Oleh: I Kadek Swastika, I Nyoman Aldy Pramaarta Pramudana, Mahasiswa Semester 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beranekaragam mulai dari Sabang sampai Merauke. Kebudayaan tersebut meliputi rumah adat, upacara adat, pakaian tradisional, tarian adat, alat musik tradisional, senjata tradisional, bahasa daerah, dan masih banyak lainnya. Kebudayaan di lingkungan tempat tinggal kita tentu akan berbeda dengan kebudayaan di daerah lain. Penting bagi kita semua untuk mengenal dan memahami kebudayaan daerah masing-masing sejak dini agar kita dapat melestarikan kebudayaan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan salah satu kajian dari ilmu antropologi, yaitu antropologi sosial budaya. Penerapan ilmu antropologi dalam mengenal dan memahami kebudayaan daerah masing-masing pada pendidikan sekolah dasar merupakan salah satu pembelajaran yang wajib diterapkan. Hal tersebut sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar, dimana dimasukkan tema kearifan lokal daerah masing-masing untuk dijadikan tema Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila secara kolaborasi. Tujuan pengenalan budaya tersebut agar peserta didik mengenal budaya di daerah tempat tinggalnya, mengembangkan keterampilan siswa dalam mengimplementasikan budaya di daerah mereka, menumbuhkan kepedulian untuk melestarikan kebudayaan daerah masing-masing agar tidak hilang ditelan zaman, menciptakan kolaborasi antara siswa, guru, dan masyarakat, serta sebagai pewaris budaya di masa yang akan datang.
Di zaman globalisasi ini, banyak sekali kebudayaan asing yang mulai masuk ke Indonesia. Apabila tidak disaring, maka kebudayaan tersebut dapat mengancam kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Pesatnya arus globalisasi menyebabkan kebudayaan asing bisa masuk melalui berbagai jalur, salah satunya media sosial. Banyak anak-anak di bawah umur sudah memiliki smartphone dan media sosial saat ini. Memang tidak semua yang ada di media sosial merupakan hal-hal buruk, namun anak-anak cenderung kurang bisa menyaring hal tersebut termasuk dalam konten kebudayaan. Banyak konten-konten budaya asing yang bertebaran di media sosial sehingga menyebabkan anak-anak mulai menirukan. Disinilah peran orang tua dibutuhkan untuk selalu melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Selain itu, orang tua juga dapat mengontrol dan memanfaatkan media sosial untuk mengenalkan kebudayaan daerahnya. Dalam dunia pendidikan, mengenalkan kebudayaan sejak dini khususnya pada jenjang sekolah dasar merupakan hal yang penting dilakukan karena masa sekolah dasar merupakan masa anak-anak mengeksplorasi hal-hal yang ada dilingkungannya. Dengan mengenalkan hal tersebut, anak-anak akan mengetahui kebudayaan daerahnnya dan tidak terfokus pada kebudayaan asing yang ada pada media sosial. Guru juga dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengenalkan kebudayaan kepada peserta didik, seperti menampilkan video tarian daerah dan membiarkan peserta didik untuk mengeksplorasi pemahamannya tentang tarian tersebut. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar, dimana penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan minat belajar siswa. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut terdapat proses yang harus dilalui. Mengenalkan kebudayaan pada anak SD bukanlah hal yang mudah. Pengenalan harus dilakukan secara bertahap karena pemikiran anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Pengenalan harus diselipkan dengan hal-hal yang menarik agar anak-anak mau mempelajarinya. Selain itu, pengenalan juga harus dilakukan berulang-ulang dan berkelanjutan agar memudahkan anak-anak dalam mengingat dan memahami kebudayaannya.
Selain mengenalkan kebudayaan, kita juga harus mengajarkan toleransi pada peserta didik. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan, bahkan kebudayaan masing-masing daerahnya berbeda-beda. Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar juga mengedepankan nilai-nilai, seperti keragaman, cinta tanah air, gotong royong, dan toleransi. Oleh karena itu, penting menanamkan sikap toleransi antar budaya pada peserta didik dan menghindari sikap etnosentrisme yaitu menjunjung tinggi kebudayaan sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain.
Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenal dan memahami kebudayaan daerah masing-masing dalam Kurikulum Merdeka Belajar, salah satunya adalah mengadakan kegiatan 5P yang bertemakan kearifan lokal, seperti mengadakan pertunjukan kesenian daerah yang didalamnya menampilkan tarian daerah, lagu-lagu daerah, drama/teater yang berhubungan dengan kebudayaan masing-masing dan masih banyak laginya. Dalam konteks ini, guru dapat melibatkan peserta didik dalam menampilkan kesenian daerahnya masing-masing. Peserta didik yang memiliki minat dan bakat di bidang seni, seperti menari dapat dilatih secara bersama-sama dengan peserta didik lainnya untuk menampilkan tarian daerahnya pada pertunjukan sehingga peserta didik memiliki kemampuan dalam mengenal dan memahami tarian daerahnya masing-masing.
Perlombaan juga dapat menjadi opsi dalam mengenalkan dan memahami kebudayaan daerah masing-masing. Perlombaan bertemakan kebudayaan daerah seperti lomba menulis aksara bali, membaca puisi daerah, dan masih banyak lainnya. Adanya perlombaan tersebut akan mendorong semangat dan motivasi peserta didik untuk mempelajari kebudayaannya. Peserta didik akan mempelajari dan mengeksplorasi kebudayaannya sendiri sehingga dapat meningkatkan kreativitasnya. Hal tersebut sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar yang berperan mengembangkan kreativitas siswa. Ilmu antropologi juga dapat membantu peserta didik dengan memberikan pengetahuan tentang kebudayaan tersebut.
Kurikulum Merdeka Belajar juga menekankan bahwa banyak kegiatan di luar pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa, salah satunya adalah kegiatan eksrakulikuler. Pembentukan ekstrakulikuler bertemakan kebudayaan, seperti ekstrakulikuer tari penting untuk dilakukan. Adanya ekstrakulikuler tersebut dapat menjadi wadah bagi peserta didik yang memiliki minat dan bakat bidang di bidang ekstrakulikuler tersebut untuk melatih kemampuannya secara terus-menerus. Hal tersebut juga bertujuan untuk terus melestarikan kebudayaannya.
Pengenalan kebudayaan juga dapat dilakukan saat pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar, mata pelajaran IPAS SD. Tujuan pembelajaran IPAS SD adalah peserta didik mampu mendeskripsikan keragaman budaya dan kearifan lokal di daerahnya masing-masing. Disilah peran ilmu antropologi dalam membantu memahami kebudayaan daerah masing-masing. Peserta didik diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi dan mempelajari kebudayaan di daerahnya dengan bantuan ilmu antropologi sehingga peserta didik mampu mendeskripsikan dan memahami kebudayaan daerahnya masing-masing.
Di zaman globalisasi ini, banyak kebudayaan asing mulai masuk dan dapat mempengaruhi kebudayaan daerah. Penerapan ilmu antropologi dalam mengenal dan memahami kebudayaan daerah masing-masing pada pendidikan sekolah dasar menjadi cara yang efektif dalam menciptakan generasi muda yang berbudaya. Adanya ilmu antropologi juga memudahkan peserta didik dalam mengenal dan memahami kebudayaan karena ilmu antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara lengkap. Hal ini didukung dengan adanya Kurikulum Merdeka Belajar yang mendorong kearifan lokal daerah masing-masing pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu, banyak juga kegiatan dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang mendukung pelestarian kebudayaan seperti pertunjukan kesenian daerah, perlombaan, hingga pembentukan ekstrakulikuler bertemakan kebudayaan. Namun, hal tersebut tidak akan bisa dicapai apabila hanya dilakukan secara sepihak. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan daerah sejak dini.