Oleh : I Gusti Ngurah Bagus Mahendra Adhiputra dan Ni Putu Trisna Dewi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Pancasila sebagai landasan negara Indonesia memberikan fondasi yang kokoh untuk mengarahkan profesi guru sekolah dasar (SD) ke peran yang lebih signifikan dalam mengembangkan karakter unggul pada generasi penerus. Guru sekolah dasar mempunyai tanggung jawab besar untuk memastikan nilai-nilai Pancasila tertanam kuat dalam seluruh aspek pendidikan sebagai agen perubahan dalam dunia pendidikan. Pada artikel ini akan mengkaji bagaimana pilar Pancasila menjadi landasan utama pembentukan karakter unggul siswa sekolah dasar yang pada akhirnya bermanfaat bagi masa depan negara.
- Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila dimulai dengan prinsip ketuhanan yang maha esa. Bagaimana prinsip ini tercermin dalam profesi guru SD? Guru memegang peranan penting dalam membantu siswa mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual karena guru adalah teladan bagi mereka. Guru dapat menumbuhkan toleransi di kalangan siswa dan rasa keterbukaan terhadap perbedaan keyakinan dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang bersifat inklusif. Hal ini memperlancar proses pembelajaran pada siswa serta membantu dalam pengembangan karakter menghormati dan menghargai.
- Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua Pancasila menekankan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada keadilan, guru sekolah dasar sebagai garda depan pendidikan karakter dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Mendidik anak-anak tentang rasa saling menghormati, kerja sama tim, dan penyelesaian konflik secara adil adalah langkah-langkah praktis untuk menerapkan sila kedua Pancasila. Hasilnya, para pendidik tidak hanya menyampaikan gagasan keadilan tetapi juga menunjukkan penerapan praktisnya.
- Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Sila ketiga menekankan persatuan dalam keberagaman merupakan tugas guru sekolah dasar untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan inklusif. Guru dapat membantu siswa dalam memahami keberagaman budaya, suku, dan latar belakang lainnya dengan menggunakan metodologi pengajaran inklusif. Selain memupuk keharmonisan di kelas, hal ini juga membuat siswa siap untuk hidup dalam masyarakat yang lebih besar dan lebih beragam.
- Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat Pancasila mengajarkan tentang demokrasi dan kebijaksanaan. Ketika guru sekolah dasar mengikutsertakan siswanya dalam proses pengambilan keputusan di kelas, nilai-nilai ini akan diperkuat. Mendorong mereka untuk berbicara, mendengarkan pendapat orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama adalah cara yang baik untuk memperkenalkan gagasan demokrasi. Siswa memperoleh pemahaman tentang nilai dari semua sudut pandang dan kemungkinan berkolaborasi untuk menjadi bijaksana melalui ini.
- Sila Kelima: Keasilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial. Memastikan bahwa setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang adalah salah satu cara guru sekolah dasar dapat menerapkan nilai ini. Langkah praktis menuju penerapan prinsip kelima antara lain menjadikan pendidikan inklusif, memberikan perhatian khusus kepada siswa berkebutuhan khusus, dan mengembangkan program bantuan bagi siswa dari latar belakang kurang mampu. Guru mempraktikkan keadilan sosial dalam lingkungan pendidikan selain mengajarnya.
Guru sekolah dasar mempunyai peran penting dalam mengembangkan karakter unggul yang berdasarkan pada sila Pancasila guna membimbing siswa menuju masa yang depan cerah. Guru mempunyai kemampuan menjadi agen perubahan yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial pada generasi penerus dengan memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam interaksi dan metode pengajaran sehari-hari. Oleh karena itu, guru sekolah dasar tidak hanya memberikan ilmu akademis tetapi juga memberikan landasan moral yang kokoh bagi masa depan bangsa Indonesia.
Karena pada saat ini masih terdapat kasus yang dimana seorang anak SD kerap melanggar sila-sila pancasila. Dikutip dari Kompas.TV – Koordinator Wilayah Kecamatan (Korwilcam) Bidang Pendidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Teluk Pandan, Pesawaran, Lampung, Salam, mengatakan kasus perundungan atau bullying yang dialami SK, siswi kelas 5 SDN 1 Teluk Pandan, telah diselesaikan secara kekeluargaan.Salam membenarkan SK mengalami perundungan yang dilakukan sekelompok siswa kelas 6 pada Selasa (28/11/2023). Pihak sekolah pun kemudian memanggil orang tua dan wali dari korban dan pelaku.“Saat ini sudah dilakukan rapat penyelesaian permasalahan tersebut,” kata Salam, Rabu (29/11). Kemudian dikutip dari Siaran Pers SETARA Institute, 9 Juli 2023. Dunia pendidikan kembali menunjukkan gejala destruktif bagi kebinekaan Indonesia. Seorang siswi berinisial B di SDN Jomin Barat II, Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat menjadi korban perundungan (bullying) yang dilakukan oleh murid, guru dan kepala sekolah. Penyebab utamanya, siswi tersebut berasal dari keluarga Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pihak sekolah bahkan memaksa siswi B untuk mengenakan jilbab. Meski sudah mengenakan jilbab secara terpaksa, B tetap mengalami perundungan dari murid, guru dan kepala sekolah. Siswi B bahkan dianiaya hingga keluar darah dari hidungnya.
Maka demikian sangat penting bagi para calon pendidik untuk mendapatkan pendidikan pancasila guna untuk mengajarkan betapa pentingnya sila sila pancasila untuk diamalkan dalam kehidupan sehari hari, terutama pada anak anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Karena pada dasarnya pendidikan pancasila sudah harus diajarkan sejak dini agar anak didik memahami serta mengamalkan bobot dari sila sila pancasila, tentu tidak hanya itu mengamalkan sila sila pancasila dapat mewujudkan kesejahteraan sosial karena tentunya semua akan hidup aman dan damai tanpa adanya konflik yang menjerumus untuk melanggar pengamalan dari pancasila itu sendiri.