Oleh : Komang Eka Ayuningsih, S1 Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha
Kepribadian merupakan salah satu aspek penting dalam diri manusia yang mempengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain. Kepribadian terbentuk dari berbagai faktor, salah satunya adalah teori pengembangan kepribadian. Teori pengembangan kepribadian merupakan teori yang menjelaskan bagaimana kepribadian manusia terbentuk dan berkembang sehingga menjadi sifat atau cerminan dari seseorang tersebut. Ada banyak teori pengembangan kepribadian yang telah dikembangkan oleh para ahli psikologi.
Beberapa teori yang populer antara lain teori kepribadian menurut Freud, Jung, dan Erikson. Teori dari para ahli ini memiliki pendapat masing – masing tentang teori kepribadian. Teori kepribadian menurut Freud berfokus pada peran bawah sadar dalam membentuk kepribadian. Menurut Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan bagian kepribadian yang bersifat primitif dan impulsif. Ego berperan sebagai mediator antara id dan superego. Superego merupakan bagian kepribadian yang mewakili nilai-nilai moral dan sosial. Menurut Freud, kepribadian manusia terbentuk melalui tiga proses, yaitu yang pertama proses identifikasi terjadi ketika anak-anak meniru orang tua atau figur penting lainnya. Identifikasi ini membantu anak-anak untuk mengembangkan identitas dan kepribadian mereka. Kedua Proses sublimasi terjadi ketika dorongan-dorongan dasar manusia disalurkan ke dalam aktivitas yang lebih konstruktif. Misalnya, seorang anak yang memiliki dorongan agresif mungkin menyalurkan dorongan tersebut ke dalam olahraga atau kompetisi. Dan yang ketiga Proses mekanisme pertahanan terjadi ketika ego menggunakan berbagai cara untuk melindungi diri dari kecemasan. Misalnya, seseorang yang merasa cemas karena akan menghadapi ujian mungkin akan menggunakan mekanisme pertahanan denial, yaitu menyangkal kenyataan bahwa ia akan menghadapi ujian. Sedangkan Teori kepribadian menurut Jung berfokus pada peran kesadaran dan ketidaksadaran dalam membentuk kepribadian. Menurut Jung, kepribadian manusia terdiri dari dua aspek, yaitu ego dan persona. Ego merupakan aspek kepribadian yang sadar. Persona merupakan aspek kepribadian yang tidak sadar dan berperan sebagai topeng yang kita gunakan untuk menghadapi dunia luar. Menurut Jung, kepribadian manusia terbentuk melalui proses individuasi, yaitu proses mengenali dan mengintegrasikan aspek-aspek kepribadian yang tidak disadari ke dalam kesadaran. Sedangkan Teori kepribadian menurut Erikson berfokus pada peran tahapan perkembangan dalam membentuk kepribadian. Menurut Erikson, kepribadian manusia berkembang dalam delapan tahapan, yaitu Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (usia 0-1 tahun) , Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (usia 1-3 tahun) ,Inisiatif vs Rasa Bersalah (usia 3-6 tahun) , Kerjasama vs Rasa Inferior (usia 6-12 tahun), Identitas vs Kebingungan Peran (usia 12-18 tahun), Intimitas vs Isolasi (usia 18-35 tahun) , Generatif vs Stagnasi (usia 35-65 tahun), Integritas vs Keputusasaan (usia 65 tahun ke atas). Maka dari itu Menurut Erikson, kepribadian manusia berkembang melalui proses krisis identitas, yaitu proses untuk menemukan dan mengembangkan identitas diri.
Teori pengembangan kepribadian memberikan perspektif yang penting dalam memahami bagaimana kepribadian manusia terbentuk dan berkembang. Teori-teori tersebut dapat membantu kita untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Dalam pengembangan kepribadian, peran penting dimainkan oleh faktor hereditas, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan kondisi fisik. Selain itu, perkembangan kepribadian juga terpengaruh oleh lingkungan fi sik dan lingkungan kadang-kadang menguasainya. Dalam hubungan antara perkembangan kepribadian dan lingkungan, individu memperlihatkan sifat-sifat yang tertuju pada diri mereka dan mengadaptasi diri terhadap lingkungan. Kepribadian manusia merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi faktor-faktor biologis, seperti genetika dan hormon, serta faktor-faktor psikologis, seperti kepribadian dan pengalaman masa lalu. Faktor-faktor eksternal meliputi faktor-faktor sosial, seperti budaya dan lingkungan, serta faktor-faktor interpersonal, seperti hubungan dengan orang lain. Kepribadian manusia bersifat dinamis dan dapat berubah seiring dengan waktu. Kepribadian manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman hidup, pembelajaran, dan perubahan lingkungan. Kepribadian manusia juga dapat dikembangakan. Dengan memahami diri sendiri dan menerapkan strategi pengembangan kepribadian yang tepat, kita dapat mengembangkan kepribadian kita menjadi lebih baik. Sehingga Pengembangan kepribadian merupakan proses yang penting bagi setiap individu. Dengan mengembangkan kepribadian kita, kita dapat menjadi pribadi yang lebih utuh, harmonis, dan bahagia.
Dapat disimpulkan bahwa perspektif teori pengembangan kepribadian memainkan peran krusial dalam membentuk pribadi individu. Teori-teori ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana individu tumbuh, berkembang, dan membentuk identitas mereka sepanjang rentang hidup. Dari teori-teori ini, kita memahami bahwa faktor genetik, lingkungan, dan interaksi sosial memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan kepribadian. Selain itu, teori pengembangan kepribadian memberikan kerangka kerja yang membantu kita memahami perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kepribadian, termasuk aspek kognitif, emosional, dan sosial. Dengan memahami fase-fase pengembangan yang dialami individu, kita dapat memberikan dukungan yang lebih baik dalam mencapai potensi penuh mereka.