dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Untuk kegiatan lokakarya yang dilaksanakan tahun ini bertajuk “Spatiga Fun Folk” dimana dalam pelaksanaannya terdapat pertunjukan seni dan juga permainan tradisional. “Spatiga Fun Folk” ini juga dalam rangka penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan 6 dimensi di dalamnya. Kegiatan lokakarya ini sendiri bertujuan agar peserta didik dapat mengetahui budaya dalam seni. Budaya yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permainan tradisional yang diintegrasikan dengan seni.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran seni di SD Negeri Panjang 03 hanya sedikit mengalami hambatan pada alat dan bahan yang digunakan. Hal tersebut dikarenakan tidak semua peserta memiliki alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Akan tetapi, hal ini sedang didiskusikan lagi agar peserta didik yang tidak memiliki alat dan bahan tetap dapat berkarya seperti yang lainnya karena bisa jadi peserta didik yang tidak memiliki alat dan bahan justru lebih baik daripada yang memiliki.