Oleh : Ni Putu Ayu Sri Wulandari, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Seorang konselor profesional memiliki beberapa asas yang harus diketahui dan dipahami dengan baik. Adapun beberapa asas tersebut yaitu asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan dan asas tut wuri handayani. Apakah yang terjadi apabila seorang konselor profesional melanggar salah satu asas tersebut? Dan apakah seorang calon konselor tidak dapat untuk menjaga asas kerahasiaan tersebut? Dan apakah yang terjadi apabila seorang konselor tidak bisa menjaga asas kerahasiaan, bagaimanakah tanggapan publik soal hal ini, apakah hal tersebut akan menghilangkan kepercayaan publik terhadap konselor profesional selama ini.
Konselor profesional adalah sebuah profesi yang memiliki pekerjaan yang melibatkan kepercayaan banyak orang di dalamnya, Sehingga banyak terdapat asas-asas didalamnya yang harus di ikuti dan dijadikan pedoman oleh seorang konselor. Namun, seperti yang saya ketahui dilapangan banyak konselor profesional yang menyepelekan asas kerahasiaan, Sehingga hal tersebut menjadi sebuah momok di masyarakat. Pada awalnya, tentu saja konseli datang kepada konselor untuk meminta sebuah saran dan meminta bantuan agar masalahnya cepat terselesaikan dengn baik. Namun, bukannya mendapatkan saran sang konseli justru mendapat sebuah hal yang kurang menyenangkan yang terjadi mengenai permasalahan pribadinya.
Hal ini saya temukan dulu ketika dilapangan. Ketika ada teman saya ataupun adik kelas dan kakak kelas yang bermasalah mereka pasti akan diperintahkan untuk mengunjungi ruang bk, masalah mereka terselesaikan dengan baik, akan tetapi muncul lagi permasalahan baru bagi mereka yaitu tersebarnya permasalahan mereka. Sehingga hal tersebut menjadi masalah baru bagi mereka. Ibaratnya ”mati satu tumbuh seribu” hal inilah yang ditakutkan oleh masyarakat atau publik. Di daerah saya ruang bk itu bukanlah suatu tempat yang aman, akan tetapi temoat peradilan bagi mereka yang bermasalah. Orang-orang yang keluar dari ruangan tersebut akan dicap sebagai orang yang bermasalah ditambah rahasia mereka yang tersebar. Menjadi ditanyakannya asas-asas yang harus dipegang oleh seorang konselor tersebut.
Hal inilah yang menjadi sebuah mimpi buruk untuk seorang calon konselor kedepannya. Sebuah cap dari publik apabila jika masuk keruang bk maka rahasia mu akan diketahui oleh semua orang. Dan kau akan dicap sebagai orang yang bermasalah. Sebagai langkah antisipasi untuk calon konselor kedepannya, calon konselor ada baiknya untuk menjaga asas-asas yang ada bukan hanya asas kerahasiaan akan tetapi asas-asas seperti kesukarelaan dan asas yang lainnya. Sehingga, nanti untuk kedepannya seorang konselor mendapatkan kepercayaan publik dan dapat dipercaya kembali, sehingga stigma-stigma buruk tentang konselor profesional akan menghilang dan konselor akan mendapatkan kepercayaan publik kembali.
Seperti yang sudah kita ketahui, seorang konselor profesional memiliki beberapa asas yang perlu dijaga agar lancarnya jalanya sesi konseling yang terjadi. Adapun asas-asas tersebut yaitu asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan dan asas tut wuri handayani. Asas kerahasiaan sangat berperan penting dalam jalannya sesi konseling, apabila seorang konselor menyepelekan asas ini maka bukannya membantu permasalahan konseli, sebaliknya konselor akan menambah masalah konseli dengan tersebarnya masalah mereka. Sehingga, jika asas tersebut terpenuhi dengan baik maka stigma-stigma negatif publik mengenai konselor profesional tersebut akan menghilang dan kepercayaan publik akan kembali.