Oleh: Kadek Ari Pradnya Dewi
Masa remaja merupakan masa kritis dalam kehidupan individu yang ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan emosional yang signifikan. Pada masa inilah remaja menghadapi berbagai tantangan, dan terkadang, tantangan ini muncul dalam bentuk kenakalan. Kenakalan mengacu pada perilaku antisosial atau ketidakpatuhan terhadap norma-norma masyarakat. Untuk memahami penyebab yang mendasari kenakalan pada remaja, penting untuk mengeksplorasi hubungan antara teori psikoanalisis dan fenomena ini. Kenakalan remaja yang belakangan terakhir menjadi sorotan media massa sudah tidak bisa dianggap masalah sepele lagi, terlebih yang menjadi korban mengalami kerugian yang sangat fatal mulai dari kerugian materi hingga hilangnya nyawa seseorang. Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan besar mengapa anak-anak hingga remaja dapat melakukan kejahatan tersebut hingga hilangnya nyawa seseorang.
Pengalaman masa kecil dan lingkungan Keluarga dapat membentuk landasan perilaku remaja. Beberapa kasus kenakalan remaja dapat dikaitkan dengan konflik ketidakstabilan Keluarga, kurangnya dukungan emosional, atau paparan terhadap perilaku yang tidak sehat di masa lalu. Masa kecil yang penuh tekanan, pengabaian, atau pengalaman traumatis dapat meninggalkan bekas yang dalam pada psikologi seseorang. Kesulitan dalam mengelola emosi dan koflik, yang mungkin diabaikan atau tidak ditangani dengan baik di masa lalu, bisa menjadi pemicu bagi perilaku kenakalan remaja.
Teori psikoanalisis, yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, berusaha menjelaskan perilaku manusia dengan meneliti pikiran bawah sadar dan dinamika perkembangan psikoseksual. Menurut Freud, pikiran manusia dibagi menjadi tiga bagian: alam sadar, alam prasadar, dan alam bawah sadar. Pikiran bawah sadar, khususnya, diyakini sebagai tempat penyimpanan ingatan, keinginan, dan konflik yang tertekan yang mempengaruhi perilaku.
Dalam konteks kenakalan remaja, teori psikoanalisis menunjukkan bahwa pikiran bawah sadar memainkan peran penting. Remaja yang terlibat dalam perilaku nakal mungkin didorong oleh konflik yang tidak terselesaikan atau keinginan yang tidak disadari. Konflik atau keinginan ini, yang seringkali berakar dari pengalaman masa kecil mereka, dapat mengarah pada pengembangan mekanisme penanggulangan yang mal adaptive. Sebagai contoh, seorang remaja yang mengalami pengabaian atau pelecehan selama tahun-tahun awal mereka dapat menggunakan kenakalan sebagai cara untuk memberontak terhadap figur tersebut atau mencari perhatian. Keinginan bawah sadar mereka untuk diakui dan dikendalikan, ditambah dengan ketidakmampuan mereka untuk mengartikulasikan emosi mereka secara efektif, dapat bermanifestasi dalam tindakan vandalisme, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, atau bahkan kekerasan. Lebih jauh lagi, teori psikoanalisis menyatakan bahwa ego, mediator antara id dan superego, masih berkembang selama masa remaja. Superego mewakili norma-norma masyarakat dan standar moral, sedangkan id mewakili keinginan primitif yang tidak terkendali. Perilaku nakal dapat terjadi ketika ego remaja tidak cukup diperlengkapi untuk bernegosiasi di antara kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan ini.
Selain itu, para ahli teori psikoanalisis menekankan pentingnya mekanisme pertahanan yang digunakan oleh remaja saat mereka menghadapi tantangan masa remaja. Mekanisme pertahanan, seperti penyangkalan, regresi, dan pemindahan, merupakan strategi bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi kecemasan dan melindungi ego dari emosi yang menekan. Namun, ketika mekanisme pertahanan ini menjadi mal adaptif atau berlebihan, mereka dapat berkontribusi pada perilaku nakal. Sebagai contoh, seorang remaja yang berjuang dengan perasaan tidak mampu atau rendah diri dapat menggunakan mekanisme pertahanan pengalihan. Mekanisme pertahanan ini melibatkan pengalihan emosi atau impuls negatif ke target yang tidak terlalu mengancam. Dalam konteks kenakalan, hal ini dapat bermanifestasi sebagai agresi terhadap teman sebaya atau properti. Konflik yang belum terselesaikan atau keinginan yang memicu emosi ini sering kali tersembunyi dari kesadaran sadar remaja.
Kesimpulannya, hubungan antara teori psikoanalisis dan kenakalan pada remaja menunjukkan pentingnya pikiran bawah sadar, konflik yang tidak terselesaikan, dan mekanisme pertahanan. Memahami aspek-aspek ini dapat memberikan wawasan tentang motivasi dan penyebab utama dari perilaku nakal. Dengan menangani konflik bawah sadar dan memberikan mekanisme koping yang sehat kepada remaja, individu yang bekerja dengan remaja nakal dapat mendorong perkembangan positif dan mengurangi keterlibatan mereka dalam kegiatan antisosial.