Oleh : Putu Intan Asrini, Pendidikan, Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Bullying merupakan perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya. Perundungan juga membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan baik secara mental maupun fisik yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. Sama seperti kasus pembullyan yang terjadi pada anak SD berusia 12 tahun, bernama Muhammad Firmansyah, ia pindah sekolah ke Sekolah Luar Biasa (SLB), bukan karena kondisi yang kekurangan, namun karena sering di bully oleh teman-teman disekolahnya dulu. Bahkan dari hasil psikotes, Firmansyah rupanya memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak seusianya. Para guru di sekolah lama Firmansyah pun sempat memintanya untuk tetap bersekolah disana, Namun Firmansyah mengaku lebih nyaman bersekolah di SLB. Kasus seperti ini sudah sering terjadi diberbagai kalangan masyarakat termasuk sekolah. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendidikan karakter yang baik dan benar untuk semua orang termasuk bagi para generasi milenial di era global. Pendidikan karakter dapat dibnagun melalui Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas yang memiliki tujuan membentuk Warga Negara Indonesia bertanggung jawab dalam upaya membentuk karakter pada generasi milenial. Sulistyowati (2012) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter untuk dilaksanakan, yaitu :
1) karakter merupakan hal sangat esesnsial dalam berbangsa dan bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing.
2) Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
Begitu pentingnya nilai-nilai karakter ditanamkan pada generasi milenial penerus bangsa, maka pihak orang tua maupun pihak sekolah harus memiliki peran yang strategis. Menurut saya, untuk membangun pendidikan karakter melalui IPS bisa dilakukan dengan memberikan contoh teladan yang baik, seperti berikut ini.
1). Religius
Sebagai umat beragama, sudah kewajiban kita untuk memuja Tuhan. Ajarkan lah anak-anak sejak usia dini tentang agama agar mereka dapat lebih mengenal Tuhan. Kita harus memberitahu mereka mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang salah. Beritahu mereka apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh untuk dilakukan, ajarkan mereka tentang dosa jika melakukan perbuatan yang tidak baik seperti membully teman, mencuri, memukul, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan agar anak dapat berprilaku yang baik lagi.
2). Mengajarkan Moral dan Sosialisasi
Sudah menjadi kewajiban keluarga maupun sekolah untuk mengajarkan tentang moral kepada anak sejak dini. Mengajarkan moral siswa bisa dilakukan dengan cara mengajarkan sopan santun, seperti menghormati orang tua, guru,dan teman, menghargai orang lain, menolong teman yang sedang dalam kesulitan, serta mampu berinteraksi dengan baik dimasyarakat sekitarnya. Selain itu para guru mampu mengadakan sosialisasi mengenai “Bahaya Bullying” dan mengajak siswa untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
3). Membatasi Penggunaan Handphone (HP)
Di Era Global saat ini tidak sedikit orang yang menggunakan Hp untuk keperluan pribadi termasuk para siswa, bahkan banyak sekali anak-anak yang sudah ketergantungan menggunakan Hp hanya untuk melihat konten-konten yang tidak penting dimedia sosial. Mengenai hal itu tentunya ada dampat negatif dari hal tersebut, salah satunya tidak ada keterbatasan akses untuk usia, jadi konten-konten dewasa termasuk konten kekerasan pun dapat dilihat oleh anak-anak, hal ini tentu saja sangat tidak layak untuk ditonton, karena anak-anak rentan untuk meniru prilaku apa saja yang mereka lihat, jadi agar hal itu tidak terjadi, penting bagi orang tua untuk membatasi penggunaan Hp pada anak. Dan sebaiknya para orang tua dapat meluangkan waktunya untuk bermain dan lebih banyak berinteraksi dengan anak mereka.
4). Memberikan Apresiasi
Karakter positif siswa dapat terbentuk jika dirinya merasa dihargai atas usaha dan jerih payah belajarnya. Sehingga dalam hal ini kita juga harus bisa memberikan apresiasi ataupun penghargaan pada pencapaian siswa sekalipun mungkin hasilnya belum seperti yang diharapkan. Memberikan apresiasi yang baik ketika siswa melakukan tindakan yang baik pula, seperti tolong menolong, membela teman yang tidak bersalah, serta mampu menghargai orang lain, sangat lah diperlukan, agar mereka merasa senang dan bangga terhadap tindakkan positif yang mereka lakukan. Dalam hal ini memungkinkan untuk membangun karakter siswa menjadi leih baik.
Dalam mengatasi maraknya kasus bullying, tentunya perlu dilakukan kerja sama antara pihak sekolah seperti guru dan staf beserta orang tua siswa. Dengan begitu, tindakan Bullying dapat diminimalisir dan dicegah sedini mungkin.