Oleh: I Kadek Swastika, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
IPAS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan materi pelajaran khususnya IPAS, tentunya guru harus memiliki strategi-strategi khusus untuk mengajarkan materi IPAS kepada peserta didik. Strategi yang digunakan haruslah berfokus kepada peserta didik agar mereka dapat memahami materi yang diajarkan secara mendalam. Strategi tersebut juga harus menyenangkan agar peserta didik merasa senang untuk belajar dan mampu menangkap materi yang diajarkan dengan lebih cepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh guru adalah pembelajaran berkelompok dengan metode ATAKSI (amati, temukan, analisis, kreativitas, dan presentasi). Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati, menemukan, menganalisis, dan mengkreasikan ilmu yang telah mereka dapat dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, metode ini juga melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengolah informasi yang mereka dapat saat proses pembelajaran.
Langkah pertama dalam strategi ini adalah mengamati benda-benda maupun hal-hal di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan materi IPAS yang sedang dipelajari. Apabila objek yang sedang dicari tidak terdapat di lingkungan sekitar, maka guru dapat menampilkan video pembelajaran yang berkaitan dengan objek tersebut sehingga kegiatan mengamati tetap berjalan. Hal ini akan menarik perhatian siswa serta mengembangkan rasa ingin tahu terhadap objek yang diamati. Misalnya, pada capaian pembelajaran peserta didik dapat mendeskripsikan benda-benda di lingkungan sekitar sebagai bagian dari lingkungan alami dan buatan, mendeskripsikan kondisi lingkungan rumah dan sekolah dalam bentuk gambar/denah sederhana. Pada capaian pembelajaran tersebut, peserta didik dapat melakukan pengamatan terkait benda-benda yang terdapat di lingkungan sekitarnya yang tergolong bagian lingkungan alami dan buatan. Dengan mengamati, siswa diharapkan mampu mengaitkan objek yang diamati dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan.
Langkah kedua dalam strategi ini adalah menemukan sumber-sumber belajar terkait objek yang diamati. Dalam hal ini, guru tidak menjelaskan materi, melainkan guru mengarahkan peserta didik untuk pergi ke perpustakaan mencari berbagai sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran akan berfokus pada peserta didik dan mereka dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan membaca buku yang telah mereka pilih di perpustakaan. Kegiatan membaca ini akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memperoleh informasi dari membaca buku tersebut.
Langkah ketiga dalam strategi ini adalah menganalisis informasi-informasi yang telah mereka peroleh dan mengaitkannya dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Pembelajaran kelompok dalam metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar ide, gagasan, maupun pendapat yang mereka peroleh sebelumnya dari kegiatan membaca. Dengan demikian, dalam menganalisis informasi-informasi tersebut akan muncul berbagai ide ataupun pendapat yang lebih beragam dari peserta didik sehingga terdapat banyak pengetahuan baru yang dapat diperoleh dan bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri. Selain itu, kegiatan menganalisis secara berkelompok akan melatih peserta didik dalam bekerja sama dan berinteraksi dengan teman kelompoknya dalam menganalisis informasi yang didapat sehingga secara tidak langsung melatih keterampilan sosial peserta didik.
Langkah keempat dalam strategi ini adalah memamparkan hasil diskusi dengan kreativitas. Guru dapat mengajak peserta didik untuk membuat mind mapping berdasarkan hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Peserta didik akan saling bekerja sama dalam mengembangkan desain mind mapping dan menuangkan pokok-pokok materi dari hasil diskusi mereka. Dengan demikian, siswa dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengembangkan mind mapping.
Langkah terakhir dalam strategi ini adalah mempresentasi hasil mind mapping yang telah dibuat. Melalui kegiatan presentasi, peserta didik akan mampu mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan komunikasinya di depan umum. Setiap kelompok bergiliran mempresentasikan dan menjelaskan hasil mind mapping yang telah mereka buat dengan batas waktu maksimal presentasi yaitu 5 menit. Di akhir presentasi, guru memberikan apresiasi kepada peserta didik atas karya yang telah mereka buat. Guru juga memberikan penguatan materi kembali agar peserta didik dapat memahami materi lebih mendalam. Siswa juga dapat mengajukan pertanyaan, apabila masih terdapat hal-hal yang belum dipahami. Setelah itu, guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.
Dalam penerapan strategi ini, guru juga dapat menambahkan ice breaking baik di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran agar pembelajaran tidak menjadi tegang. Kemudian, guru berperan sebagai fasilitator sehingga ketika terdapat kelompok yang mengalami kendala selama proses pembelajaran, guru harus sigap membantu menyelesaikan kendala tersebut. Kemudian, guru hanya memberikan penguatan materi di akhir pembelajaran saja karena peserta didik secara mandiri membangun pengetahuan sendiri selama proses pembelajaran. Guru juga dapat menambahkan refleksi peserta didik di akhir pembelajaran yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pembelajaran kedepannya.
Setiap metode tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal tersebut juga berlaku pada pembelajaran berkelompok dengan metode ATAKSI. Kelebihan dari metode ini adalah mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta didik, menumbuhkan rasa ingin tahu, melatih kerja sama dan komunikasi antar anggota kelompok, mengembangkan kreativitas dalam menuangkan hasil diskusi, serta mengembangkan kemampuan komunikasi dalam menyampaikan hasil yang telah mereka kerjakan. Disisi lain, metode ini juga memiliki kekurangan yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penerapannya mengingat banyaknya tahapan yang dilalui dalam metode ini. Oleh karena itu, guru harus pandai mengatur waktu pembelajaran saat menerapkan metode ini. Apabila dalam penerapannya kekurangan waktu jam pelajaran, guru dapat melanjutkannya pada pertemuan berikutnya atau mengarahkan peserta didik untuk melanjutkannya di rumah secara berkelompok. Meskipun demikian, metode ini dapat menjadi salah satu opsi yang menarik dan bagus dalam mengajarkan materi IPAS SD karena siswa secara langsung membangun pengetahuannya sendiri dan pembelajarannya yang menyenangkan, dimana siswa secara aktif melakukan berbagai kegiatan, seperti mengamati benda-benda di lingkungan sekitar, menemukan sumber belajar, menganalisis informasi, mengembangkan kreativitas melalui pembuatan mind mapping, hingga kegiatan presentasi sehingga siswa tidak akan bosan selama proses pembelajaran berlangsung.