Oleh : Izdiharuddin Ardiansyah Rasyadan, Universitas Negeri Yogyakarta
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sering kali dipandang sebelah mata oleh mahasiswa di jurusan teknik, termasuk Teknik Elektro. Mereka lebih fokus pada aspek teknis dan penguasaan teknologi terbaru. Namun, di tengah perkembangan teknologi yang pesat dan globalisasi yang semakin meluas, PPKn justru memegang peran sentral dalam membentuk insinyur yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran kebangsaan, etika, dan tanggung jawab sosial. Pendidikan Pancasila tidak hanya membekali mahasiswa dengan nilai-nilai dasar kebangsaan, tetapi juga melatih mereka berpikir kritis dan solutif dalam menghadapi tantangan yang dihadapi bangsa.
Mahasiswa Teknik Elektro dipersiapkan untuk menjadi garda depan dalam pengembangan teknologi yang sangat dibutuhkan oleh bangsa di masa depan, seperti energi terbarukan, sistem transportasi pintar, dan revolusi industri 4.0. Namun, teknologi bukanlah hal yang berdiri sendiri; ia selalu berinteraksi dengan nilai-nilai sosial, budaya, dan politik yang ada dalam masyarakat. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berperan penting dalam memberikan kerangka moral dan etika dalam penggunaan teknologi agar teknologi tersebut dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan bersama, sejalan dengan cita-cita Pancasila.
Contoh Kasus: Pembangunan Infrastruktur Energi di Daerah Terpencil
Salah satu contoh nyata adalah kasus pembangunan infrastruktur kelistrikan di daerah terpencil di Indonesia. Hingga saat ini, masih banyak daerah yang belum terjangkau listrik, khususnya di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia Timur. Mahasiswa Teknik Elektro memiliki kemampuan teknis untuk merancang dan mengimplementasikan solusi energi terbarukan, seperti panel surya atau mikrohidro, yang dapat memberikan akses listrik kepada masyarakat di daerah-daerah tersebut.
Namun, tanpa pendidikan Pancasila, mahasiswa mungkin hanya melihat proyek ini sebagai sebuah tantangan teknis, tanpa memahami aspek sosial dan budaya masyarakat setempat. Bisa saja mereka merancang sistem yang efisien secara teknologi tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal, sehingga proyek tersebut gagal atau tidak diterima oleh masyarakat. Pendidikan Pancasila menanamkan kesadaran bahwa setiap teknologi harus dirancang dengan mempertimbangkan aspek keadilan sosial dan kemanusiaan, serta memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun manfaat dari PPKn sangat jelas, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dan kewarganegaraan ke dalam kehidupan mahasiswa Teknik Elektro.
1. Pandangan yang Mengutamakan Aspek Teknis Semata
Mahasiswa Teknik Elektro cenderung lebih fokus pada penguasaan aspek teknis dan inovasi terbaru. Hal ini sering kali membuat mereka mengesampingkan pentingnya nilai-nilai moral, etika, dan sosial dalam pengembangan teknologi.
2. Globalisasi dan Tekanan Internasional
Mahasiswa Teknik Elektro dihadapkan pada persaingan global yang sangat ketat, sehingga mereka lebih terfokus pada standar internasional dan pengembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Akibatnya, nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan sering kali dianggap tidak relevan atau kurang penting.
3. Kurangnya Pemahaman tentang Implementasi Nilai Pancasila dalam Teknologi
Banyak mahasiswa yang merasa sulit untuk memahami bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam bidang yang mereka geluti. Misalnya, bagaimana prinsip keadilan sosial atau kemanusiaan yang adil dan beradab dapat diintegrasikan ke dalam proyek teknologi yang mereka kembangkan.
Solusi untuk Menghadapi Tantangan
Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa solusi dapat diambil untuk memastikan bahwa pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tetap relevan dan memberikan dampak positif bagi mahasiswa Teknik Elektro:
1. Mengaitkan Materi PPKn dengan Kasus Nyata
Pembelajaran PPKn harus lebih aplikatif dengan memberikan contoh-contoh nyata bagaimana nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam teknologi. Dosen bisa memberikan studi kasus tentang proyek pembangunan infrastruktur yang memperhatikan nilai-nilai sosial, atau bagaimana teknologi dapat memecahkan masalah ketimpangan sosial di masyarakat.
2. Mendorong Kolaborasi Antar-Disiplin
Kolaborasi antara mahasiswa Teknik Elektro dengan mahasiswa dari program studi lain, seperti Ilmu Sosial atau Hukum, dapat mendorong diskusi tentang bagaimana teknologi dapat dikembangkan secara etis dan adil. Kolaborasi ini bisa membantu mahasiswa memahami bagaimana teknologi yang mereka kembangkan memiliki dampak sosial yang lebih luas.
3. Pembelajaran Berbasis Proyek
Mahasiswa Teknik Elektro dapat diajak untuk mengerjakan proyek-proyek yang melibatkan masyarakat langsung. Dengan begitu, mereka tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga tentang nilai-nilai Pancasila yang terkait dengan keadilan sosial, kesejahteraan bersama, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah elemen yang sangat penting dalam membentuk karakter mahasiswa Teknik Elektro sebagai warga negara yang beretika, berintegritas, dan bertanggung jawab. Teknologi yang dikembangkan tanpa nilai-nilai moral dan sosial bisa membawa dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila harus dipandang sebagai landasan moral dalam pengembangan teknologi yang adil dan berkelanjutan.
Mahasiswa Teknik Elektro di Indonesia tidak hanya dituntut untuk menjadi ahli di bidang mereka, tetapi juga untuk menjadi agen perubahan yang mampu memimpin pembangunan teknologi yang bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui pendidikan PPKn, mereka dapat memahami peran penting mereka dalam mewujudkan cita-cita Pancasila, yaitu masyarakat yang adil, makmur, dan berdaulat.
Ayo bertindak! Mari, sebagai mahasiswa Teknik Elektro, kita mulai mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap inovasi dan teknologi yang kita kembangkan. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan industri, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Mari ciptakan teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga berkeadilan, bermoral, dan bermanfaat bagi semua.
Kata kunci: Mahasiswa teknik, inovasi teknologi, kewarganegaraan, nasionalisme, pembangunan teknologi,Indonesia.