Oleh : Putu Ayu Liska Pratiwi, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Dalam era digital yang terus berkembang pesat, pengaruh teknologi dan digitalisasi telah meresap ke hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Teknologi tidak hanya mengubah cara siswa belajar dan mengakses informasi, tetapi juga membentuk interaksi sosial dan emosional mereka. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) berada di garis depan dalam mengamati dan menangani dampak digitalisasi terhadap perkembangan individu, berperan sebagai pembimbing yang membantu siswa mengelola tantangan dan peluang dunia digital. Meskipun digitalisasi menawarkan berbagai keuntungan seperti akses informasi yang lebih mudah dan metode pembelajaran inovatif, dampaknya terhadap perkembangan sosial dan emosional siswa tidak bisa diabaikan. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan isolasi sosial, kecemasan, serta masalah kesehatan mental lainnya. Tekanan dari media sosial dan kebutuhan untuk selalu “terhubung” dapat mengganggu keseimbangan emosional siswa. Digitalisasi telah membuka akses informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan beberapa klik, siswa dapat menemukan berbagai sumber belajar, dari buku elektronik, video tutorial, hingga kursus online. Guru BK melihat ini sebagai peluang besar untuk mendorong pembelajaran mandiri. Akses informasi melimpah memungkinkan siswa mengeksplorasi topik yang diminati lebih dalam dan lebih luas daripada yang disediakan dalam kurikulum tradisional, mendorong rasa ingin tahu dan kemandirian belajar yang penting untuk sukses di masa depan.
Teknologi digital memungkinkan personalisasi dalam pembelajaran, di mana platform digital dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu. Beberapa siswa mungkin lebih visual dan mendapat manfaat dari video dan grafik, sementara yang lain mungkin lebih suka teks dan audio. Guru BK dapat memanfaatkan teknologi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap siswa dan mengarahkan mereka ke sumber yang paling sesuai. Namun, akses informasi yang tidak terbatas juga membawa tantangan. Salah satu masalah utama adalah kemampuan siswa untuk menilai kredibilitas dan kualitas informasi yang mereka temukan. Tidak semua sumber informasi di internet dapat dipercaya, sehingga kemampuan berpikir kritis menjadi sangat penting. Guru BK berperan dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan literasi digital, seperti mengenali bias, memverifikasi sumber, dan memahami konten yang kompleks. Penggunaan media sosial dan platform digital yang meluas dapat menyebabkan isolasi sosial jika siswa lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada berinteraksi langsung dengan teman-teman dan keluarga. Keterlibatan dalam dunia digital bisa mengurangi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial penting seperti empati, komunikasi tatap muka, dan kerjasama, yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa membangun hubungan sehat dan bermakna. Tekanan psikologis dari media sosial menjadi perhatian serius bagi Guru BK. Siswa sering kali merasa tertekan untuk memenuhi standar yang tidak realistis di media sosial, seperti penampilan fisik, gaya hidup, dan pencapaian akademis. Eksposur terus-menerus terhadap kehidupan “sempurna” orang lain dapat memicu perasaan cemas, rendah diri, dan depresi. Guru BK melihat ini sebagai ancaman serius terhadap kesejahteraan mental siswa, sehingga mereka harus berperan aktif dalam membantu siswa mengelola stres dan membangun citra diri yang sehat, termasuk pendidikan tentang penggunaan media sosial yang sehat. Tantangan lain adalah meningkatnya risiko kecanduan digital. Penggunaan gadget dan aplikasi digital yang berlebihan dapat mengganggu rutinitas sehari-hari siswa, termasuk waktu tidur, aktivitas fisik, dan belajar. Guru BK harus bekerja sama dengan siswa dan orang tua untuk menciptakan batasan sehat dalam penggunaan teknologi, serta mengedukasi siswa tentang pentingnya keseimbangan antara kehidupan digital dan aktivitas offline.
Digitalisasi menuntut adaptasi signifikan dalam kurikulum dan metode pembelajaran. Guru BK berpendapat bahwa integrasi teknologi dalam pendidikan harus dilakukan secara strategis untuk memaksimalkan manfaatnya. Teknologi dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif, meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa. Penggunaan platform pembelajaran online memungkinkan siswa belajar melalui berbagai media seperti video, simulasi, dan permainan edukatif yang dapat membuat proses belajar lebih menyenangkan dan efektif. Namun, perubahan ini juga menuntut penyesuaian dari pihak pengajar. Tidak semua guru dan siswa memiliki tingkat literasi digital yang sama, sehingga penting untuk menyediakan pelatihan memadai bagi guru agar mereka dapat menggunakan teknologi secara efektif dalam pengajaran. Siswa juga perlu dibekali keterampilan literasi digital untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak. Guru BK berperan dalam memastikan bahwa adaptasi ini berjalan lancar, memberikan dukungan dan bimbingan kepada guru dan siswa dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran sehari-hari. Adaptasi kurikulum juga harus mencakup pengembangan keterampilan abad ke-21 yang esensial, seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan literasi digital. Teknologi dapat menjadi alat kuat untuk mengembangkan keterampilan ini. Proyek kolaboratif online dapat membantu siswa belajar bekerja dalam tim, sementara tugas berbasis penelitian dapat mengasah keterampilan berpikir kritis dan analitis. Dengan memanfaatkan teknologi secara optimal, kurikulum dapat dirancang untuk lebih responsif terhadap kebutuhan dunia kerja yang terus berubah dan menuntut keterampilan baru.
Digitalisasi membawa dampak signifikan terhadap perkembangan individu, terutama dalam pendidikan. Guru BK memiliki peran krusial dalam mengarahkan siswa memanfaatkan peluang teknologi sambil mengatasi tantangan yang muncul. Peningkatan akses informasi dan pembelajaran mandiri merupakan salah satu manfaat terbesar dari digitalisasi, memungkinkan siswa mengeksplorasi minat mereka secara lebih mendalam dan mengembangkan keterampilan belajar yang lebih mandiri. Namun, tantangan dalam aspek sosial dan emosional, seperti isolasi sosial dan tekanan psikologis dari media sosial, menuntut perhatian khusus dari Guru BK untuk membantu siswa menjaga keseimbangan yang sehat dalam kehidupan digital mereka. Adaptasi kurikulum dan metode pembelajaran menjadi kunci menghadapi era digital ini. Integrasi teknologi harus dilakukan secara strategis untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, serta mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang esensial. Guru BK harus bekerja sama dengan pengajar lain dan menyediakan dukungan yang diperlukan untuk memastikan teknologi digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran.