PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA PADA SD NEGERI 5 SELAT

Oleh : Indah Vita, Masayu Tri, Sinar Dewi, Esha Angelika, Bella Reswara, Pendidikaan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha

 Abstrak

Latar belakang dari observasi  ini adalah kondisi pendidikan Indonesia yang hingga saat ini belum menemukan jati diri. Perubahan kurikulum terus dilakukan hingga kini tiba pada kurikulum merdeka belajar. Berbagai problematika bahkan mulai dirasakan, terlebih oletenaga pendidik yang berperan penting di dalam proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk menganalisis berbagai problematika yang ada dalam pengimplementasian kurikulum merdeka di tingkat sekolah dasar. Metode yang dilakukan, yaitu dengan  cara mewawancarai salah satu guru di SD Negeri 5 Selat .

Kata kunci: Problematika, Penerapan Kurikulum Merdeka,  Sekolah Dasar.

Abstract

The background to this observation is the condition of Indonesian education, which until now has not find identity. Curriculum changes have continued to be made until now we have arrived at the independent curriculum Study. Various problems even began to be felt, especially by the teaching staff who took part important in the learning process. The research carried out has the aim of analyzing Various problems exist in implementing the independent curriculum at the elementary school level. The method used was by interviewing one of the teachers at SD Negeri 5 Selat.

Keywords: problems, implementation of the independent curriculum, elementary school

A. PENDAHULUAN

    Perkembangan teknologi, di era globalisasi ini kehidupan dunia modern yang sangat pesat dan membuat berbagai tantangan muncul dalam semua aspek, salah satunya pendidikan. Era globalisasi ini ditandai dengan pesatnya teknologi informasi. Masyarakat semakin mudah menemukan informasi, komunikasi antar masyarakat juga bisa dilakukan dimana dan kapan saja tanpa mengenal waktu. Jika tidak bijak dalam memanfaatkan teknologi informasi, maka akan berdampak buruk fasilitator. Inovasi pendekatan student centered learning ini tidak hanya mengutamakan perkembangan pengetahuan anak saja, melainkan mengembangkan critical thinking anak dalam menghadapi tantangan kehidupan di era digital dan mengembangkan inovasi dan kreatifitas dalam semua bidang kehidupan.  Dalam dunia pendidikan, tantangan di era globalisasi ini menuntut guru dan siswa untuk menerapkan kurikulum yang selaras dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK). (Rusmiati et al., 2023) Baru- baru ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengubah kurikulum dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum Merdeka belajar. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dilaksanakan dengan cara  mengembangkan profil anak atau siswa sehingga memiliki jiwa dan nilai yang sesuai dengan kandungan 5 sila Pancasila serta dapat dasar atau bekal dalam kehidupannya. Mengubah kurikulum dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka belajar. Kemdikbud menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar yaitu berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya sehingga siswa dapat belajar lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan, dan tidak terburu-buru. Pembelajaran jauh lebih relevan dan interaktif melalui kegiatan projek memberikan peluang lebih luas pada siswa untuk lebih aktif mengekplorasi isu-isu aktual seperti isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. (Windayanti et al., 2023).  Istilah merdeka  belajar ialah kebijakan yang telah  dipersiapkan oleh pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan yang nantinya akan menciptakan siswa dan mahasiswa yang unggul dan siap menyongsong tantangan masa depan yang sangat kompleks Sesuai dengan namanya, merdeka belajar yaitu kebebasan berpikir untuk guru dan siswa. Kurikulum ini dapat membentuk karakter siswa dan guru, karena mereka secara bebas dapat menggali keterampilan, pengetahuan dan sikap dari lingkungan. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, banyak problematika yang ditemukan oleh pendidik maupun pihak sekolah. Alasannya karena sekolah belum siap dalam menjalankan kurikulum baru ini. Memang, penerapan kurikulum ini bergantung kepada kesiapan sekolah, tetapi berkaca pada pergantian kurikulum sebelumnya, pada akhirnya pemerintah mengharuskan sekolah menerapkan kurikulum Merdeka. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, banyak problematika yang ditemukan oleh pendidik maupun pihak sekolah. Alasannya karena sekolah belum siap dalam menjalankan kurikulum baru ini. Memang, penerapan kurikulum ini bergantung kepada kesiapan sekolah, tetapi berkaca pada pergantian kurikulum sebelumnya, pada akhirnya pemerintah mengharuskan sekolah menerapkan kurikulum. Selain itu, Ujian Nasional yang dihapuskan dan jika ingin melanjutkan pendidikan kepada jenjang selanjutnya berisikan tujuan, bahan, cara dan isi pelajaran yang dijadikan sebagai sebuah pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

    B. METODE OBSERVASI

      Metode penelitian Deskripsi adalah metode atau cara untuk memberikan gambaran atau penjelasan yang rinci tentang suatu objek, peristiwa, orang, tempat, atau konsep sehingga pembaca atau pendengar dapat memahami dengan jelas dan mendalam apa yang dimaksudkan.  Metode  yang  digunakan  untuk  menyelesaikan masalah  dalam  penelitian  ini  adalah  deskripsi  kualitatif  dengan  analisis  isi  dan  teori. (Lubis, 2019). Deskripsi dapat digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam tulisan maupun lisan, untuk menyampaikan informasi dengan cara yang valid dan menarik. Metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan penelitian. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Winarno Surakhmad (1985:131) yaitu: “Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan dan situasi penyelidikan”.Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya. Mohamad Ali (1982:120) menjelaskan bahwa: “metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada masa sekarang”. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi. (M. M. Jannah & Rasyid, 2023)

      C. HASIL DAN PEMBAHASAN

      Data Sekolah

      SD Negeri 5 Selat merupakan jenis sekolah Negeri, yang mana letak SD ini berada di Banjar Dinas Bululada, Selat. SD ini memiliki akreditasi B (81/100). SD ini menerapkan kurikulum K13 dan juga Kurikulum Merdeka, K13 pada kelas 3 dan 6 dan Kurikulum Merdeka pada kelas 1, 2, 4, dan 5.

      SD Negeri 5 Selat memiliki 6 buah ruang kelas, 1 perpustakaan, 0 laboratorium IPA, 0 laboratorium bahasa, 0 laboratorium komputer dan 0 laboratorium IPS. Saat ini SD Negeri 5 Selat yang memiliki akreditasi B menggunakan Tidak Ada untuk koneksi internet, menggunakan daya listrik 900 watt dari dari PLN

      Di SD Negeri 5 SelatTotal ada sebanyak 1 toilet guru dan 2 toilet untuk siswa.

      Penerapan Kurikulum Merdeka

      Problematika adalah suatu permasalahan atau masalah yang memerlukan penyelesaian. Istilah “problematika” berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti persoalan atau masalah. Problematika dapat diartikan sebagai suatu ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat diselesaikan atau diperlukan, Problematika dalam pendidikan dapat dipandang sebagai suatu masalah yang memerlukan penyelesaian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Penyelesaian problematika dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan metode. Dalam konteks pendidikan, problematika dapat berupa berbagai persoalan yang mengganggu, menghambat, menghalangi, atau mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi terjadinya problematika, seperti kemampuan siswa, motivasi belajar, dan lingkungan sekolah. Pada hakikatnya kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai rencana pengaturan baik dari isi, tujuan dan bahan yang akan digunakan sebagai pedoman. Kurikulum yang ada di Indonesia sering berubah karena disusun untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik. (Fitriyah et al., 2022) Lembaga pendidikan harus memiliki inovasi terbaru agar peserta didik bisa mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal. Dan kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang bermacam-macam agar peserta didik lebih optimal dan memiliki konsep dan menguatkan kompetensi yang dimilikinya. (F. Jannah et al., 2022). Kurikulum Merdeka ini sudah tersebar luas penerapannya baik di jenjang SD, SMP hingga SMA akan tetapi masih ada beberapa sekolah yang belum bisa menerapkanya secara keseluruhan seperti yang di terapkan di SD Negeri 5 Selat. Berdasarkan Observasi yang dilakukan di SD Negeri 5 Selat Sukasada bahwa penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SD Negeri 5 Selat, Sukasada sudah mulai  berjalan semenjak kurikulum Merdeka di berlakukan (Windayanti et al., 2023). Di sekolah penerapan kurikulum merdeka hanya pada kelas 1, 2, 4 dan 5. Hal ini dikarenakan pada kelas 3 dan 6 masih dalam tahap pengembangan. Penerapan kurikulum baru biasanya membutuhkan persiapan yang matang dan pengujian terlebih dahulu sebelum diterapkan secara luas. Pada kelas 3 dan kelas 6 masih menggunakan kurikulum K13 karena proses transisi dan evaluasi terhadap implementasi kurikulum baru masih berlangsung. Adapun beberapa strategi yang dapat disiapkan sekolah dalam transisi kurikulum ini, yakni guru harus membuat perangkat berupa atp (alur tujuan pembelajaran), modul ajar, menyiapkan tes diagnostik yang digunakan untuk melihat kemampuan awal peserta didik, tes formatik dan submatif (Rahmadhani et al., 2022).

      Dampak Perubahan Kurikulum

      Dari adanya perubahan kurikulum ini ada beberapa dampak juga yang di sebabkan baik itu dari segi pembelajaran untuk peserta didik dan tenaga pendidik (guru) sebagai fasilitator. Perubahan yang terjadi pada siswa yakni siswa bingung akan pembelajaran, karena pembelajarannya sering berubah ubah. Selain itu pembelajaran pada kurikulum merdeka cenderung menerapkan teknologi sehingga siswa yang tidak memiliki alat yang memadai tidak akan bisa belajar secara maksimal (Ningrum, 2022). Sedangkan dari segi guru sebagai tenaga pendidik juga sulit dalam memaksimalkan pembelajaran karena guru dituntut untuk bisa menerapkan, sedangkan penerapan kurikulum merdeka ini perlu pelatihan lebih lanjut dan memerlukan alat sebagai fasilitas. Apalagi penduduk desa, seperti guru yang ada di SD Negeri 5 Selat yang sebagian besar belum memiliki fasilitas yang memadai, hanya beberapa saja. Tentunya hal ini menjadi penghambat karena guru yang seharusnya bisa menerapkan terhalang fasilitas.  

      Faktor Penghambat Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka

      1. Kurangnya Kopentensi Guru

      Guru merupakan sosok yang menentukan terlaksananya pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Namun kenyataan sebagian besar guru yang mengajar di setiap jenjang pendidikan belum memenuhi standar atau belum mempunyai kompetensi sebagai guru. Hal tersebut tentu akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran, penggunaan metode dan perancangan pembelajaran yang tidak sesuai dan lain-lain. Analisis dilakukan dengan menghubungkan antara permasalahan dengan konsep dan teori relevan. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru sangat menentukan keberhasilan guru dalam menjalankan perannya dengan baik di setiap lembaga pendidikan. Keempat kompetensi saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan. Kompetensi kompetensi guru tersebut harus selalu dikembangkan baik melalui melalui jalur pendidikan, jalur profesi, diklat maupun pengalaman mengajar. Semakin dikembangkan kompetensi guru maka semakin berkualitas output atau keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu pemerintah/pihak lembaga swasta harus memberikan fasilitas bagi guru untuk meningkatka kompetensinya secara berkelanjutan dan sesuai dengan perkembangan zaman.  Menurut (Sangi, 2010) keberadaan  guru  bahkan  tidak  tergantikan  oleh siapapun  atau apapunsekalipun  dengan  teknologi  canggih. Oleh karena itu, guru harus memiliki kompetensi dan kualifikasi yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Kompetensi guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai bentuk pemenuhan standar kualitas yang harus dipenuhi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh guru. Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan karena menjadi guru tidak hanya memberikan ilmu namun juga menanamkan nilai karakter bagi siswa. Diantara keempat kompetensi tersebut diantaranya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan, jalur profesi, diklat maupun pengalaman mengajar. Berdasarkan hasil studi literature ditemukan bahwa kompetensi guru sangat menentukan keberhasilan guru dalam menjalankan perannya dengan baik di setiap lembaga pendidikan. Keempat kompetensi saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan. Kompetensi-kompetensi guru tersebut harus selalu dikembangkan baik melalui melalui jalur pendidikan, jalur profesi, diklat maupun pengalaman mengajar. Semakin dikembangkan kompetensi guru maka semakin berkualitas output atau keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu pemerintah/pihak lembaga swasta harus memberikan fasilitas bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kompetensi guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai bentuk pemenuhan standar kualitas yang harus dipenuhi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh guru. Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan karena menjadi guru tidak hanya memberikan ilmu namun juga menanamkan nilai karakter bagi siswa. Diantara keempat kompetensi tersebut diantaranya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan, jalur profesi, diklat maupun pengalaman mengajar. SeBerdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa kompetensi guru sangat menentukan keberhasilan guru dalam menjalankan perannya dengan baik di setiap lembaga pendidikan. Keempat kompetensi saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan. Kompetensi-kompetensi guru tersebut harus selalu dikembangkan baik melalui melalui jalur pendidikan, jalur profesi, diklat maupun pengalaman mengajar.

      Semakin dikembangkan kompetensi guru maka semakin berkualitas output atau keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu pemerintah/pihak lembaga swasta harus memberikan fasilitas bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan dan sesuai dengan perkembangan zaman.(Arif, 2019).

      2. Fasilitas yang Kurang Memadai

      Administrasi sarana dan prasarana pendidikan hal yang sangat menunjang bagi  tercapainya tujuan dari  pendidikan.  Proses  belajar  mengajar  akan  semakin  sukses  bila  sarana  dan  prasarana pendidikan memadai.Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang bagi  tercapainya tujuan dari pendidikan. Proses belajar mengajar akan semakin sukses bila sarana dan prasarana pendidikan memadai. (Michael Page, 2022). Kemudian pada sekolah ini belum adanya fasilitas yang memadai, seperti internet yang belum cukup karena berda di area pedesaan. Selain itu juga karena guru yang belum memiliki kemampuan untuk melakukan penerapan teknologi.

      3. Metode Pembelajaran

      Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan  pengajar atau instruktur  untuk menyajikan informasiatau pengalamanbaru, menggalipengalaman pesertabelajar,menampilkanunjuk   kerja peserta belajar,    dan   lain-lain.   Dengan    demikian    dapat disimpulkan,  bahwa metode belajar adalah suatu carayang ditempuh dalammenyajikan materiatau pelajaran yangakan disampaikan untuk mencapaitujuan tertentu.(Adib, 2021). manfaat metode pembelajaran adalah memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pendapat Djamarah (2008) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. (Khairunnisa & Jiwandono, 2020).

      Di sekolah SD Negeri 5 Selat ini metode yang digunakan pada guru cenderung metode yang membosankan karena disini pembelajarannya terfokus pada guru yang selalu menjelaskan (teacher center). Model pembelajaran teacher  center adalah  pembelajaran  yang  didominasi  oleh  guru  dan  tidakmelibatkan  siswa  dalam  pembelajaran  di  kelas,  di  sini  biasanya  guru  hanya  mengandalkanceramah di depan kelas kemudian siswa hanya mendengarkan tanpa memberikan kesempatansiswa untuk bertanya dan berpendapat terkait dengan materi pelajaran. Hal tersebut membuatsiswa kurang terekplorasi lagi dan dapat berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang baik. (Baeti, 2021). Sehingga ketika guru menerapkan metode pembelajaran ini tidak ada partisipasi siswa dalam pembelajaran.

      4. Peran Orang Tua

      Dari hasil wawancara yang sudah kelompok kami lakukan guru menyatakan bahwa salah saatu penghambatnya yaitu peran orang tua yang berada di rumah sebagai pendamping siswa dalam proses belajarnya mereka. Peran orang tua yang secara kodrati melekat yaitu pengasuh anak dan pendidik anak. Orang tua memiliki peran dan tugas sebagai pendidikan, dimana keluarga merupakan wahan pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak. Pembelajaran masa pandemic Covid-19 menjadikan peranan bahwa guru dan orang tua bersama-sama bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak di rumah dan di sekolah. (Lestari et al., 2022) dalam (Menheere Adri & Edith H. Hooge, 2010). Disebutkan juga oleh guru bahwa orang tua mereka sebagian besar bekerja sebagai buruh, sehingga kurangnya perhatian orang tua dalam proses belajar anak sangat tinggi. Peran orang tua diharapkan dapat mendampingi anak belajar dirumah, dimana orang trua  dituntu  untuk  memahami  seluruh  materi  kegiatan  pembelajaran  sehingga  anak  dapat belajar dengan baik dan mengerti apa maksud dari tujuan pembelajaran tersebut. Orang tua juga  diharapkan  dapat  menumbuhkan  minat  dan  mampu  memotivasi  belajar  anak,  orang tua   haruslah   mampu   memberikan   waktu   luang   kepada   anak   sehingga   anak   dapat berkomunikasi dan bertanya mengenai berbagai hal kepada orang tua, orang tua harus sabar dalam mendampingi anak di rumah dan mampu mengoperasikan gadget dan kendala terkait jangkauan  layanan  internet  sehingga  proses  pembelajaran  anak  berlangsung  lancar  tanpa adanya  hambatan.  Begitu  pula  peran  orang  tua  dalam  meningkatkan  kemampuan  literasi anak ketika belajar di rumah. (Baiti, 2020).

      Strategi Pembelajaran Yang Diterapkan

      Strategi yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran seperti strategi pembelajaran ekspositori yaitu strategi pembelajaran di mana guru memiliki peranan yang dominan, sedangkan siswa cenderung menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Dalam strategi ini, proses penyampaian materi dilakukan oleh guru secara lisan kepada siswa agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran secara optimal. Oleh karena itu, penjelasan guru dalam strategi pembelajaran ekspositori ini harus jelas sehingga bisa dipahami oleh siswa dengan mudah. Penjelasan yang kurang jelas dapat membuat siswa kebingungan dan menghambat proses belajar mereka. Dalam strategi pembelajaran ekspositori ini, guru dapat menggunakan buku teks, referensi atau pengalaman pribadi sebagai sumber informasinya. Media lain, seperti video pendidikan dan alat bantu visual (diagram, contoh fisik, gambar, dan peta) juga dapat digunakan untuk mendukung penjelasan materi agar lebih mudah dipahami peserta didik.

      Selain itu guru juga menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dimana strategi pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 6 orang. Setiap kelompok akan mendapatkan tugas masing-masing dari guru untuk dikerjakan bersama-sama. Apabila ada anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan oleh guru, maka anggota kelompok yang lain bertugas untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan bertanya kepada guru.

      Dan strategi lainnya yang digunakan yaitu strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan berpikir, trategi pembelajaran yang berfokus pada perkembangan kemampuaberpikir siswa melalui analisis fakta-fakta atau pengalaman siswa sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Dengan strategi pembelajaran ini, daya berpikir siswa akan lebih terlatih dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu saja, strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir juga membantu siswa agar lebih siap dalam menghadapi setiap permasalahan yang diajukan oleh guru.

      Strategi yang digunakan guru pastinya akan memberikan inovasi baru kepada peserta didik. Bagaimna agar mereka bisa mengerti terlebih dahulu karena itu yang paling pentng sebenarnya dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi sebagai guru terkadang dituntut oleh pemerintah untuk menggunakan media pembelajaran, harus dengan metode metode dan lain sebagainya jadi terbilang cukup sulit untuk menerapkannya di sekolah tersebut untuk anak anak kelas 5 di Sd ini gemuk (banyak jumlahnya), ditambah dengan kurikulum yang berubah ubah, sehingga bisa dikatan 60% anak yang pengetahuannya di bawah standar. Penerimaan daya tangkap pada pembelajaran sangat kurang Apalagi dulu sempat covid jadi memang sangat menghambat proses belajar mereka. Adapun terdapat  3 orang yang masih belum lancar membaca.  Jadi guru harus memutar otak untuk memberikan pembelajaran yang tepat untuk mengajar mereka. Apalagi pembelajaran IPAS yaitu gabungan antara pembelajaran IPA dan IPS, karena ada beberapa orang yang belum lancar membaca, hal ini akan sedikit menghambat mereka. Matematika juga kurang karena materinya langsung kearah sulit untuk dipahami pada jenjang SD, Ditambah lagi, SD tersebut berada di wilayah pedasaan, hal hasil banyak orang tua yang tidak dapat mendampingi mereka pada aktivitas belajar di rumah jadi hal tersebut juga bisa menghambat proses belajar mereka.

      Penerapan KurikulumMerdeka Dalam Perkembangan Dibidang Akademik atau Non Akademik

      Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan suatu pendidikan yang akan berlangsung dalam lingkungan pendidikan (Belakang, 2009). Pendidikan meruysuatu kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan, pengembangan bakat minat peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan terorganisasi. Pendidikan yang bermutu terdapat dari aspek akademik maupun non akademik. Siswa Sd Negeri 5 Selat lebih banyak berkembang di bidang non akademik, dikarenakan di kurikulum merdeka ini diajarkan untuk lebih mengerti bagaimana alur pikiran murid (Student Center) dimana pembelajaran itu harus menyenangkan, dengan bernyanyi terlebih dahulu atau bermain terlebih dahulu. Akan tetapi tidak semuanya hanya siswa saja, karena nantinya pembelajaran tidak akan terlaksana secara maksimal. Sedangkan dalam bidang akademik siswa Sd Negeri 5 Selat masih belum ada peningkatan, dilihat dari banyaknya murid didalam satu kelas yang berjumlah banyak dan belum lagi mereka merupakan angkatan Covid, jadi ketika mendapatkan pembelajaran dasar pada saat adanya Pandemi siswa kita memahami materi lebih mendasar disaat sudah berada di kelas yang lebih tinggi.

      Solusi Guru Dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka

      Kreativitas adalah kemampuan seseorang yang bisa mengolah atau memaksimalkan kemampuannya, memanfaatkan fasilitas/alat-alat yang ada menjadi sebuah media pembelajaran yang inovatif sehingga pembelajaran dikelas lebih bervariasi agar suasana dikelas menjadi lebih menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru yang kreatif berarti guru yang mampu berinovasi terhadap bahan ajar dan media  yang akan digunakan saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan(Guru et al., 2018) Agar guru lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran di kelas, berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan seperti Pemanfaatan Teknologi dimana dengan  menggunakan alat dan aplikasi pendidikan seperti presentasi interaktif, video edukatif, dan platform belajar online untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan dinamis. Selain itu Menerapkan metode pembelajaran seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, studi kasus, dan permainan edukatif yang melibatkan siswa secara aktif, Menggunakan berbagai media pembelajaran seperti poster, model 3D, atau simulasi untuk menjelaskan konsep yang sulit dengan cara yang lebih visual dan menarik, Mengikuti pelatihan dan workshop tentang metode pengajaran kreatif dan inovatif untuk menambah wawasan dan keterampilan, Mencoba pendekatan berbeda sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, misalnya dengan pendekatan tematik atau integratif, Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan inspiratif, misalnya dengan menata ulang ruang kelas, menghias dengan karya siswa, dan menyediakan sudut baca atau area diskusi, Bertukar ide dan pengalaman dengan rekan guru untuk mendapatkan inspirasi baru dan solusi kreatif, Mengajak siswa belajar dari lingkungan sekitar, misalnya melalui kunjungan lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat, atau proyek layanan masyarakat, Melibatkan berbagai indera dalam proses pembelajaran seperti melalui aktivitas yang melibatkan mendengar, melihat, menyentuh, dan bergerak, dan Selalu memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif kepada siswa untuk mendorong semangat dan kreativitas mereka.

      Pemberian pelatihan kepada guru. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, sertifikasi pendidik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  upaya untuk meningkatkan kompetensi guru SD dan SMP Negeri/Swasta di Kabupaten Ogan Ilir melalui penulisan PTK, maka perlu dilakukan dengan memberikan pelatihan PTK yang sesuai dengan kebutuhan guru, melibatkan guru secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan menilai hasil pelatihan, serta mendampingi secara intensif guru-guru tersebut hingga mampu menyusun atau menghasilkan PTK dengan baik.  (Fitria et al., 2019).

      Meskipun guru belum pernah menerapkan Kurikulum Merdeka, seiring dengan praktik yang konkret, guru membangun pemahaman dan pengalaman dalam menerapkan Kurikulum Merdeka sehingga guru lebih siap dalam menerapkan kurikulum tersebut di sekolah Guru dituntut untuk mampu mengembangkan pembelajaran inovatif berdasarkan kurikulum yang berlaku (Dan et al., n.d.).  Berkaitan dengan hal itu, mahasiswa Program Profesi Guru Dalam Jabatan (PPG Daljab) dituntut untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Lalu adapun media pembelajaran yang kami tawarkan untuk guru dalam proses pembelajaran misalnya menggunakan media kartu yang dimana berisi pertanyaan mengenai materi yang saat itu diajarkan. Adapun sebelum pembelajaran dimulai guru juga bisa memaparkan video pembelajaran dengan menggunakan media internet seperti youtube sesuai dengan pembahasan materi yang sedang dibahas. Kemudian metode yang kami tawarkan yaitu metode pembelajaran PBL (problem-based learning) dimana metode ini lebih menekankan pada proses belajar yang berpusat pada murid atau yang biasa di sebut dengan student center, Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang mengunakan masalah nyata (autentik) yang terstruktur     dan     bersifat     terbuka sebagai  konteks  bagi  peserta  didik semakin dekat dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pada siswa.(Nevi & Darmansyah, 2022)  untuk  mengembangkan  keterampilan menyelesaikan  masalah  dan  berfikir kritis   serta   sekaligus   membangun pengetahuan  baru PBL ini merupakan metode pembelajaran yang berbasis masalah.

      KESIMPULAN

      Kesimpulan mengenai Problematika Kurikulum Merdeka pada SD Negeri 5 Selat, Sukasada dalam mengimplementasikan pembelajaran adalah bahwa meskipun ada tantangan dalam adaptasi dan pelaksanaannya, pendekatan kurikulum Merdeka tersebut memberikan peluang untuk pengembangan kreativitas siswa, meningkatkan relevansi pembelajaran dengan kebutuhan lokal, dan mendorong kemandirian belajar.

      SARAN

      Untuk penulis, disarankan untuk melakukan penelitian mendalam tentang tantangan konkret yang dihadapi oleh SD Negeri 5 Selat dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, serta mengumpulkan data dan testimonial dari berbagai pihak terkait, seperti guru, siswa, dan orangtua murid. Ini akan memperkuat analisis dan kesimpulan yang dibuat.Sementara itu, untuk pembaca, direkomendasikan untuk memahami secara menyeluruh prinsip-prinsip dasar Kurikulum Merdeka dan mencari tahu bagaimana penerapannya dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di tingkat sekolah dasar. Selain itu, penting bagi pembaca untuk mempertimbangkan perspektif yang beragam dan memahami bahwa setiap perubahan dalam kurikulum akan memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya.

      DAFTAR PUSTAKA

      Adib, A. (2021). Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren. Jurnal Mubtadiin, 7(1), 2021.

      Arif, A. (2019). Pelatihan Modul Pembelajaran Menggunakan MS.Word Pada Guru SMKN 1 Jarai. Ngabdimas, 2(1), 31–38. https://doi.org/10.36050/ngabdimas.v2i1.224

      Baeti, N. (2021). Penerapan Pendekatan Open Ended Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Smp Negeri 9 Kota Bima. Supermat (Jurnal Pendidikan Matematika), 4(2), 12–19. https://doi.org/10.33627/sm.v4i2.462

      Baiti, N. (2020). Peran Orang tua Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Anak Di Masa Covid-19. PRIMEARLY Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Dan Anak Usia Dini, VI(2), 113–127.

      Belakang, A. L. (2009). Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009. h. 22. 1.

      Dan, B., Indonesia, S., & Prihatini, A. (n.d.). Citra Kurikulum Baru : Kesiapan Guru dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka. 58–70. https://doi.org/10.19105/ghancaran.vi.7447

      Fitria, H., Kristiawan, M., Rahmat, N., Pendidikan, J. M., Palembang, K., Pendidikan, J. I., Bengkulu, U., Limun, K., Hulu, M. B., Bengkulu, K., Pendidikan, J. M., & Palembang, K. (2019). UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU. 4(1), 14–25.

      Fitriyah, C. Z., Wardani, R. P., Studi, P., Guru, P., Dasar, S., & Jember, U. (2022). Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Guru Sekolah Dasar.

      Guru, K., Penmanfaatan, D., & Dgital, T. (2018). Siti, N, D., Masganti, S., Ripho, D, P.,: Kreativitas Guru Dalam Penmanfaatan Tekmologi Dgital. 119–127.

      Jannah, F., Fatimattus, P., & Zahra, A. (2022). Problematika penerapan kurikulum merdeka belajar 2022. 4(2), 55–65.

      Jannah, M. M., & Rasyid, H. (2023). Kurikulum Merdeka: Persepsi Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 197–210. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i1.3800

      Khairunnisa, K., & Jiwandono, I. S. (2020). Analisis Metode Pembelajaran Komunikatif untuk PPKn Jenjang Sekolah Dasar. ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 4(1), 9. https://doi.org/10.30651/else.v4i1.3970

      Lestari, G. D., Roesminingsih, M. V., Widodo, W., & Sari, D. P. (2022). Learning at Home Anak Usia Dini Terdampak Covid 19 : Peran Orang tua dalam Pendampingannya. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 3601–3612. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.1229

      Lubis, M. S. (2019). KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII-2 MTSN 4 TAPANULI SELATAN ( TATARAN MORFOLOGI ). 7(2), 87–90.

      Michael Page, I. (2022). PENTINGNYA ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN. 1(4), 186–195.

      Nevi, N., & Darmansyah. (2022). PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KURIKULUM MERDEKA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DI KELAS IV SEKOLAH DASAR. 08, 1538–1550.

      Ningrum, A. S. (2022). Pengembangan Perangkat PembelajaranNingrum, A. S. (2022) ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar ( Metode Belajar )’, in PROSIDING PENDIDIKAN DASAR, pp. 166–177. doi: 10.34007/ppd.v1i1.186. Kurikulum Merdeka Belajar ( Metode Belajar. Prosiding Pendidikan Dasar, 1, 166–177. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.186

      Rahmadhani, P., Widya, D., & Setiawati, M. (2022). Dampak Transisi Kurikulum 2013 Ke Kurikulum Merdeka Belajar Terhadap Minat Belajar Siswa. JUPEIS : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(4), 41–49. https://doi.org/10.57218/jupeis.vol1.iss4.321

      Rusmiati, M. N., Ashifa, R., & Herlambang, Y. T. (2023). Analisis Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Naturalistic: Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 7(2), 1490–1499. https://doi.org/10.35568/naturalistic.v7i2.2203

      Windayanti, W., Afnanda, M., Agustina, R., Kase, E. B. S., Safar, M., & Mokodenseho, S. (2023). Problematika Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka. Journal on Education, 6(1), 2056–2063. https://doi.org/10.31004/joe.v6i1.3197

      Leave a Comment

      Your email address will not be published. Required fields are marked *