Oleh: Ni Putu Anik Prastya Dewi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universiatas Pendidikan Ganesha
Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang membutuhkan Pendidikan serta layanan khusus untuk mengembangkan potensi dirinya secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus ini, dikarenakan dalam penenuhan kebutuhan hidupnya, anak ini memerlukan beberapa layanan yaitu, layanan Pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan serta konseling, dan berbagai layanan lainnya. Anak ABK memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa menunjukkan pada ketidakmampuan secara mental, emosi, atau fisik. ABK juga anak yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan yang lebih intens. ABK ialah anak yang memiliki perbedaan dengan diatas maupun dibawah rata-rata anak seusiannya atau anak-anak pada umumnya. Biasanya perbedaan yang dialami oleh anak ABK ini ada beberapa hal yaitu: proses pertumbuhan dan perkembangannya baik mengalami kelainan fisik secara mental, intelektual, sosial, maupun emosional. Pendidikan inklusi merupakan suatu pendekatan yang mengutamakan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Anak berkebutuhan khusus memerlukan Pendidikan inklusi, karena dengan Pendidikan inklusi dapat memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar Bersama dengan teman sebaya mereka di lingkungan sekolah yang sama. Namun keberhasilan dalam implementasi Pendidikan inklusi sangat bergantung juga terhadap persepsi dan kesiapan calon guru dalam mengajar. Persepsi calon guru tentang Pendidikan inklusif merupakan faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan Pendidikan tersebut. Banyak penelitian yang telah mengatakan bahwa pemahaman serta sikap positif terhadap Pendidikan inklusi akan dapat berdampak besar pada proses pembelajaran di kelas. Calon guru yang mempunyai pengetahuan serta pemahaman yang baik tentang karakteristik anak berkebutuhan khusus maka akan cenderung lebih percaya dalam menghadapi tantangan yang mungkin muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung, namun disisi lain masih banyak pula calon guru yang merasa ragu dan cemas terhadap masalah yang dihadapai dalam konsep Pendidikan inklusi. Rasa tidak percaya diri tersebut sering disebabkan karena kurangnya pemahaman pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki. Misalnya, mereka mungkin merasa kesulitan serta tidak siap untuk menangani perilaku yang berbeda atau kebutuhan belajar yang speksifik dari anak berkebutuhan khusus. Dengan hal tersebut maka harus adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pelatihan dan Pendidikan inklusi dalam kurikulum Pendidikan. Kesiapan calon guru dalam menerapakan Pendidikan inklusi juga sangat penting. Kesiapan ini juga mencangkup berbagai aspek seprti pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Calon guru juga harus menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam memenuhi beragaman sikap siswa. Keterampilan dalam merancang kurikulum yang fleksibel, serta kemampuan dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam proses mengajar. Disamping itu calon guru juga harus menyiapakan keterampilan interpersonal yang baik seperti empati dan kemampuan komunikasi yang baik. Agar dapat berkerjasama baik dengan siswa, orang tua, serta rekan kerja dalam membangun hubungan yang positif dan saling mendukung agar meciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan inklusif.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan kesiapan calon guru dalam mendukung Pendidikan inkusif. Salah satunya adalah pengalaman pribadi, calon guru yang memiliki pengalaman mengajar yang positif dengan anak berkebutuhan khusus baik melalui pengalaman mengajar, magang, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka cenderung akan memiliki pandangan yang lebih positif terhadap Pendidikan inklusi. Faktor lainnya adalah pelatihan yang diikuti selama masa studi, calon guru yang memberikan penekanan pada Pendidikan inklusif dan praktik langsung dilapangan maka akan lebih banyak mempunyai pengetahuan. Sebaliknya jika minim terhadap pelatihan maka calon guru akan mungkin merasa tidak siap dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus. Meskipun benyak terdapat potensi posiitif dalam Pendidikan inklusif, maka tidak terlepas dari tantangan yang akan dihadapi. Salah satunya tentangan terbesar adalah kurangnya sumber daya, baik dalam bentuk fasilitas, materi ajar, maupun dukungan penuh dari pihak sekolah. Banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas serta alat bantu yang kurang memadai. Dengan itu akan dapat mengurangi ektifitas pengajar dan dukungan siswa dalam belajar. Selain itu, dukungan dari lingkungan termasuk orang tua dan Masyarakat juga menjadi faktor penting dalam kesadaran serta pemahaman tentang Pendidikan inklusif. Dimana dikalangan orang tua serta Masyarakat luas masih perlu ditingkatkan. Tanpa adanya dukungan yang kuat dari semua pihak maka Pendidikan inklusi juga akan dapat mengalami berbagai kendala. Dengan hal tersebut maka persepsi dan kesiapan calon guru dalam mendukung Pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah penting. Pendidikan yang baik tentang inklusi dan pengalaman praktis yang memadai maka dapat akan membantu mengubah persepsi negatif menjadi positif. Selain itu, dukungan dari sekolah, orang tua, serta Masyarakat juga sangat berpengaruh untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar.