Oleh : Ida Ayu Komang Savitri, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, peran teknologi dan digitalisasi tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai calon guru Bimbingan Konseling (BK), pemahaman akan dampak teknologi terhadap perkembangan peserta didik menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Digitalisasi telah mengubah cara kita berinteraksi, belajar, dan mengakses informasi. Namun, sejauh mana pengaruhnya pada proses perkembangan peserta didik?
Dari perspektif calon guru BK, digitalisasi membawa sejumlah dampak yang perlu dipertimbangkan secara seksama. Di satu sisi, digitalisasi atau teknologi memberikan kemudahan, seperti halnya untuk mengakses informasi dan akses pembelajaran yang mudah sehingga dapat mendukung perkembangan peserta didik. Namun, disisi lain, terdapat juga tantangan baru yang muncul, seperti kecanduan gawai dan kurangnya interaksi sosial yang dapat memengaruhi keseimbangan emosional peserta didik.
Bagaimana calon guru BK melihat manfaat dan risiko digitalisasi dalam konteks pendampingan perkembangan peserta didik? Apakah teknologi dapat digunakan sebagai alat bantu yang efektif dalam proses pembelajaran dan pengembangan pribadi peserta didik, ataukah justru menjadi hambatan yang perlu diatasi? Nah, artikel ini akan membahas pandangan calon Guru BK mengenai pengaruh digitalisasi terhadap perkembangan psikologis peserta didik maupun perkembangan psikologis individu.
Penggunaan teknologi seperti komputer, tablet, smartphone dan internet telah membuka akses terhadap sumber daya pendidikan yang tak terbatas. Siswa sekarang dapat belajar dari berbagai platform online, mengikuti kursus daring, ataupun dapat berpartisipasi dalam kelas virtual atau kelas online dengan jangkauan nasional bahkan internasional. Hal ini memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan fleksibel, yang dapat mendorong perkembangan kemandirian dan inisiatif dalam diri siswa.
Namun, dibalik manfaatnya yang berlimpah digitalisasi juga menghadirkan tantangan baru. Salah satunya adalah potensi ketergantungan pada teknologi. Siswa yang terlalu sering menggunakan gadget dapat mengalami kesulitan dalam fokus dan konsentrasi, serta kurangnya keterampilan sosial karena interaksi tatap muka yang berkurang. Sebagai calon Guru BK, sangat penting untuk mengenali tanda-tanda ketergantungan teknologi dalam membantu siswa menemukan keseimbangan yang sehat antara penggunaan teknologi dan aktivitas offline.
Kesehatan mental adalah aspek penting dalam perkembangan psikologis individu. Digitalisasi memiliki dampak yang kompleks terhadap kesehatan mental siswa. Di satu sisi, akses mudah ke informasi dan dukungan online dapat memberikan bantuan cepat bagi siswa yang mengalami masalah emosional atau psikologis. Platform online juga dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan diri dengan menemukan komunitas yang mendukung perkembangan diri individu. Disisi lain, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Siswa mungkin merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya, yang dapat merusak harga diri dan citra diri mereka. Selain itu, cyberbullying adalah ancaman nyata yang dapat merusak kesehatan mental siswa. Calon Guru BK perlu mengembangkan strategi untuk mendeteksi dan menangani masalah kesehatan mental yang berkaitan dengan penggunaan teknologi, serta memberikan dukungan yang tepat kepada siswa yang membutuhkannya.
Kemudian, digitalisasi mempengaruhi perkembangan kognitif siswa. Akses yang cepat dan mudah untuk menjelajahi informasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Siswa dapat belajar dengan cara yang lebih interaktif dan menarik melalui berbagai aplikasi pendidikan dan permainan edukatif. Teknologi juga memungkinkan personalisasi pembelajaran, di mana materi dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individu siswa. Namun, ada kekhawatiran bahwa terlalu banyak mengandalkan teknologi dapat mengurangi kemampuan berpikir analitis dan memori jangka panjang. Siswa mungkin lebih cenderung mencari jawaban instan daripada memahami konsep secara mendalam. Oleh karena itu, calon Guru BK perlu mendorong siswa untuk menggunakan teknologi sebagai alat bantu belajar, bukan sebagai pengganti pemikiran kritis dan pembelajaran mendalam.
Nah, maka dari itu sebagai calon Guru BK, ada beberapa strategi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi dampak digitalisasi terhadap perkembangan psikologis siswa:
- Mengajarkan siswa tentang penggunaan teknologi yang bijak dan bertanggung jawab, termasuk cara melindungi diri dari cyberbullying dan menjaga privasi online.
- Mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan offline seperti olahraga, seni, dan interaksi sosial langsung untuk menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.
- Melatih keterampilan komunikasi dan empati melalui aktivitas kelompok dan diskusi yang melibatkan interaksi tatap muka.
- Membuat lingkungan sekolah yang mendukung kesehatan mental dengan menyediakan akses ke konseling dan dukungan psikologis, serta menciptakan program yang meningkatkan kesejahteraan emosional siswa.
- Bekerja sama dengan orang tua untuk memantau penggunaan teknologi di rumah dan memastikan anak-anak mendapatkan bimbingan yang konsisten dalam penggunaan teknologi.
Kesimpulan
Digitalisasi adalah fenomena yang tidak dapat dihindari dan membawa dampak signifikan terhadap perkembangan psikologis individu. Sebagai calon Guru BK, sangat penting untuk memahami dampak positif dan negatif dari teknologi dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mendukung perkembangan kognitif dan emosional siswa. Dengan pendekatan yang tepat, digitalisasi dapat menjadi alat yang kuat untuk mendukung perkembangan kognitif, emosional, dan sosial siswa, serta membantu mereka mencapai potensi mereka di era digital ini.