PENDIDIKAN INKLUSI: PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN CALON GURU DALAM MEMAHAMI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Oleh : Ni Komang Wimanendra Putri, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Dewasa ini, pendidikan inklusi telah menjadi salah satu fokus utama di bidang pendidikan. Pendidikan inklusi merupakan suatu layanan pendidikan yang memberi kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama teman sebayanya di sekolah regular yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk memastikan bahwa semua anak, termasuk anak yang berkebutuhan khusus memiliki akses tidak terbatas terhadap pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks ini, calon guru memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Oleh sebab itu, sangat penting bagi calon guru untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai dalam memahami kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mempunyai keadaan fisik, mental, sosial, atau emosi yang berbeda dengan anak pada umumnya. Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian khusus dalam pendidikannya agar dapat berkembang dengan optimal. Menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus bukanlah tugas yang mudah. Guru anak berkebutuhan khusus harus mempunyai keterampilan dan persiapan yang lebih dibandingkan guru pada umumnya. Guru anak berkebutuhan khusus harus mampu memahami, dan memenuhi kebutuhan setiap individu dari peserta didik yang diajarnya. Selain memenuhi kebutuhan khusus anak, seorang guru harus mampu berkomunikasi, bersabar, beradaptasi, dan kreatif memecahkan masalah. Kunci keberhasilan pendidikan inklusi adalah memahami kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Calon guru harus mengetahui bahwa setiap anak memiliki potensi dan gaya belajar yang berbeda-beda, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Sebagai contoh, terdapat peserta didik di Sekolah Dasar INTIS School Yogyakarta yang mengalami kesulitan dalam belajar atau sering disebut dengan disleksia. Upaya guru di Sekolah Dasar INTIS School Yogyakarta dalam membantu anak-anak penderita disleksia adalah dengan memahami kebutuhan anak tersebut, mengembangkan rasa percaya diri anak, dan mengajari anak tersebut untuk terus membaca dan menulis. Ada dua metode yang digunakan guru untuk membantu anak disleksia belajar, yaitu dengan metode eja dan metode driil atau latihan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga lebih menitik beratkan pada pembelajaran audio sehingga anak lebih mudah memahami materi pelajaran. Contohnya seperti demonstrasi, bercerita, dan memutar musik atau video yang berhubungan dengan materi pelajaran. Upaya yang telah dilakukan guru terhadap kemampuan baca-tulis anak mengalami peningkatan. Anak sudah bisa membaca dengan cukup lancar, dan menulis sudah cukup baik. Dengan demikian, penting bagi calon guru untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam memahami anak berkebutuhan khusus agar dapat mewujudkan lingkungan belajar yang inklusif, aman, dan mendukung bagi semua peserta didik.

Calon guru harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan, kemampuan, dan latar belakang yang berbeda-beda. Pengetahuan tentang adanya berbagai jenis kebutuhan khusus, seperti autis, disleksia, atau gangguan perkembangan lainnya, memerlukan metode pembelajaran yang berbeda. Calon guru yang memiliki pemahaman mendalam tentang karakteristik dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus dapat membantu mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif. Hal ini mencakup penggunaan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan penyesuaian kurikulum, materi ajar, media, atau lingkungan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Pendidikan inklusi mengajarkan nilai-nilai toleransi, pengendalian diri, dan yang terpenting, rasa saling menghormati. Calon guru yang memiliki pemahaman yang baik tentang inklusi mungkin bisa menjadi agen perubahan di kelasnya. Calon guru dapat mengajari peserta didik lain untuk mengenali perbedaan dan memahami bahwa setiap orang memiliki potensi yang sama untuk belajar dan berkembang.

Keterampilan seorang calon guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus sangatlah penting. Calon guru harus dilatih untuk memahami bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik yang mungkin mengalami kesulitan dalam interaksi sosial. Komunikasi merupakan kemampuan untuk menyampaikan gagasan atau informasi secara jelas, akurat, dan mudah dipahami oleh penerimanya. Melalui komunikasi, seorang guru dapat menjelaskan materi pelajaran, memberi petunjuk, memberi nasehat, menjalin hubungan positif, dan membangun kepercayaan dengan peserta didik yang sangat membantu dalam proses pembelajaran. Komunikasi dengan anak berkebutuhan khusus dapat dimulai dengan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, dan jelas, disertai dengan menggunakan bahasa tubuh, seperti senyum, kontak mata, sentuhan ringan, atau tanda jempol sebagai bentuk apresiasi kepada peserta didik. Selanjutnya, dimungkinkan untuk menggunakan media visual atau audio, seperti gambar, video, atau suara yang dapat membantu peserta didik memahami informasi yang disajikan.

Dengan adanya pengetahuan dan keterampilan yang memadai, calon guru tidak hanya mampu memberikan pendidikan yang berkualitas tetapi juga berkontribusi terhadap perkembangan sosial dan emosional anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan dan keterampilan calon guru dalam memahami anak berkebutuhan khusus tidak bisa disepelekan. Hal tersebut menjadi landasan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dimana setiap anak merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkembang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *