Oleh: Nyoman Angga Satria Wibawa, Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Konseling terintegritas mencakup banyak sekali materi, termasuk namun tidak terbatas di pemahaman perihal nilai-nilai etika, moral, serta integritas, pengembangan keterampilan buat mengatasi masalah etika, pencegahan dan penyelesaian permasalahan, dan pengembangan pencerahan diri dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bermartabat. Hal ini bertujuan untuk membantu individu atau gerombolan dalam memperbaiki integritas serta moralitas mereka dalam kehidupan pribadi dan profesional.
Selain itu di bidang pendidikan formal perlu adanya konseling yg membantu mensugesti anak didik lapas buat mengganti pemikiran serta perilaku maladaptif ke adaptif pada upayanya buat mempertinggi regulasi diri. Peneliti merasa bahwa Cognitive Behavioural Therapy (CBT) artinya jenis terapi yang sangat cocok serta relevan buat anak didik pada lembaga pembinaan khusus Anak. Cognitive Behavioural Therapy (CBT) artinya pendekatan konseling yg dibuat buat merampungkan konflik dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan sikap yg menyimpang. Pendekatan CBT berdasarkan di formulasi kognitif, keyakinan, dan taktik sikap yg merusak.ditinjau dari pengertiannya tersebut maka diperlukan jika Cognitive Behaviour Therapy (CBT) diterapkan pada murid yg bermasalah maka akan mempu memperbaiki perilaku seorang siswa yang bermasalah sebagai akibatnya ada sikap yang tearah dan dibutuhkan.
Dari Aaron T. Beck“Cognitif Behavior Therapy (CBT) menjadi pendekatan konseling yang dibuat buat menyelesaikan perseteruan konseli di ketika serta sikap yg menyimpang. Konseling Cognitif Behavior Therapy (CBT) ialah model teoritis yang menghubungkan pikiran menggunakan emosi serta perilaku. Proses konseling berdasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli. asa dari Cognitif Behavior Therapy (CBT) yaitu keluarnya restrukturisasi kognitif yang menyimpang serta sistem agama buat membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yg lebih baik”. Konseling Cognitif Behavior Therapy (CBT) memfasilitasi individu belajar mengenali serta mengubah kesalahan. Konseling Cognitif Behavior Therapy (CBT) tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, namun berkaitan pula menggunakan happy thinking.
Cognitif Behavior Therapy (CBT) berdasarkan di konsep mengubah pikiran serta sikap negatif. Melalui Cognitif Behavior Therapy (CBT), konseli terlibat kegiatan dan berpartisipasi dalam pembinaan buat diri dengan cara membentuk keputusan, penguatan diri dan taktik lain yg mengacu di self-regulation. berdasarkan Oemarjoedi “teori Cognitive-Behavior pada dasarnya meyakini pola pemikiran insan terbentuk melalui proses Stimulus- Kognisi-Respon (SKR), yg saling berkaitan serta menghasilkan semacam jaringan SKR pada otak manusia, pada mana proses kognitif sebagai faktor penentu dalam mengungkapkan bagaimana insan berpikir, merasa serta bertindak” oleh karena itu penulis memiliki pandangan bahwa materi yang menarik pada pembelajaran konseling terintegritas yaitu pada pembeljaran atau materi Cognitif Behavior Therapy, karena Cognitive Behavior Therapy (CBT) memiliki banyak hal yg menarik, pada antaranya artinya pendekatan terapeutik yg penekanan di bagaimana pikiran, emosi, serta sikap saling berhubungan serta bagaimana dapat membarui pola pikir serta perilaku yang tak sehat menjadi lebih sehat. CBT juga terbukti efektif pada mengobati berbagai gangguan mental mirip kecemasan, depresi, dan PTSD. Selain itu, CBT juga menyampaikan keterampilan dan seni manajemen yang dapat digunakan seumur hidup untuk mengatasi problem serta menaikkan kesejahteraan psikologis. Apalagi saya sebagai mahasiswa yg masih labil yang kadang kadang emosi aku serta mod saya up and down dari saya ini merupakan materi pembelajaran yang sangat menarik apalagi ditambah manfaatnya yang sangat beragam seperti:
Cognitive Behavior Therapy (CBT) dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah:
1. Mengatasi kecemasan, stres, dan depresi
2. Meningkatkan kemampuan mengontrol emosi dan impuls
3. Meningkatkan keterampilan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah
4. Meningkatkan hubungan interpersonal dan komunikasi yang lebih efektif
5. Meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi gejala gangguan tidur
6. Meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan
7. Memberikan keterampilan dan strategi untuk mengatasi situasi sulit di masa depan
8. Membantu mengatasi kebiasaan buruk dan mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat
9. Meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri
10. Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan rasa takut atau ketakutan.