Oleh : Ni Putu Ayu Sukreni, Bimbingan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Teori Kepribadian Skinner adalah bahwa lingkungan memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku dan perkembangan individu. Teori ini dikembangkan oleh psikolog behavioris B.F. Skinner, yang berpendapat bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan dan diprediksi melalui prinsip-prinsip pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan.
Studi Skinner tentang pembelajaran yang berpusat pada tingkah laku dan konsekuensi- konsekuensinya. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo2003: 114). Pendekatan behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Dengan anggapan ini, pendekatan behavioral mengabaikan faktor pembawaan manusia yang dibawa sejak lahir, seperti perasaan, insting, kecerdasan, bakat, dan lain-lain. Manusia dianggap sebagai produk lingkungan sehingga manusia menjadi jahat, beriman, penurut, berpandangan kolot, serta ekstrem sebagai bentukan lingkungannya. (Endraswara2008 :56-57). Skinner memandang reward (hadiah) atau reinforcement (penguatan) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu respons jika diikuti oleh reinforcement (penguat).
Menurut Skinner, individu belajar melalui penguatan atau hukuman yang diberikan sebagai respons terhadap perilaku mereka. Penguatan positif, seperti pujian atau hadiah, meningkatkan kemungkinan perilaku akan terulang, sementara hukuman atau penguatan negatif, seperti kritik atau konsekuensi negatif, mengurangi kemungkinan perilaku akanterulang.
Dalam konteks perkembangan individu, lingkungan yang mendukung dan memberikan penguatan positif dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan, kebiasaan, dan sikap individu. Misalnya, jika seorang anak mendapatkan pujian dan penghargaan ketika ia belajar dengan baik di sekolah, ia cenderung akan terus mempertahankan perilaku belajar yang baik
Selain itu, lingkungan juga dapat membentuk perilaku melalui proses pembentukan. Skinner mengemukakan bahwa perilaku yang diinginkan dapat diperkuat melalui pemberianpenguatan bertahap, yang mengarah pada pembentukan kebiasaan yang diinginkan. Misalnya, jika seseorang ingin membentuk kebiasaan olahraga, ia dapat memberikan penguatan positif kepada dirinya sendiri setiap kali ia berolahraga, sehingga meningkatkan kemungkinan ia akan melakukannya secara teratur.
Namun, kritik terhadap teori Skinner adalah bahwa ia cenderung mengabaikan faktor-faktor internal seperti motivasi, emosi, dan kognisi dalam mempengaruhi perilaku dan perkembangan individu. Teori ini juga dikritik karena kurang mempertimbangkan perangenetik dan faktor bawaan dalam perkembangan individu.
Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. kelemahan Skinner adalah :
(1) proses belajar dipandang dapat diamati, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. (2) proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis padahal setiap siswa memiliki kemampuan mengatur diri yang bersifat kognitif sehingga bisa menolak ataupun merespon. (3) proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan yang sangat sulit diterima karena memilik perbedaan baik secara psikis maupun fisik.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan. Motivasi digolongkan menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah suatu keinginan untuk mengerjakan suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalanimbalan yang bersifat eksternal seperti uang, atau popularitas.
Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku dengan teknik analisis fungsional tingakah (functional analysis of behavior): analisis tingkah laku dalam hubungan sebab-akibat, yaitu suatu respons timbul mengikuti stimulus atau kondisi tertentu. Menurutnya, analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkah laku sebagian besar berada pada event antesedennya atau berada di lingkungan. Skinner yakin bahwa tingkah laku dapat diterangkan dan dikontrolkan dengan memanipulasi lingkungan tempat organisme yang bertingkah laku itu berada.
Daftar Pustaka
Rifnon Zaini, “Studi Atas Pemikiran B.F. Skinner Tentang Belajar” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 1, no. 1 (2014): 121.
Muhammad Mahmudi, “Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Kajian Terhadap Pemikiran Bf. Skinner).” 432.
Sigit Sanyata, “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling.” Jurnal Paradigma 7, no.14 (Juli 2012): 5.