Oleh: I Putu Hendra Mertayasa, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari aktivitas ekonomi, mulai dari membeli kebutuhan pokok hingga mengelola keuangan pribadi. Sayangnya, pendidikan ekonomi sering kali dianggap sebagai hal yang baru penting diajarkan saat seseorang memasuki jenjang pendidikan menengah. Padahal, mengenalkan konsep ekonomi sejak Sekolah Dasar memiliki peran yang sangat vital dalam membekali anak menghadapi tantangan dunia nyata. Pendidikan ekonomi sejak dini mampu menananmkan pemahaman tentang nilai uang, perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta pentingnya perencanaan keuangan sederhana, yang semuanya akan membentuk karakter anak menjadi lebih disiplin, bijak, dan bertanggung jawab. Hal ini dapat dikaitkan dengan kebiasaan anak-anak SD yang cenderung membelanjakan uangnya untuk keinginan semata. Seperti contoh ada pedagang mainan di depan sekolah yang langsung diserbu oleh anak-anak SD dan membelanjakan uang mereka untuk membeli mainan. Namun mainan ini akan bersifat sementara yang menyebabkan terbuangnya uang secara sia-sia. Nah disinilah fungsinya pendidikan ekonomi bagi anak-anak agar mereka tau cara pengelolaan uang dengan baik dan benar.
Namun ekonomi bukanlah semata-mata tentang uang saja, tetapi juga mencakup bagaimana seseorang mengambil keputusan, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta menggunakan sumber daya secara bijak. Anak-anak, sejak usia dini, sebenarnya sudah bersinggungan dengan kegiatan ekonomi dalam bentuk sederhana. Seperti ketika memilih jajan, menabung uang saku, dan ikut membantu orang tua berjualan serta membelanjakan uang untuk membeli mainan seperti contoh sebelumnya. Nah disinilah anak-anak itu diajarkan konsep ekonomi sejak sekolah dasar yang mana dapat memperkaya pemahaman mereka terhadap dunia di sekitarnya. Anak akan belajar bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi, bahwa tidak semua hal bisa dibeli, dan bahwa mengelola sesuatu dengan bijak adalah keterampilan hidup yang penting kedepannya, karena kita akan tumbuh dewasa dengan begitu banyak keperluan dan kebutuhan yang wajib dipenuhi.
Hal ini penting kita ajarkan kepada anak sejak dini, karena pendidikan ekonomi berperan dalam pembentukan kebiasaan baik dalam diri anak. Kebiasaan menabung, hidup hemat, dan menghargai setiap usaha dalam memperoleh sesuatu bukanlah sesuatu yang muncul secara instan, melainkan perlu ditanamkan sejak kecil. Dengan memahami bahwa uang tidak datang begitu saja, anak akan belajar bahwa setiap barang atau makanan yang mereka nikmati berasal dari kerja keras seseorang. Melalui pembiasaan menabung, misalnya, anak tidak hanya diajarkan menyisihkan uang, tetapi juga diajak untuk merencanakan, bersabar, dan mengatur prioritas mana yang lebih penting. Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi fondasi penting dalam membangun karakter yang bertanggung jawab dan tidak konsumtif di masa depan.
Pengenalan materi ekonomi dasar di sekolah dasar juga penting untuk membentuk kesadaran finansial anak sejak dini. Anak perlu memahami bahwa uang memiliki nilai, terbatas jumlahnya, dan harus digunakan secara bijak. Dari hal-hal sederhana seperti mengelola uang jajan harian, anak mulai belajar bahwa setiap pembelian adalah sebuah keputusan ekonomi. Dalam proses ini, anak juga dilatih untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, yang menjadi dasar bagi pengambilan keputusan ekonomi yang rasional. Kemampuan ini penting karena dapat membantu anak menjadi pribadi yang tidak impulsif dan lebih terencana dalam bertindak.
Pendidikan ekonomi sejak dini juga memiliki dampak besar terhadap pembentukan karakter anak. Dengan belajar mengatur keuangan sederhana, anak terbiasa bersikap disiplin dan bertanggung jawab. Ketika mereka diberi tugas menabung atau mengelola transaksi jual-beli di kelas, mereka belajar tentang perencanaan, tanggung jawab, dan konsistensi. Selain itu, pendidikan ekonomi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari juga dapat menumbuhkan empati terhadap pekerjaan ekonomi orang lain, seperti memahami jerih payah petani, pedagang, atau orang tua mereka sendiri. Tidak hanya itu, anak juga lebih peduli dalam menggunakan sumber daya secara bijak, seperti tidak membuang makanan, hemat listrik, atau memanfaatkan barang bekas, yang semuanya mencerminkan karakter yang sadar lingkungan dan bertanggung jawab sosial.
Pendidikan ekonomi tidak harus diajarkan secara teoretis dan membosankan. Justru, penerapannya di tingkat sekolah dasar bisa dikemas secara kreatif dan menyenangkan. Seperti:
1. Kantin Kelas Mandiri
Siswa secara bergiliran bertugas sebagai pengelola kantin mini di kelas (misalnya menjual camilan sehat buatan sendiri). Mereka belajar mengatur stok, mencatat transaksi, dan menghitung keuntungan. Ini memberi pengalaman nyata tentang usaha kecil dan manajemen keuangan.
2. Proyek Anggaran Kebutuhan Mingguan
Siswa diminta membuat daftar belanja mingguan berdasarkan skenario (misalnya: belanja kebutuhan keluarga dengan Rp50.000). Mereka belajar menentukan prioritas dan menyusun anggaran sederhana.
3. Simulasi Keluarga
Dalam kelompok, siswa berperan sebagai anggota keluarga (ayah, ibu, anak) dan diberi tugas mengatur keuangan rumah tangga sesuai penghasilan tertentu. Ini melatih pengambilan keputusan ekonomi dalam konteks kehidupan nyata.
4. Belajar dari Profesi Orang Tua
Anak diminta menceritakan pekerjaan orang tua mereka dan bagaimana ekonomi keluarga dikelola. Diskusi ini membangun empati, penghargaan terhadap usaha ekonomi orang lain, dan pemahaman tentang peran ekonomi dalam keluarga.
5. Papan “Harga Hari Ini” di Kelas
Setiap hari atau minggu, siswa mencatat harga barang kebutuhan pokok (beras, telur, minyak, dll) dari brosur atau pasar. Ini membuat mereka peka terhadap perubahan harga dan memahami konsep inflasi secara sederhana.
6. Tugas Kreatif: Komik atau Cerita Pendek Ekonomi
Siswa membuat komik atau cerita pendek bertema menabung, berdagang, atau mengelola uang. Ini melatih mereka memahami nilai ekonomi lewat media ekspresif dan menyenangkan.
Meskipun terdengar serius, penerapan pendidikan ekonomi di sekolah dasar tidak dimaksudkan untuk membebani anak dengan teori yang rumit. Justru, pendekatan yang digunakan bersifat edukatif, menyenangkan, dan sesuai dengan tahap perkembangan usia mereka. Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep ekonomi melalui permainan, simulasi peran, proyek kreatif, dan aktivitas langsung di lingkungan sekitar. Melalui kegiatan seperti bermain jual beli, mencatat uang jajan, atau mengelola bazar sederhana, anak belajar sambil bergerak, berinteraksi, dan berefleksi. Dengan cara ini, pembelajaran ekonomi menjadi pengalaman hidup yang bermakna, bukan tekanan akademis serta yang terpenting guru dan sekolah tidak menekankan hasil, tapi proses dan pengalaman.
Mengajarkan pendidikan ekonomi sejak dini bukan hanya tentang mengenalkan angka dan uang, tetapi tentang membentuk cara berpikir anak dalam menghadapi kehidupan. Dengan memahami konsep ekonomi dasar seperti menabung, membuat keputusan, serta menghargai usaha dan sumber daya, anak akan tumbuh menjadi individu yang bijak, disiplin, dan bertanggung jawab. Sekolah sebagai tempat pendidikan formal memiliki peran penting dalam membekali anak dengan keterampilan hidup ini, melalui pendekatan yang menyenangkan dan aplikatif. Jika diterapkan dengan konsisten, pendidikan ekonomi di sekolah dasar akan menjadi fondasi kuat dalam menyiapkan generasi yang siap menghadapi dunia nyata dengan penuh kesadaran dan kepekaan sosial.