PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM MATA PELAJARAN IPAS PADA TOPIK FOTOSINTESIS SISWA KELAS IV (EMPAT) SEKOLAH DASAR

Oleh : I Nyoman Andhika Hartawan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

Dalam dunia pendidikan , pemberian ilmu pengetahuan oleh pendidik untuk peserta didik dilakukan melalui proses pembelajaran. Menurut Ariani, dkk (2022) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sejumlah komponen yang dikelompokkan berdasarkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran (alat peraga), pengelolaan kelas, asesmen dan evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Dalam mencapai tujuan pembelajaran maka pendidik perlu menggunakan model dalam membantu proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rancangan yang diperlukan sebagai pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran di dalam kelas oleh pendidik (Soleha, dkk., 2021). Model pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu bentuk pembelajaran yang dirancang dan digambarkan dari awal sampai akhir yang disajikan sesuai dengan kreativitas pendidik.

Saat ini negara Indonesia sudah menerapkan kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dirancang oleh pemerintah sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 2013. Penerapan Kurikulum Merdeka saat ini sudah mulai diterapkan disetiap kelas di sekolah dasar. Mata pelajaran yang diterapkan tidak lagi berbasis Tema namun sudah dibagi per mata pelajaran. Dalam penerapan kurikulum Merdeka ini ada perubahan di mata pelajaran IPA dan IPS. Perubahan yang dilakukan pemerintah yaitu menggabung mata pelajaran IPA dan IPS menjadi mata Pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). Mata pelajaran IPAS sudah mulai diterapkan dari kelas III (tiga) sampai dengan kelas VI (enam).

Pendidik dalam mengajarkan pembelajaran IPAS tidak lepas dengan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPAS yaitu model pembelajaran Contextual Learning and Teaching. Model Contextual Learning and Teaching merupakan suatu konsep belajar yang dapat membantu pendidik dalam mengaitkan antara materi pembelajaran dengan suatu keadaan dunia nyata di sekitar linkungan belajar peserta didik (Kelana & Wardani, 2021). Menurut Sanjaya (2010) mengemukakan bahwa model Contextual Learning and Teaching merupakan suatu proses pembelajaran yang fokus atau menekankan pada keterlibatan peserta didik secara penuh guna menemukan materi pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata.

Menurut Sanjaya (2010) model Contextual Learning and Teaching memiliki tujuh langkah kegiatan dalam pembelajaran. Tujuh langkah pembelajaran dalam model Contextual Learning and Teaching serta contoh kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu :

1.     Kontruktivisme. Kontruktivisme merupakan suatu proses yang mampu membangun atau menyusun struktur kognitif peserta didik berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.

Contoh kegiatan di dalam kelas:

·      Pendidik akan menyampaikan tentang tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada peserta didik.

·      Pendidik akan menggali pengetahuan awal peserta didik dengan memberikan pertanyaan, yaitu “Apakah tahu dari mana tumbuhan memperoleh makannya?”

·      Peserta didik akan memberikan jawaban mereka dan pendidik akan memberikan beberapa pertanyaan yang mengarah pada proses fotosintesis, yaitu “Apakah kalian pernah mendengar proses fotosintesis pada tumbuhan dan apa saja tahapan dari fotosintesis?”

·      Kemudian pendidik akan menampilkan media komik digital dan mengajak peserta didik untuk membaca dan menganalisis komik digital tersebut.

2.     Inquiri. Inquiri merupakan kegiatan pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Contoh kegiatan di dalam kelas:

·      Pendidik akan mengajak peserta didik menjawab beberapa kuis yang disediakan di dalam komik digital tentang fotosintesis.

·      Peserta didik akan menggali sendiri pemahaman awal mereka mengenai factor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis pada tumbuhan.

·      Kemudian, peserta didik akan diarahkan untuk melakukan percobaan sederhana yang tersedia di dalam komik digital.

3.     Bertanya (questioning). Bertanya (questioning) merupakan kegiatan yang dipandang sebagai rasa keingintahuan setiap individu dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

·      Pada saat melaksanakan kegiatan percobaan, peserta didik akan diberikan kesempatan untuk bertanya sesuai dengan materi atau topikyang sedang dipelajari saat ini.

4.     Masyarakat Belajar (learning community). Masyarakat belajar (learning community) merupakan suatu penerapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok yang anggotanya bersifat heterogen, membantu peserta didik untuk saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman.

Contoh kegiatan di dalam kelas:

·      Pendidik akan mengarahkan peserta didik untuk bekerja secara berkelompok dalam melaksanakan kegiatan percobaan sederhana yang tersedia di dalam komik digital.

·      Peserta didik akan dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari beberapa peserta didik perempuan dan laki-laki.

5.     Pemodelan (Modeling). Pemodelan (modeling) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses memperagakan sesuatu sebagai contoh yang mampu ditiru oleh setiap peserta didik dan mampu menghindari penjelasan materi yang besifat teoritis-abstrak.

Contoh kegiatan di dalam kelas :

·      Pendidik akan mempraktekan bagaimana proses fotosintesis meggunakan alat peraga atau alat percobaan yang sudah disiapkan. Pendidik akan menunjukkan bagaimana proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan. Dari kegiatan ini akan mengajak siswa memahami proses fotosintesis yang benar dan mampu dipahami dengan baik oleh peserta didik.

6.     Refleksi (Reflection). Refleksi (reflection) merupakan suatu pengendapan pengalaman yang sudah dipelajari dengan menyusun atau mengurutkan kembali kejadian-kejadian pembelajaran yang sudah dilalui oleh peserta didik.

·      Pendidik akan mengajak peserta didik untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari ini.

·      Pendidik akan meminta peserta didik untuk merefleksi kegiatan yang telah mereka lakukan hari ini.

7.     Penilaian Nyata (Authentic Assesment). Penilaian nyata (authentic assement) merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang perkembangan belajar yang sudah dilalui oleh peserta didik.

·      Pendidik akan melaksanakan asesmen untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan serta keterampilan peserta didik melalui penilaian produk dan tugas-tugas yang sudah diselesaikan.

DAFTAR RUJUKAN

Ariani, N., Masruro, Z., Saragih. S.Z., Hasibuan, R., Simamora,S.S., & Toni. 2022. Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Widiana Bhakti Persada Bandung.

Kelana, J.B. & Wardani, D.S. 2021. Model Pembelajaran IPA SD. Cirebon: Edutrimedia Indonesia.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia.

Soleha, F., Akhwani., Nafiah., & Rahayu, D.W. 2021. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. Volume 5 Nomor 5, Hal 3117-3124.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *