PENTINGNYA KETERAMPILAN DASAR KONSELING SEBAGAI SENJATA UTAMA CALON GURU BK UNTUK MENGHADAPI GENERASI Z

Oleh : Putu Anggun Suprabha, Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha

Sebagian besar siswa saat ini berasal dari generasi Z, generasi yang lahir antara tahun 1997-2012. Mereka tumbuh dalam ruang lingkup yang penuh akan kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang begitu cepatnya. Generasi Z merupakan individu yang sangat memiliki ketergantungan besar pada media sosial, terbiasa dengan akses informasi yang cepat (instan), dan mempunyai tantangan tersendiri dalam menghadapi kesehatan mental serta tekanan sosial. Dengan pola perilaku dan kebutuhan yang berbeda dengan generasi sebelumnya, pendekatan pendidikan dan bimbingan yang masih bersifat tradisional sering kali tidak relevan dalam mendukung proses perkembangan mereka.

Saat inilah peran guru Bimbingan dan Konseling menjadi sangat penting. Guru BK tidak hanya memiliki tugas untuk membantu siswa menyelesaikan persoalan akademik, tetapi juga harus bisa menjadi pendamping yang memahami dan mengerti tekanan emosional dan sosial yang sedang dialami oleh generasi Z. Hal ini menuntut pendekatan Pendidikan yang lebih modern dan adaptif. Guru BK harus memahami dunia digital untuk bisa menjadi pendamping yang baik. sebagai calon guru BK harus bisa menguasai keterampilan dasar dalam konseling, dimana keterampilan ini merupakan senjata utama yang harus dimiliki untuk bisa terhubung lebih mendalam dengan siswa dan membantu mereka mengatasi tantangan-tantangan di era yang serba digital ini.

Dalam menghadapi Generasi Z, keterampilan dasar konseling menjadi hal yang sangat penting. Keterampilan dasar ini mencangkup keterampilan untuk fokus pada konseli (Attending Behavior), keterampilan mendengarkan konseli secara aktif dan responsif, keterampilan mendukung konseli, dan juga keterampilan guru BK untuk menggunakan teknologi saat proses konseling.

1.     Keterampilan untuk fokus pada konseli (Attending Behavior)

Attenting Behavior merupakan komunikasi nonverbal yang menunjukkan bahwa konselor memberikan perhatian atau fokus mereka secara penuh kepada konseli selama berlangsungnya proses konseling, yang membuat konseli merasa dihargai, dipahami, dan didengarkan. Keterampilan ini penting untuk menciptakan kepercayaan dan membangun lingkungan yang aman bagi konseli.

Salah satu dasar dari keterampilan ini adalah menjaga kontak mata yang tepat.  Dengan melakukan kontak mata yang baik menunjukkan kepada konseli bahwa konselor benar-benar fokus dan tertarik dengan apa yang sedang konseli katakan. Bagi generasi Z, yang sudah sangat terbiasa berinteraksi melalui layar, kontak mata dapat membantu menciptakan koneksi yang lebih dalam dan menunjukkan bahwa konselor menghargai kehadirannya. Selama proses konseling, konselor harus bisa menjaga kontak matanya untuk tidak membuat tatapan yang mengintimidasi konseli yang akan menciptakan ketidaknyaman dan adanya rasa tertekan.

Selain itu kontak mata, ekspresi tubuh dan bahasa tubuh juga memainkan peran yang tidak kalah pentingnya. Dengan menunjukkan ekspresi wajah yang hangat dan murah senyum dan sikap tubuh yang terbuka dapat membuat konseli merasa nyaman. Contohnya seperti mengangguk saat konseli berbicara, dan posisi tubuh konselor yang agak condong kearah konseli. Hal itu sangat penting untuk Generasi Z yang menghargai komunikasi yang jujur.

2.     Keterampilan mendengarkan konseli secara aktif dan responsif

Keterampilan mendengarkan secara aktif dan responsif sangat penting ketika kita sebagai calon guru BK dihadapkan dengan generasi Z. Karena generasi ini dikenal dengan kepekaan terhadap komunikasi yang otentik dan empatik. Guru BK tidak hanya harus mengerti kata-kata yang diucapkan oleh konseli, tetapi juga harus bisa memahami perasaan dan kekhawatiran yang ada di baliknya. Siswa generasi Z sering kali dihadapkan dengan permasalahan yang sangat kompleks, seperti kecemasan karena tekanan akademik, konflik eksternal, bahkan masalah keluarga. Dengan mendengarkan secara aktif, guru BK dapat memberikan dukungan secara emosional yang dibutuhkan dan membantu konseli atau siswa untuk menentukan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahannya.

3.     Keterampilan mendukung konseli (Supporting Skills)

Dukungan atau support adalah kondisi dimana konseli merasa aman dan nyaman secara psikologis. Generasi Z sering kali menghadapi berbagai macam rintangan dan keraguan saat mereka ingin mencoba sesuatu yang baru. Apalagi mencoba untuk mengubah pola pikir atau perilaku mereka, itu bisa menyebabkan keraguan pada diri mereka. Dengan memberi dukungan dan dorongan, konselor akan membantu konseli untuk mengatasi hambatan dan keraguan mereka, serta memfokuskan diri mereka pada tujuan yang mereka tetapkan.

4.     Keterampilan menggunakan teknologi saat proses konseling

Dalam era digital saat ini proses konseling tidak harus dilakukan secara langsung, namun bisa juga menggunakan alat komunikasi yang berbasis online seperti zoom atau google meet. Bagi konseli generasi Z yang memiliki jadwal padat sering kali menjadi hambatan untuk menjalani sesi konsling secara langsung. Dengan adanya aplikasi tersebut sesi konseling dapat dilakukan dimana saja. Melalui fitur kamera, konselor dan konseli dapat melihat ekspresi wajah dan bahasa tubuh satu sama lain, yang dapat memperkuat komunikasi dan membantu membangun hubungan yang lebih baik.

Menghadapi Generasi Z menuntut calon guru BK untuk memiliki keterampilan konseling yang relevan dengan perkembangan zaman. Keterampilan fokus pada konseli, mendengarkan secara aktif, mendukung konseli, serta menggunakan teknologi menjadi penting untuk menciptakan hubungan yang mendukung perkembangan siswa. Keterampilan dasar konseling bukan hanya sekedar tambahan, tetapi merupakan senjata utama yang harus dikuasai oleh setiap calon guru BK dalam menghadapi tantangan zaman ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *