Pengaruh penilaian yang kreatif terhadap santri dalam rangka pengembangan bahasa asing dan motivasi diri

Oleh : Rivaldy Firmansyah dan Latifa Yulfitra Nesti mahasiswa Global Institute

Di era yang semakin berkembang dengan pesat ini, kita perlu melakukan perubahan dalam hidup guna pengembangan diri. Selayaknya manusia dalam fitrahnya untuk selalu berkembang biak baik secara fisik maupun cara berfikir. Terlebih, dalam dunia pendidikan dengan kurikulum yang mengalami perubahan di setiap masanya. Membuat para asatidz pun harus lebih kreatif dan inovatif untuk menjadikan pembelajaran lebih berwarna dan cenderung tidak membosankan.

Terlepas dari subjektif atau objektif, proses penilaian yang kreatif membutuhkan kedua metode tersebut didalamnya. Agar para asatidz mampu menilai santri nya tidak hanya sekedar dari hasil pembelajaran yang dicapai. Melainkan juga dari cara santri berproses.

Santri merupakan “Agent of Change” yang akan membawa perubahan pada negeri ini bersama para pelajar lainnya. Karena hidup di pondok pesantren akan memberikan pengalaman hidup yang berharga bagi santri. Mereka akan belajar untuk hidup mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki nilai-nilai keislaman yang kuat. Selain itu, mereka juga akan belajar untuk menghargai orang lain dan membangun persaudaraan yang erat. Namun, dikarenakan Ruang lingkupnya yang terbatas, terkadang seorang santri merasakan suntuk berlebih, entah faktor lingkungan yang kurang luas, keterbatasan dalam penggunaan alat elektronik, serta kurangnya informasi dan ilmu-ilmu baru dari luar wilayah pesantren.

Maka dari itu, penilaian terhadap santri dalam berbahasa asing tidak bisa dinilai melalui hasil tes dalam setiap mata pelajarannya saja. Tapi dari penerapan dalam kesehariannya seperti : conversation, vocabulary, dan public speaking.  Adapun penilaian kreatif yang bisa diberikan asatidz terhadap kemampuan bahasa asing yang dimiliki oleh santri sebagai berikut :

1. Mengadakan lomba berbahasa asing yang unik. Seperti : Story telling, Drama, Membuat Announcement, Speeling bee, Advertise Parody.

2. Membuat Poin keaktifan dalam berkegiatan dan mengadakan “King and Queen of Language” disetiap akhir semester. Agar para santri yang lain termotivasi untuk terus berkembang.

3. Berikan fasilitas yang memadai agar para santri tetap bersemangat dalam proses pembelajarannya.

Kriteria dalam penilaian ini membutuhkan penilaian secara menyeluruh dalam aspek, karena penilaian tidak bisa dikatakan valid jika kirteria yang terpadat didalamnya tidak sempurna.

Adapun pembelajaran dilaksanakan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola pondok pesantren agar tidak menggangu kegiatan persekolahan. Karena pada dasarnya yang menjadi santri di pondok pesantren masih berstatus sebagai siswa yang masih tetap menjalankan aktivitas persekolahannya di sekolah/madrasah yang siap dijadikan sebagai tempat menimba ilmu selain di pondok pesantren.

Pada kegiatan pembelajaran bahasa asing, penting bagi guru untuk menggunakan model, metode, media, dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Penggunaan metode yang sesuai dalam pembelajaran akan sangat membantu santri atau siswa pondok pesantren untuk bisa memahami materi yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran, sehingga akan mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Secara garis besar metode pengajaran yang dilaksanakan di pesantren, dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, di antaranya masing-masing sistem mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu :

1. Metode Wetonan (halaqah)

Metode utama sistem pengajaran dilingkungan pesantren adalah sistem bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton.

2. Metode Sorogan

Sistem Sorogan dalam pembelajaran ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid (Dhofier, 2015: 54). Pembelajaran dengan menggunakan sistem sorogan diharapkan antara guru dan murid penuh dengan sabar, rajin, taat dan disiplin untuk meraih hasil yang diharapkan dari sebuah pengajian.

3. Metode Hafalan (muhafazah)

Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan seorang kiai/ustad (Departemen Agama, 2003:100). Dengan dibimbing oleh ustad dalam kegiatan pembelajaran para santri diharapkan bisa menghafal beberapa kosakata setiap harinya dan bisa melafalkannya dengan baik. Menghafal adalah proses mengingat informasi yang telah lalu dijadikan sebuah informasi baru (Muyasaroh, 2014: 201). Dengan mengingat akan halnya banyak informasi, sehingga informasi yang lama bisa teringat kembali untuk dijadikan informasi yang lama bisa teringat kembali untuk dijadikan informasi yang baru.

4. Metode Musyawarah  (bahtsul masa’il)

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa’il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh seorang kiai atau ustad, atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan dengan bahada asing sebelumnya (Departemen Agama, 2003: 92). Metode pembelajaran yang dipimpin oleh kiai dengan santri membentuk halaqah atau melingkar membahas atau mengkaji persoalan dengan seperti seminar.

5. Metode Pengajian Pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar santri melalui pengkajian oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu (Departemen Agama, 2003: 96). Tetapi umumnya kegiatan ini dilakukan pada bulan ramadhan tergantung pada besarnya kitab yang di aji. Pada kenyataannya metode ini lebih mirip dengan metode bandongan. Akan tetapi pada metode ini target utamanya adalah selesai. Kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Salah satu komponen yang penting sesuai dengan beberapa cara yang berlaku dalam rangka mentransfer pengetahuan dan nilai adalah kurikulum. Secara umum, ini merupakan salah satu saran untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus  sebagai pedoman dasar untuk proses pendidikan. Kurikulum adalah totalitas pengalaman yang diperoleh anak melalui berbagai kegiatan di sekolah. Pentingnya perencanaan untuk melancarkan kegiatan proses pembelajaran yang merupakan tanggung jawab sekolah untuk menyusun kurikulum guna terlaksananya proses pembelajaran dengan baik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *