PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI: MENUMBUHKAN MINAT SISWA DENGAN MEMBERIKAN KEMERDEKAAN DALAM BELAJAR

Oleh: Ni Wayan Sri Agustini, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbudristek) telah menetapkan penggunaan kurikulum merdeka dalam dunia pendidikan. Kurikulum merdeka menawarkan kebebasan dan berpusat pada siswa. Kurikulum merdeka menekankan pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan dan karakteristik siswa. Membangun kurikulum merdeka khususnya di tingkat dasar tentunya mengacu pada kurikulum ini yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi bakat dan minatnya. Kurikulum merdeka ini merupakan pembaharuan dari kurikulum sebelumnya, salah satu contohnya yakni terjadi pada pembelajaran IPA dan IPS yang digabungkan dalam IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). Tujuan mempelajari IPAS pada kurikulum ini adalah untuk mengembangkan keterampilan meneliti dan pemahaman terhadap diri sendiri serta lingkungan untuk mampu mengembangkan pengetahuan dan konsep dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran IPAS, hal ini membantu siswa mengembangkan rasa ingin tahunya terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya.

Salah satu strategi yang tepat untuk menerapkan pembelajaran IPAS ke dalam kurikulum merdeka adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu taktik yang menyikapi keberagaman siswa dengan memperhatikan bakat atau kelebihan masing-masing individu melalui program pengayaan. Pembelajaran berdiferensiasi juga merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan siswa bebas mengembangkan potensi dirinya berdasarkan motivasi belajar, minat, dan profil belajarnya. Pembelajaran yang terdiferensiasi didorong oleh perbedaan siswa karena keadaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Guru memberikan dukungan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan tidak dapat diperlakukan sama. Melatih pemahaman setiap siswa dengan membedakan hasil pada tahap diagnostik awal, keterampilan pemahaman dan keterampilan proses IPAS. Pembelajaran yang berdiferensiasi ditandai dengan tujuan yang jelas, lingkungan belajar yang mendukung, penilaian yang berkelanjutan, dan pembelajaran yang responsif.

Pembelajaran berdiferensiasi berlangsung dengan kurikulum merdeka yang mengembangkan potensi setiap siswa secara menyeluruh dan seimbang. Pendidikan di Indonesia secara tradisional mengutamakan pengetahuan dibandingkan pembelajaran berbasis emosi dan kemampuan. Oleh karena itu, kurikulum merdeka bertujuan untuk menjadi sistem pembelajaran yang menyenangkan bagi guru dan siswa. Program kurikulum merdeka harus sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia yang dituangkan dalam profil pelajar Pancasila, yakni karakter keteladanan, kemandirian, berpikir kritis, kreativitas, gotong royong, dan berkebhinnekaan global.

Tujuan pembelajaran yang berdiferensiasi adalah untuk menciptakan sistem pendidikan yang memperhatikan kebutuhan belajar individu siswa dalam proses pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan siswa menjadi tumpuan motivasi belajarnya. Minat belajar mempunyai unsur berupa motivasi dan dorongan siswa untuk belajar. Sementara itu, fitur profil pembelajaran memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif dan alami berdasarkan preferensi belajar masing-masing siswa. Siswa dapat mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan yang  diperoleh   sebelumnya dan mengeksplorasi konsep dari IPAS yang terdapat di lingkungan sekitar saling berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dikatakan menguasai materi pembelajaran jika mampu mengatasi tantangan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yakni diferensiasi konten, proses, produk. Strategi pertama yang digunakan guru ketika melaksanakan pembelajaran IPAS yaitu dengan melakukan diferensiasi konten. Berdiferensiasi konten mengacu pada materi yang diberikan guru berdasarkan kesiapan dan gaya belajar siswa. Guru dapat melakukan diferensiasi konten pada materi IPAS dengan menyediakan media yang berbeda untuk kelompok visual, audiotori, dan kinestetik. Media tersebut diantaranya bahan bacaan, gambar menarik, video edukasi, dan alat bahan untuk praktek sesuai dengan kebutuhan. Beragamnya media membantu siswa dan guru dalam belajar serta memudahkan siswa dalam memahami isinya.

Strategi kedua yang diterapkan adalah dengan melakukan diferensiasi proses yang terlibat dalam cara siswa mengumpulkan dan memperoleh informasi selama proses pembelajaran. Kegiatan belajar pun berbeda-beda tergantung gaya belajar siswa. Kelompok visual melakukan pembelajaran dengan menggunakan gambar-gambar dan bahan bacaan untuk membuat gambar yang berhubungan dengan apa yang telah mereka pelajari. Kelompok audiotori mencapai tujuan belajarnya dengan mendengarkan audio kemudian mempelajari dan merangkum informasi yang diterima. Sedangkan kelompok kinestetik belajar melalui praktik langsung materi pembelajaran dengan didamping guru.

Strategi ketiga yang digunakan guru adalah dengan diferensiasi produk. Diferensiasi produk terletak pada cara siswa mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya. Produk dalam pembelajaran disampaikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa memahami secara utuh apa yang dipelajarinya, baik secara individu maupun kelompok. Bahkan ketika siswa menciptakan produk berdasarkan karakteristiknya sendiri, guru juga harus menentukan kriteria-kriteria yang perlu dicapai dari produk yang diciptakannya. Setiap kelompok akan mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka buat. Kelompok visual menghasilkan produk berupa gambar, kelompok audio menghasilkan produk tulisan berisi rangkuman dari apa yang telah didengar, dan kelompok kinestetik menyajikan deskripsi materi. Selain itu, berbagai benda hasil karya siswa juga dipajang di dinding kelas sebagai bentuk apresiasi. Diferensiasi produk menimbulkan tantangan dan kreativitas dalam pembelajaran, karena guru membedakan produk berdasarkan proses yang dilakukan siswa.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru memanfaatkan banyak kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam konten kurikulum, guru juga memberikan berbagai kegiatan yang bermakna untuk membantu siswa memahami dan memperoleh informasi dan gagasan, serta memberikan berbagai peluang bagi siswa untuk mendemonstrasikan pembelajarannya. Contoh kelas yang tidak menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru yang lebih memaksakan kehendaknya. Guru kurang memahami minat dan keinginan siswa. Ketika guru menggunakan metode pembalajaran yang dianggap baik untuk proses pembelajaran, tidak semua kebutuhan belajar siswa terpenuhi karena guru tidak menawarkan berbagai kegiatan dan pilihan. Untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, guru perlu melakukan beberapa hal, antara lain: 1) Memetakan kebutuhan pembelajaran berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa (dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey kuesioner, dll). 2). Merencanakan pembelajaran yang berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (menawarkan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, dan metode pembelajaan yang berbeda). 3). Mengevaluasi dan merefleksikan pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi, tentunya saja kita akan menemui banyak tantangan dan hambatan. Meskipun penerapan pembelajaran diferensiasi mempunyai banyak tantangan, namun guru harus tetap menjaga sikap positif, yakni dengan: 1) Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan lain yang mempunyai permasalahan yang sama, 2) Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat. 3) Kita dapat menerapkan apa yang kita peroleh walaupun belum maksimal. 4) Senantiasa berupaya mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *