Oleh: I Gusti Ayu Agung Sukma Febriantini, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Sering sekali masyarakat memandang bahwa kesuksesan seseorang dilihat dari jenjang karir yang dijalaninya. Bagi mereka, karir menjadi tolak ukur dalam menentukan kualitas seseorang. Hal inilah yang membuat setiap orang saling bersaing untuk mendapatkan karir yang memuaskan dan dipandang keren oleh masyarakat termasuk keluarga. Bahkan tidak sedikit orang yang mengalami stress karena pandangan tersebut terutama bagi orang yang tidak memiliki karir. Karir diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tujuan dengan memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan dalam jangka waktu yang panjang/seumur hidup. Berbeda dengan pekerjaan, dimana pekerjaan diartikan sebagai upaya seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh imbalan berupa uang yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karir dipandang hebat dan keren oleh masyarakat atau keluarga adalah dokter, insinyur, pilot, polisi, tentara, HRD (Human Resource Development), manajer, CEO (Chief Executive Officer), designer, dan banker.
Karir sangat urgen dan perlu diperhatikan bagi setiap orang karena akan berpengaruh pada masa depan mereka. Memperoleh karir bukanlah hal yang mudah seperti membalikan telapak tangan karena perlu adanya pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan Keputusan karir dilakukan sesuai pertimbangan minat, bakat, dan pekerjaan yang diharapkan. Namun, masih banyak orang yang memilih karir tidak sesuai dengan minat, bakat, dan pekerjaan yang diinginkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan karir adalah lingkungan (masyarakat dan keluarga). Pengambilan keputusan karir ini didasarkan pada teori belajar sosial (Social-Learning Theories) yang berasal dari teori Bandura sebagai landasan teori Krumboltz. Teori Krumboltz memandang bahwa pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan (masyarakat dan keluarga) sebagai proses pembelajaran sosial yang membentuk pandangan seseorang terhadap suatu karir. Teori belajar sosial menitikberatkan pada perilaku dan pikiran seseorang dalam membuat keputusan. Teori ini juga menjelaskan mengenai pendekatan terhadap tugas pembelajaran, menentukan tujuan, keterangan nilai, menghasilkan Keputusan karir dan mendapatkan informasi mengenai pekerjaan yang bergantung pada hubungan hereditas, lingkungan social dan budaya, serta latar belakang pengalaman belajar. Seseorang yang memikirkan perkataan dan pandangan masyarakat atau keluarga terhadap standar karir mungkin akan mengalami perasaan cemas, takut, dan bimbang dalam menentukan pilihan karir masa depan. Selain itu, masyarakat dan keluarga juga menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan pemilihan karir. Perpaduan antara faktor keturunan, lingkungan, latar belakang, pengalaman belajar, dan keterampilan perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan karir. Krumboltz menjelaskan bahwa penyebab seseorang sulit dalam membuat keputusan karir adalah penyamarataan yang salah, membandingkan diri dengan orang lain, asumsi yang berlebih sebagai dampak emosional, salah dalam mendeskripsikan hubungan sebab-akibat, ketidakpedulian dalam hubungan nyata, dan memberikan keinginan yang tidak pantas kepada even yang lemah kemungkinannya.
Sementara itu, perkembangan karir menurut Krumboltz dipengaruhi oleh empat faktor yang terdiri dari hereditas dan kemampuan khusus, kondisi dan peristiwa lingkungan, pengalaman belajar, dan keahlian dalam pendekatan tugas. Pertama, hereditas dan kemampun khusus meliputi bakat bawaan yang dapat menghambat peluang karir seseorang apabila tidak dipahami dan dikembangkan dengan baik. Kedua, kondisi dan peristiwa lingkungan meliputi hal-hal yang berada di luar kendali seseorang yang dapat mempengaruhi arah rencana karir, seperti pandangan masyarakat dan keluarga terhadap standar karir. Ketiga, pengalaman belajar yang dapat diperoleh ketika seseorang telah melaksanakan pembelajaran. Melalui pengalaman belajar, seseorang akan lebih mudah memperoleh pemahaman karir dan memaknainya sehingga perencanaan karir terarah dengan baik. Apabila pengalaman belajar yang dijalaninya berjalan dengan baik dan mengarah ke hal positif tentu akan membuat kedua faktor tersebut menjadi bersinergi dan menciptakan tekad yang kuat untuk merencanakan karir. Namun, jika pengalaman belajar yang dirasakan tidak menyenangkan tentang karir, hal ini akan membuat faktor hereditas dan lingkungan tidak selaras dengan pengalaman belajar seseorang. Keempat, keahlian pendekatan tugas meliputi kombinasi antara hereditas, lingkungan, dan pengalaman belajar. Keterampilan dalam menyelesaikan tugas diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan membangun komunikasi dengan orang lain. Sebab, ketika seseorang sedang menjalani karir tentu akan menghadapi bermacam hambatan dan rintangan yang ada sehingga diperlukan keterampilan menyelesaikan masalah.
Maka dari itu, seseorang yang mempunyai permasalahan mengenai pengambilan keputusan karir dan perencanaan karir yang dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama faktor lingkungan (pandangan masyarakat dan keluarga) perlu adanya pengembangan karir. Apabila mengalami suatu kesulitan atau hambatan dalam pengembangan karir, bisa mencoba berkonsultasi kepada tenaga profesional di bidang karir seperti layanan Bimbingan dan Konseling. Dalam layanan Bimbingan dan Konseling, konseli akan dibimbing untuk memanfaat empat faktor yang dijelaskan oleh Krumboltz. Konselor akan membantu konseli untuk mengenali minat dan bakat yang dimiliki, membuat keputusan karir, dan merencanakan arah karir yang tepat.