Oleh : Ni Putu Tia Rosita Dewi
Beberapa orang mengungkapkan bahwa “Kemajuan zaman mempengaruhi kemajuan pola pikir manusia”. Apakah ungkapan itu dianggap salah? Jelas tidak. Namun, jika dianggap benar, juga kurang sesuai. Mungkin memang seharusnya kemajuan zaman dapat mempengaruhi kemajuan pola pikir manusia, namun pada kenyataannya, hal itu tidak sepenuhnya terjadi di lapangan. Pada zaman milenial ini, justru kemajuan zaman membuat beberapa orang memiliki konsep diri yang negatif, salah satunya adalah tingkat kepercayaan diri yang rendah.
Kepercayaan diri merupakan suatu aspek psikologis yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kepercayaan diri tentu akan membawa individu tersebut ke arah kehidupan yang lebih baik. Ketika individu mempercayai dirinya sendiri, maka segala hal akan berjalan lebih mudah. Aspek ini akan membantu mengembangkan dan meningkatkan segala potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Akan tetapi, kepercayaan diri pada setiap individu jelas berbeda. Setiap individu akan memandang diri mereka sendiri dengan pandangan yang beragam. Baik itu berupa pandangan yang positif atau pun negatif. Pada zaman yang berkembang pesat ini, ada banyak sekali berbagai bentuk permasalahan rendahnya kepercayaan diri pada setiap individu. Yang tentunya konsep diri negatif ini terjadi di berbagai bidang tak terkecuali pada bidang pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, rendahnya kepercayaan diri pada peserta didik bukanlah sesuatu yang dianggap tidak familiar lagi. Apalagi pada kaum Milenial. Hal ini jelas diakibatkan karena adanya persaingan sosial dalam lingkungan mereka atau pun diterapkannya berbagai standar-standar sosial yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap potensi diri sendiri. Akibat rendahnya kepercayaan diri yang dialami oleh peserta didik ini, diharapkan pendidik aktif dan memiliki berbagai cara untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, salah satunya adalah dengan dapat memanfaatkan teori belajar secara tepat untuk menanganinya.
Terdapat berbagai macam teori belajar dengan titik kefokusan yang berbeda-beda dan dapat digunakan dalam menemukan sebuah solusi terkait dengan setiap permasalahan yang dimiliki oleh peserta didik. Pendidik tentu dapat memanfaatkan teori-teori tersebut dan mengimplementasikannya sesuai kreativitas yang pastinya juga disesuaikan dengan permasalahan dari peserta didik.
Pengkolaborasian antara teori belajar Konstruktivisme dan teori belajar Humanistik dapat menjadi alternatif dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Hal itu dikarenakan kedua teori ini memiliki konsep yang saling melengkapi. Keduanya juga memiliki pandangan yang sama terkait dengan keberfokusan yang lebih diutamakan kepada peserta didik. Bukti kolaborasi antara kedua teori ini adalah ketika pendidik memberikan reward atau apresiasi kepada peserta didik. Baik itu berupa hadiah atau pun rangkaian kalimat sanjungan yang tentu akan sangat memiliki arti bagi mereka. Dengan memberikan sebuah penghargaan atau apresiasi, peserta didik akan merasa bahwa dirinya merasa dihargai dan yakin bahwa apa yang telah dilakukannya merupakan sesuatu yang baik sehingga membuat peserta didik dapat percaya diri.
Bukti lain dari kolaborasi antara teori belajar Konstruktivisme dan teori belajar Humanistik ini adalah ketika pendidik menciptakan proses pembelajaran yang memberikan peserta didik suatu kebebasan. Ketika peserta didik diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dalam konteks pembelajaran atau mungkin menuangkan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikirannya, hal itu juga akan membangkitkan pandangannya dalam memandang potensi yang mereka miliki. Ketika mereka mencapai suatu keberhasilan, maka otomatis peserta didik akan mempercayai dirinya sendiri sehingga dapat mengurangi konsep diri negatif yang ada dalam pribadinya.